Euro-Med: Semakin Banyak Warga Palestina yang Tewas Akibat Blokade ‘Israel’

11 August 2024, 13:38.

Anak-anak Palestina yang terluka dibawa ke Rumah Sakit Baptis Al Ahli setelah serangan ‘Israel’ di lingkungan Syujaiyya di Kota Gaza, Gaza, pada 4 Agustus 2024. Foto: Dawoud Abo Alkas – Anadolu Agency

(Middle East Monitor) – Bahkan setelah sepuluh bulan penghancuran sistematis dan meluas terhadap sektor layanan kesehatan di Jalur Gaza, serta blokade sewenang-wenangnya terhadap wilayah tersebut, ‘Israel’ terus mencegah masuknya pasokan medis, termasuk peralatan medis dan obat-obatan penting.

Akibat langsungnya adalah semakin banyak warga Palestina yang meninggal dunia karena tidak adanya perawatan yang memadai, demikian laporan dari Euro-Med Human Rights Monitor.

“Sekarang, lebih dari sebelumnya, tindakan segera diperlukan untuk mencabut blokade ‘Israel’ di Jalur Gaza, memasukkan pasokan medis untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang sakit dan terluka, menjamin hak untuk bepergian bagi mereka yang membutuhkan perawatan kritis, serta memasukkan pasokan yang diperlukan untuk segera membangun kembali sistem layanan kesehatan dan memastikan perlindungannya dari bom ‘Israel’,” ujar Euro-Med.

LSM ini menerima puluhan keluhan setiap hari dari warga Palestina yang ingin melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa di luar Jalur Gaza karena kurangnya perawatan, obat-obatan dan peralatan medis yang memadai di daerah kantong yang terkepung tersebut. Selain itu, sebagian besar rumah sakit tidak lagi beroperasi karena blokade yang terus berkelanjutan dan penargetan sistematis yang dilakukan oleh ‘Israel’.

“‘Israel’ telah menutup penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir sejak bulan Mei,” kata Euro-Med. “Itu adalah satu-satunya jalan keluar dari Jalur Gaza sejak dimulainya genosida yang dilakukan oleh ‘Israel’ terhadap warga Palestina. Penutupan ini telah mencegah ribuan orang yang sakit dan terluka untuk melakukan perjalanan guna mendapatkan pengobatan, yang mengakibatkan kematian ratusan orang sejauh ini.”

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 12.000 orang yang terluka dan 14.000 pasien sakit sangat membutuhkan izin untuk melakukan perjalanan guna mendapatkan pengobatan.

Ada puluhan ribu orang lainnya yang sangat membutuhkan perjalanan untuk menyelesaikan pengobatan atau menerima layanan terapi dan rehabilitasi penting yang tidak lagi tersedia di Jalur Gaza.

“Puluhan pasien meninggal setiap hari, termasuk orang lanjut usia, sebagian besar karena kurangnya penanganan medis, obat-obatan atau perawatan yang memadai,” jelas kelompok hak asasi manusia tersebut.

“Kami harus menekankan bahwa orang-orang ini tidak termasuk dalam daftar resmi mereka yang terbunuh oleh genosida ‘Israel’ yang sedang berlangsung.”

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa angka kematian di Jalur Gaza telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir jika dibandingkan dengan periode yang sama dalam dua tahun terakhir. Korelasi juga ditemukan antara meningkatnya jumlah kematian, rumah sakit yang tidak lagi beroperasi, dan runtuhnya sistem kesehatan karena penargetan dan blokade ‘Israel’ yang sistematis.

Ishaq Nael Mushtaha yang berusia 29 tahun, misalnya, meninggal pada tanggal 3 Agustus akibat kekurangan gizi dan tidak dapat melakukan perjalanan untuk berobat. Saudaranya, Mohammed, sebelumnya telah meminta izin dalam sebuah pernyataan yang dilihat oleh tim Euro-Med Monitor agar saudaranya diizinkan untuk melakukan perjalanan guna mendapatkan pengobatan untuk penyakit Crohn yang telah dideritanya sejak sebelum dimulainya genosida pada bulan Oktober lalu.

Pada tanggal 2 Mei, Ishaq menjalani operasi untuk mengangkat 30 cm ususnya dan menyebabkan berat badannya turun dari 75 menjadi 39 kilogram. Permohonan izin untuk melakukan perjalanan ditolak.

Banyak keluhan lain tentang penderitaan pasien atau keluarga mereka akibat perawatan yang tidak memadai telah diterima oleh LSM tersebut. Salah satu keluhan tersebut datang dari ibu seorang anak berusia 2,5 tahun dari Gaza utara bernama Youssef Basil Al-Adham. Ibu Youssef mengatakan kepada tim Euro-Med bahwa anaknya terluka dalam pengeboman ‘Israel’.

Meskipun Youssef telah menjalani beberapa prosedur operasi untuk mencoba mengobatinya, serangan ‘Israel’ yang terus berlanjut membuatnya tidak mungkin mendapatkan perawatan yang tepat. “Dokter mengatakan kepada saya bahwa anak saya harus pergi ke luar negeri untuk berobat agar saya dapat melihatnya bisa duduk kembali,” kata ibu Youssef, “meskipun sudah mendaftar untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, penyeberangan ditutup, dan dia tidak bisa pergi.”

Sementara itu, ribuan pasien kanker harus melakukan perjalanan dengan segera untuk menerima kemoterapi dan pengobatan penting lainnya.

Maysaa Alian Kamel Aliwa adalah salah satunya. Dia tidak mendapatkan perawatan medis karena genosida yang sedang berlangsung.

