Muka Dua Diplomat Barat Kian Terang-Benderang: Kecam Hamas, Restui Genosida Brutal Zionis

3 December 2023, 21:12.

Foto: Belal al Sabbagh/AFP

GAZA (Aljazeera) – Pada tanggal 15 November, setelah negosiasi panjang dan empat upaya sebelumnya gagal mencapai konsensus, Dewan Keamanan PBB akhirnya mengadopsi resolusi mengenai apa yang mereka sebut sebagai “krisis ‘Israel’-Palestina”. 

Resolusi 2712, yang disetujui dengan 12 suara mendukung, 0 menentang, dan tiga abstain (Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat), tidak mencapai banyak hal selain memberikan lampu hijau kepada penjajah ‘Israel’, untuk sekali lagi, melanjutkan genosidanya di Gaza. 

Resolusi tersebut menyerukan dilakukannya “jeda dan koridor kemanusiaan yang mendesak” di Gaza yang cukup untuk memfasilitasi “akses penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan bagi badan-badan dan mitra PBB”.

Mereka menuntut “pembebasan segera dan tanpa syarat semua tawanan yang disandera oleh Hamas dan kelompok lain, terutama anak-anak, serta memastikan akses kemanusiaan segera.” 

Dengan berpura-pura melindungi warga sipil Palestina, yang menanggung seluruh serangan ‘Israel’, mereka lanjut menyerukan “semua pihak untuk menahan diri dari merampas layanan dasar dan bantuan yang sangat diperlukan bagi penduduk sipil di Gaza demi kelangsungan hidup mereka, sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional.” 

Setelah pemungutan suara tersebut, duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menjelaskan bahwa AS tidak memilih “ya” karena teks tersebut “tidak mengecam Hamas atau menegaskan kembali hak semua negara anggota untuk melindungi diri mereka dari serangan teroris.” 

Memang benar, seruan untuk “jeda dan koridor kemanusiaan” tidak lain hanyalah sebuah pengakuan bahwa Dewan Keamanan PBB sangat bersedia mengizinkan ‘Israel’ untuk melanjutkan upaya pembersihan etnisnya di Gaza; selama ‘Israel’ setuju untuk sesekali menghentikan pengeboman dan memberikan akses yang aman bagi segelintir truk bantuan kemanusiaan. 

Para pemimpin dan diplomat Barat telah menyembunyikan, menyangsikan, dan memutarbalikkan fakta-fakta yang mereka anggap tidak pantas untuk diketahui publik guna memengaruhi narasi dan menipu dunia dan melanggengkan agenda berdarah ‘Israel’. 

Misalnya saja, Ursula von der Leyen, presiden European Commission, menyatakan bahwa masyarakat Eropa adalah “pembela kemerdekaan dunia”, namun sering kali melontarkan pernyataan yang membuat perut mual mengenai Palestina. 

Setelah ledakan besar di Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza yang menewaskan ratusan warga sipil dan melukai hampir semua orang di sana, von der Leyen menyatakan, “Pada saat yang tragis ini, kita semua harus melipatgandakan upaya kita untuk melindungi warga sipil dari amukan perang ini.” 

Setelah dia selesai menunjukkan empati formalitasnya, dia mengalihkan pidatonya dan mulai menjelaskan panjang lebar bahwa “hak” ‘Israel’ untuk “membela diri”, sejalan dengan hukum internasional.

Standar Ganda Kian Nyata 

Dalam pernyataannya, Linda Thomas-Greenfield juga berbicara mengenai operasi Hamas tanggal 7 Oktober dan meminta anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengecam keras.

Meski begitu, ia tidak menyebutkan tindakan barbar yang dilakukan ‘Israel’–yang mungkin lebih biadab lagi mengingat besarnya skala serangannya–terhadap Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan. 

Dia juga tidak menyebutkan bagaimana keputusan ‘Israel’ untuk menutup akses bahan bakar, air, dan pasokan medis bagi 2,3 juta penduduk Gaza, yang merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional, telah mengakibatkan kematian banyak pasien, termasuk bayi prematur, di Rumah Sakit al-Syifa dan rumah sakit Gaza lainnya. 

Dia juga menutup mulutnya dari berbicara tentang serangan ‘Israel’ yang sengaja ditargetkan terhadap bangunan tempat tinggal di kamp-kamp pengungsi yang padat, terhadap konvoi ambulans, maupun sekolah PBB yang menampung warga sipil yang kehilangan tempat tinggal.  

Dia tidak menggambarkan tindakan-tindakan tersebut, yang jelas mengolok-olok hukum internasional dan membunuh ribuan orang tak berdosa, sebagai “tindakan teror yang biadab”. 

Selama beberapa dekade, banyak pemimpin Barat yang mendukung “hak” ‘Israel’ untuk melancarkan teror yang tak terbayangkan di Gaza (dan Tepi Barat terjajah) yang jelas-jelas bertentangan dengan Konvensi Jenewa.

Saat ini situasinya sangat buruk sehingga para ahli PBB memberikan peringatan atas “dukungan pemerintah tertentu terhadap strategi agresi ‘Israel’ melawan penduduk Gaza yang terkepung, dan kegagalan sistem internasional dalam melakukan mobilisasi untuk mencegah genosida.” 

Cukup Sudah!

Negara-negara Barat harus menghormati tatanan aturan dan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menghentikan tindakan ilegal ‘Israel’ di Gaza. 

Ini adalah kelima kalinya ‘Israel’ melancarkan agresi militer di Gaza sejak tahun 2007. Setiap invasi zionis dipenuhi dengan kejahatan perang dan upaya tidak tahu malu dari Barat untuk membenarkan serangan penjajah, dan pada akhirnya menormalisasi kematian warga Palestina. 

Tidak diketahui berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang di Gaza dan Tepi Barat terjajah sebelum Thomas-Greenfield, Biden, von der Leyen, dan aktor-aktor Barat lainnya melakukan upaya yang manusiawi untuk berhenti menyebarkan kebohongan serta memperkuat propaganda ‘Israel’. 

Sudah waktunya bagi AS dan Eropa untuk menghentikan kepura-puraan mereka dan mengutuk genosida yang terjadi di Palestina. 

Perlu ditegaskan: ‘Israel’ tidak mempunyai hak untuk membunuh warga Palestina. (Aljazeera)

*Diringkas dari tulisan Tafi Mhaka, kolumnis Al Jazeera

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Gerombolan Serdadu ‘Israel’ Gerebek Rumah Syaikh Sabri, Khatib Masjidil Aqsha
Diadili di Belanda, Anggota Milisi Pro-Rezim Diktator Suriah Memilih Bungkam »