Dokter AS: Penembak Jitu ‘Israel’ Sengaja Tembak Dada dan Kepala Anak-anak di Gaza
25 July 2024, 06:53.
Dokter Mark Perlmutter mengoperasi anak-anak di Gaza. Foto: Politico
(The Cradle) – Seorang dokter dari negara bagian North Carolina, Amerika Serikat (AS), yang menjadi sukarelawan di Gaza menceritakan pengalamannya merawat anak-anak yang “terbakar” dan “tercabik”, termasuk anak-anak yang sengaja ditembak di dada dan kepala oleh penembak jitu ‘Israel’.
Mark Perlmutter mengatakan kepada CBS News, “Semua bencana yang pernah saya lihat digabungkan, 40 perjalanan misi, 30 tahun, ground zero [9/11], gempa bumi, semua gabungan itu tidak sebanding dengan tingkat pembantaian yang saya saksikan terhadap warga sipil hanya dalam minggu pertama saya di Gaza.”
Ketika ditanya apakah sebagian besar korbannya adalah anak-anak, ia menjawab, “Hampir seluruhnya adalah anak-anak. Saya belum pernah melihat itu sebelumnya. Saya telah melihat lebih banyak anak yang terbakar dibandingkan yang pernah saya lihat sepanjang hidup saya. Saya telah melihat lebih banyak anak yang tercabik-cabik hanya dalam minggu pertama.”
Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan “anak-anak yang tercabik-cabik”, ia menyatakan, “Bagian tubuh yang hilang, tertimpa bangunan, sebagian besarnya. Atau ledakan bom, mayoritas terbesar berikutnya. Kami telah mengambil pecahan peluru sebesar ibu jari saya dari anak berusia 8 tahun.”
Perlmutter menjelaskan lebih lanjut bahwa banyak dari anak-anak tersebut terbunuh oleh tembakan yang akurat dan disengaja oleh penembak jitu ‘Israel’.
“Dan kemudian ada peluru penembak jitu. Saya punya pasien anak yang ditembak dua kali,” katanya.
Jurnalis CBS yang mewawancarainya terkejut dengan pernyataannya dan bertanya, “Tunggu, maksud Anda anak-anak di Gaza ditembak oleh penembak jitu?”
Sang dokter menjawab, “Sudah pasti. Saya mempunyai dua (pasien) anak yang ditembak dengan sangat sempurna di dada sehingga saya tidak dapat menempelkan stetoskop saya ke jantung mereka dengan lebih akurat, dan tembakan langsung di sisi kepala pada anak yang sama. Tidak ada balita yang tertembak dua kali secara tidak sengaja oleh penembak jitu terbaik dunia. Itu adalah tembakan tepat sasaran.”
CBS News melaporkan lebih dari 20 dokter di Gaza baru-baru ini juga melaporkan menyaksikan luka tembak pada anak-anak. Seorang dokter AS mengatakan kepada CBS bahwa dia bahkan memeriksa CT scan untuk memastikan apa yang dilihatnya karena dia “tidak percaya bahwa anak sebanyak ini dapat dirawat di satu rumah sakit dengan luka tembak di kepala.”
CBS menambahkan bahwa pada dasarnya, “beberapa penembakan telah terekam dalam video” dan menunjukkan rekaman seorang anak yang dibunuh oleh penembak jitu ‘Israel’.
Dokter AS lainnya yang menjadi sukarelawan di Gaza, Adam Hamawy, menyatakan otoritas penjajah ‘Israel’ mengatakan kepada mereka bahwa “’bantuan masuk, kami merawat warga sipil, mereka tidak menjadi sasaran.’ Namun, kami menyaksikan cerita yang sama sekali berbeda.”
Dokter Perlmutter, yang secara sukarela bekerja dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Palestinian American Medical Association (Asosiasi Medis Amerika Palestina), menceritakan operasi pada seorang gadis kecil bernama Juri, yang terluka akibat pengeboman ‘Israel’.
Dia mengatakan kepada Politico dalam wawancara terpisah, “Gadis kecil yang cantik dan lemah lembut ini kehilangan dua inci tulang paha kirinya serta sebagian besar otot dan kulit di bagian belakang pahanya. Kedua bokongnya terkupas, mengiris daging begitu dalam hingga tulang paling bawah di panggulnya terlihat. Saat kami menjelajahi topografi kekejaman ini, belatung berjatuhan di meja ruang operasi.”
Namun, yang paling mengejutkan Dr Perlmutter adalah jumlah anak-anak yang terkena tembakan di kepala yang dilakukan oleh penembak jitu ‘Israel’.
“Kami mulai melihat sekelompok anak-anak, kebanyakan praremaja, yang ditembak di kepala. Mereka akan mati secara perlahan, lantas digantikan oleh korban-korban baru yang juga tertembak di kepala, dan juga mati perlahan.”
Perlmutter menjelaskan bahwa situasi di Gaza sangat buruk sehingga tidak ada yang bisa membuatnya siap menghadapi apa yang dia lihat.
“Populasi yang kekurangan gizi, saluran pembuangan limbah terbuka—semua itu sudah tidak asing lagi bagi kami sebagai dokter veteran di zona perang. Namun, ditambah dengan kepadatan penduduk yang luar biasa, banyaknya anak-anak yang cacat parah dan diamputasi, dengungan drone yang terus-menerus, bau bahan peledak dan mesiu—belum lagi ledakan yang terus-menerus mengguncang bumi—maka tidak mengherankan jika UNICEF mendeklarasikan Jalur Gaza sebagai “tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.” (The Cradle)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.