Gaza: Pria Palestina dengan Down Syndrome ‘Dibiarkan Mati’ oleh Serdadu ‘Israel’ Setelah Serangan Anjing Militer

18 July 2024, 18:44.

Muhammed Bhar, 24 tahun, berfoto di rumahnya di Kota Gaza. Foto: Istimewa

(Middle East Eye) – Jeritan putus asa terdengar saat dia berusaha untuk membebaskan diri dari seekor anjing militer yang dilepaskan oleh serdadu ‘Israel’.

Itu adalah kenangan terakhir yang diingat Nabila Ahmed Bhar tentang putranya, Muhammed, 24 tahun, yang menderita Down Syndrome.

Keluarga Palestina itu tengah bersembunyi di rumah mereka di daerah Syujaiyya, timur Kota Gaza, ketika serdadu ‘Israel’ menyerbu, kata Nabila kepada Middle East Eye (MEE).

Anjing-anjing dikirim masuk terlebih dahulu, yang kemudian menyerang Muhammed dan mulai menerkamnya.

Para serdadu kemudian mengusir semua orang dari rumah, kecuali Muhammed, yang dibawa ke ruangan terpisah.

Karena tidak dapat melihatnya, Nabila hanya bisa menebak nasib putranya dari jeritan-jeritan yang terdengar saat dia dipaksa meninggalkan area tersebut dengan todongan senjata.

Tujuh hari penantian yang menyiksa berlalu sebelum serdadu ‘Israel’ akhirnya mundur dari Syujaiyya.

Keluarga itu bergegas kembali ke apartemen pada hari Rabu. Mereka menemukan tubuh Muhammed yang sudah membusuk dengan cacing-cacing yang menggerogoti wajahnya.

“Saya tidak bisa berhenti memikirkan jeritannya dan bayangan dirinya saat dia berusaha membebaskan diri,” kata Bhar.

Down Syndrome yang diderita Muhammed sangat parah, jelasnya. Menurutnya, perkembangan mentalnya “masih setara dengan bayi”.

“Muhammed sangat polos. Dia tidak bisa mengerti… Dia tidak bisa memahami apa pun.

“Dia seperti anak berusia satu tahun. Saya biasa menyuapinya makan dan mengganti popoknya.

“Saya tidak tahan membayangkan apa yang mereka lakukan kepadanya, atau bagaimana mereka meninggalkannya hingga mati seperti ini.”

‘Tidak ada Muhammed’

Serdadu ‘Israel’ menyerbu Syujaiyya di bawah perlindungan serangan udara besar-besaran pada tanggal 27 Juni. Selama dua minggu, mereka terus-menerus mengebom daerah padat penduduk itu, menyerbu rumah-rumah dan mengusir puluhan ribu orang.

Banyak keluarga yang terjebak di dalam rumah mereka, seperti keluarga Nabila. Wanita berusia 71 tahun itu mengatakan kepada MEE bahwa keluarganya dikepung selama seminggu sebelum serdadu ‘Israel’ menyerbu mereka.

Ada 16 orang di dalam rumah, termasuk dua putra Nabila, beserta istri dan anak-anak mereka. Anak-anak bersembunyi di dalam bak mandi untuk berlindung dari tembakan ‘Israel’ yang bertubi-tubi.

Namun, Muhammed yang berbadan besar dan sering menolak untuk bergerak, disembunyikan di sudut paling aman di ruang tamu yang bisa ditemukan oleh keluarganya.

“Sebelum pengungsian baru-baru ini, kami telah mengungsi setidaknya lima kali sebelumnya, dan dia tidak mengerti ke mana kami pergi,” jelasnya. “Karena dia mengalami obesitas, dia akan merasa lelah dan duduk setiap beberapa langkah.”

Muhammed Bhar sedang bersembunyi di sudut ruang tamu ketika dia diserang oleh seekor anjing militer ‘Israel’. Foto: Istimewa

Ketika serdadu ‘Israel’ tiba, mereka melepaskan anjing mereka terlebih dahulu, yang langsung menerkam Muhammed.

“Anjing itu menggigit dadanya, lalu mulai menggigit dan mencabik-cabik lengannya. Muhammed berteriak dan berusaha melepaskan diri, sementara darah mengucur deras,” kenang Nabila.

“Muhammed tidak dapat berbicara atau mengucapkan sepatah kata pun, tetapi karena ketakutan, dia berteriak pada anjing-anjing itu, kadang-kadang berkata ‘wala, wala’ [hei kamu], dan kadang-kadang ‘Khalas ya habibi’ [cukup, sayangku].”

“Saya tidak tahu bagaimana dia mengucapkan kata-kata itu; kami belum pernah mendengarnya berbicara sebelumnya.”

