DAWN Serahkan Dokumen 40 Komandan ‘Israel’ yang Terlibat Kejahatan Perang kepada ICC
22 December 2023, 12:47.

Menteri Perang ‘Israel’ Yoav Gallant (tengah, berbaju hitam) bertemu dengan gerombolan serdadu ‘Israel’ pada 12 Desember 2023. Foto: Yoav Gallant/Facebook
(Common Dreams) – Ketika jumlah korban tewas warga Palestina akibat operasi pemusnahan Gaza oleh ‘Israel’ mencapai 20.000 orang—kebanyakan perempuan dan anak-anak—sebuah kelompok advokasi yang berbasis di AS pada hari Selasa (19/12/2023) menerbitkan daftar 40 komandan militer ‘Israel’ yang dikatakan sebagai “tersangka utama” untuk penyelidikan kejahatan perang internasional.
Democracy for the Arab World Now (DAWN)—yang didirikan oleh jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi sebelum pembunuhannya pada tahun 2018—mengatakan pihaknya telah menyerahkan dokumen tentang “perwira dan komandan yang bertanggung jawab melaksanakan perang ‘Israel’ di Gaza” ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
“40 komandan IDF yang bertanggung jawab merencanakan, memerintahkan, dan melaksanakan pengeboman tanpa pandang bulu, penghancuran sewenang-wenang, dan pembunuhan massal warga sipil di Gaza harus menjadi tersangka utama dalam penyelidikan ICC,” kata direktur eksekutif DAWN Sarah Leah Whitson dalam sebuah pernyataan.
“Meskipun ‘Israel’ telah melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan identitas banyak perwiranya, mereka harus diberitahu bahwa mereka menghadapi tanggung jawab pidana individu atas kejahatan yang terjadi di Gaza,” ungkap Whitson.
Meskipun ‘Israel’ bukan penanda tangan Statuta Roma yang membentuk ICC, yurisdiksi mahkamah tersebut mencakup Palestina sehingga siapa pun yang melakukan kejahatan perang di sana dapat diadili.
Daftar DAWN hanya mencakup perwira Israel “dari pangkat letnan jenderal ke atas yang memimpin unit yang tidak lebih kecil dari pasukan setingkat batalion.”
Menurut DAWN:
Daftar tersangka teratas adalah Menteri Perang ‘Israel’ Yoav Gallant. Pada tanggal 9 Oktober 2023, Gallant memerintahkan pengepungan total terhadap Kota Gaza, memutus pasokan air minum ke seluruh penduduk Jalur Gaza—lebih dari 2 juta orang—dan memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.
“Kami memerangi hewan manusia dan kami akan mengambil tindakan yang sesuai,” kata gembong Zionis itu, menjelaskan keputusan tersebut. Sehari kemudian, ia mengatakan kepada gerombolan serdadu ‘Israel’ di pagar pembatas Gaza: “Saya telah kehilangan kontrol diri… Gaza tidak akan pernah kembali seperti semula.”
Termasuk juga kepala COGAT (unit serdadu ‘Israel’ yang melaksanakan kebijakan penjajah Zionis di Tepi Barat terjajah. Unit ini juga menerbitkan izin bangunan dan izin kerja), Mayjen Ghassan Alian. Mayjen Alian bertanggung jawab mengatur pengepungan Gaza, dan bertanggung jawab memutus pasokan air, makanan, dan bahan bakar pada hari-hari awal perang.
Pada 10 Oktober 2023, Alian mengatakan dalam pesan video berbahasa Arab kepada penduduk sipil di Gaza bahwa ‘Israel’ memberlakukan blokade total, “tidak ada listrik, tidak ada air, hanya kerusakan,” dan menambahkan peringatan yang mengerikan, “Anda menginginkan neraka, Anda akan memperoleh neraka.”
“Dengan sengaja merampas kebutuhan dasar warga sipil, termasuk dengan memblokir atau bahkan menghalangi penyediaan pasokan bantuan kemanusiaan, adalah kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma ICC,” kata DAWN.
DAWN melanjutkan, “Dengan sengaja menargetkan fasilitas medis, ambulans, tempat ibadah, tempat kebudayaan, dan yang paling serius adalah pengeboman tanpa pandang bulu terhadap wilayah sipil, merupakan kejahatan dalam Statuta Roma.”
Daftar DAWN ini muncul ketika Afrika Selatan dilaporkan telah menyerahkan dokumentasi ke ICC dalam rangka tuntutan kejahatan perang terhadap ‘Israel’. Bangladesh, Bolivia, Komoro, dan Djibouti juga telah meminta mahkamah tersebut untuk menyelidiki ‘Israel’ atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
Kelompok advokasi Reporters Without Borders (RSF) dan jaringan berita Al Jazeera yang berbasis di Qatar juga telah meminta penyelidikan ICC terhadap ‘Israel’ atas pembunuhan jurnalis.
Karim Khan, kepala jaksa ICC, mendapat kecaman dari para pembela Palestina, yang mengatakan dia tidak menunjukkan minat untuk menyelidiki kebijakan dan praktik ‘Israel’ di Gaza.
Setelah mengunjungi Gaza pada akhir bulan Oktober, Khan mencatat penyelidikan ICC terhadap Palestina yang sedang berlangsung sejak tahun 2014 dan menyoroti sebuah portal daring di mana siapa pun dapat mengirimkan informasi tentang dugaan kejahatan perang.
Komite Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) Palestina bulan lalu menuduh Khan sebagai “pendukung genosida” karena “kegagalannya mengadili penjahat perang ‘Israel’.” ICC telah lama dituduh hampir secara eksklusif menargetkan individu-individu Afrika dan non-Barat yang melakukan kejahatan perang. (Common Dreams)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