“Saya telah menjadi pasien kanker sejak 2018, dan selain pengeboman oleh ‘Israel’, tantangan lain yang kami hadapi adalah mendapatkan air bersih, karena air bersih sangat langka,” ungkapnya kepada Euro-Med.

“Saya telah menderita akibat pengusiran paksa dan pengeboman … kami harus menghabiskan malam di bawah tembakan artileri dan bom pesawat. Kami terhindar secara ajaib dari kematian ketika daerah di belakang kami dibom, [tetapi] kami terpaksa mengungsi ke Khan Yunis tanpa akses bahkan ke kebutuhan yang paling dasar sekalipun, termasuk makanan dan air.”

Karena tidak memiliki akses ke perawatan atau pengobatan lanjutan selama waktu itu, dia hanya menggunakan obat penghilang rasa sakit yang tidak efektif untuk bertahan hidup. “Rumah sakit jauh, dan karena runtuhnya sistem layanan kesehatan, kami tidak bisa mendapatkan perawatan medis yang penting. Saya merasa semakin dekat dengan kematian setiap hari.”

Ibu dari Abdullah Muhammad Akrim yang berusia 9 tahun mengatakan kepada Euro-Med bahwa ketika putranya jatuh sakit setelah pengusiran paksa, keluarga membawanya ke Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya rumah sakit di Gaza utara yang masih buka pada saat sistem kesehatan sedang tidak berfungsi.

“Setelah tiga hari menjalani perawatan intensif, para dokter menyatakan bahwa dia mengalami gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah,” jelasnya. “Saya menyalahkan hal ini pada ketergantungannya selama berbulan-bulan pada makanan kaleng dan kekurangan mineral serta vitamin, yang tidak tersedia di Gaza utara karena kekurangan hasil bumi, makanan, perawatan medis, dan suplemen.”

Menurut Saher Nasr, seorang dokter anak di rumah sakit yang sama, kekurangan gizi dan kekebalan tubuh yang lemah telah menyebabkan peningkatan penyakit di kalangan anak-anak di Gaza utara.

“Banyak penyakit kulit yang menyebar di kalangan anak-anak selama perang,” kata Dr Nasr. “Sebagian besar penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur, yang hanya menyerang orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.”

Dia menambahkan bahwa hal ini merupakan akibat dari kepadatan penduduk di tempat pengungsian, kebersihan yang buruk, pasokan air yang terkontaminasi, dan pola makan yang tinggi makanan olahan serta rendah protein.

“Orang-orang menjadi semakin rentan terhadap penyakit-penyakit ini. Hal ini telah menyebabkan keterlambatan dalam penyembuhan luka dan infeksi pada luka, yang mana pengobatan dalam bentuk salep atau antibiotik saat ini tidak tersedia.”

Penghancuran ‘Israel’ terhadap sektor layanan kesehatan di Jalur Gaza merupakan pilar fundamental dari rencana sistematis, terorganisir dan berskala besar yang telah diterapkannya untuk menghancurkan kehidupan warga Palestina di Jalur Gaza dan melenyapkan mereka sepenuhnya dengan mengubah tanah air mereka menjadi tempat yang tidak dapat dihuni tanpa layanan dasar.

Rumah sakit, peralatan medis, dan ambulans telah menjadi sasaran dan dihancurkan; tenaga medis telah dihilangkan secara paksa dan dibunuh; peralatan dan obat-obatan baru, serta barang-barang kebutuhan pokok sekali pakai, tidak diizinkan masuk oleh blokade ‘Israel’.

“Semua ini disengaja. Mereka yang tidak terbunuh dalam operasi pengeboman dibunuh secara perlahan-lahan oleh penghancuran sektor kesehatan. ‘Israel’ merampas peluang warga Palestina untuk bertahan hidup, memulihkan diri, berlindung, dan bahkan untuk hidup itu sendiri, tegas Euro-Med.”

Bersamaan dengan serangan penjajah Zionis terhadap infrastruktur sipil, terjadi pula pembunuhan massal terhadap penduduk sipil dan orang-orang yang dilindungi, seperti mereka yang sakit dan terluka.

“‘Israel’ melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang tanpa mendapat hukuman,” kata LSM tersebut. “Dengan melanggar prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kebutuhan militer, serta menolak untuk melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dan objek-objek sipil, serdadu ‘Israel’ melanggar hukum kemanusiaan internasional, serta perlindungan khusus terhadap rumah sakit sipil dan tenaga medis.”

Euro-Med Human Rights Monitor telah menyerukan intervensi internasional yang cepat untuk mengakhiri genosida ‘Israel’; memaksa penjajah Zionis itu menghentikan pengepungan sewenang-wenang di Jalur Gaza, mengizinkan masuknya makanan dan barang-barang lainnya, serta bantuan medis untuk menyelamatkan nyawa ke dalam daerah kantong tersebut; segera membangun kembali sektor layanan kesehatan; mendirikan rumah sakit lapangan di bagian utara Jalur Gaza; menghentikan serangan sistematis ‘Israel’ terhadap rumah sakit dan petugas medis, orang sakit dan terluka; serta mengizinkan semua orang yang perlu pergi ke luar negeri untuk berobat agar dapat melakukannya tanpa penundaan lebih lanjut. (Middle East Monitor)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« VIDEO – Banjir Melanda Yaman: Puluhan Warga Tewas, Puluhan Ribu Orang Terdampak
Inilah 3 Strategi Penjajah Zionis untuk Kuasai Tanah Palestina »