Ketika gerombolan serdadu Zionis masuk, Nabila memohon kepada mereka untuk melepaskan anjing itu dari putranya, sambil mencoba menjelaskan bahwa dia cacat. Mereka akhirnya melakukannya, tetapi membawa Muhammed ke ruangan yang terpisah dari yang lain. “Saya mengatakan kepada serdadu itu, ‘Biarkan Muhammed ke sini’, tetapi dia berkata ‘Tidak, kami akan mengobatinya,’” kata Nabila.

Ketika dia mendengar Muhammed berteriak minta air beberapa jam kemudian, dia meminta para serdadu itu untuk membawakan putranya air.

Namun, serdadu itu menjawab bahwa ada “[jenis] air yang khusus untuknya.” “Saya bisa mendengar Muhammed mengerang kesakitan. Sesekali, mereka akan membuka pintu, menatapnya, dan berkata ‘Uskut’ [bahasa Arab untuk diam], lalu menutupnya lagi,” kata Nabila.

“Para serdadu itu kemudian saling memberi isyarat satu sama lain. Seorang dokter yang datang bersama mereka memasuki ruangan, dan Muhammed tiba-tiba terdiam.”

Nabila menduga dokter tersebut menyuntiknya dengan obat penenang, tetapi dia tidak bisa melihat atau mendengarnya setelah itu.

“Saya bertanya kepada serdadu itu, ‘Di mana Muhammed?’ Dia menjawab, ‘Muhammed sudah pergi.’ Saya bertanya lagi, ‘Pergi ke mana?’ Dia menjawab ‘Dia sudah pergi. Tidak ada Muhammed,’” katanya kepada MEE.

Keluarga itu kemudian dipaksa meninggalkan rumah dan menuju ke arah barat Kota Gaza, meninggalkan Muhammed.

Tubuhnya membusuk

Keluarga Nabila menghubungi Palang Merah setiap hari selama tujuh hari berikutnya, memohon agar Muhammed dibebaskan atau diberikan perawatan medis. Palang Merah terus mengatakan kepada mereka bahwa serdadu ‘Israel’ tidak mau bekerja sama.

Jebril, kakak laki-laki Muhammed, adalah orang pertama yang kembali ke rumah itu setelah serdadu ‘Israel’ mundur awal pekan ini.

Ketika dia memasuki ruangan tempat Muhammed ditahan, dia melihat ruangan itu berlumuran darah dan cairan yang merembes dari tubuh Muhammed yang mulai membusuk.

“Dia terbaring tengkurap, tubuhnya telah membusuk dan cacing-cacing mulai memakan wajahnya,” kata Jebril, 43 tahun, kepada MEE.

Sebuah tourniquet dipasang di lengan kiri Muhammed yang terluka, mungkin untuk menghentikan pendarahan, tambahnya.

“Berdasarkan kondisi jenazahnya, terlihat jelas bahwa dia telah meninggal beberapa hari sebelumnya.”

MEE memperoleh rekaman jenazah korban, tetapi tidak dapat memublikasikannya karena terlalu mengerikan.

Noda darah terlihat di ruangan tempat Muhammed Bhar disekap. Foto: Istimewa

Sejak awal invasi daratnya ke Gaza, serdadu ‘Israel’ secara sistematis menggunakan anjing-anjing militer untuk menggeledah gedung-gedung, termasuk rumah sakit. Dalam banyak kasus, anjing-anjing itu dibiarkan menyerang dan melukai warga sipil.

Bulan lalu, Al Jazeera merilis rekaman yang bocor dari kamera yang dipasang pada anjing militer ‘Israel’, yang menunjukkan anjing itu menggigit dan menyeret seorang wanita tua Palestina di rumahnya.

Dengan rumah sakit di Gaza yang tidak beroperasi dan jalan-jalan yang hancur akibat pengeboman ‘Israel’, Jebril mengatakan bahwa dia tidak dapat memanggil ambulans atau membawa jenazah Muhammed ke pemakaman.

Bahkan untuk melaporkan kematiannya pun tidak mungkin, katanya kepada MEE.

“Saya harus menguburkannya di dekat rumah,” katanya. “Ada ruang sekitar satu meter antara rumah kami dan rumah paman saya. Di sanalah saya menguburkan Muhammed,” pungkas Jebril. (Middle East Eye/Maha Hussaini)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Mendesak, Rumah Sakit yang Tersisa di Gaza Sangat Membutuhkan Generator Listrik 
AS dan ‘Israel’ Izinkan Donasi yang Bisa Kurangi Pajak untuk Kelompok yang Blokir Bantuan ke Gaza »