Penjajah Zionis Lakukan Serangan Terbesar di Tepi Barat Terjajah Sejak Intifadhah Kedua
29 August 2024, 12:12.

Gerombolan serdadu Zionis melakukan penyerbuan di kamp pengungsi Palestina Nur Shams di dekat kota Tulkarm di Tepi Barat terjajah pada 28 Agustus 2024. Foto: Jaafar Ashtiyeh/AFP
(Middle East Eye) – Penjajah Zionis meluncurkan serangan terbesarnya di Tepi Barat terjajah sejak Intifadhah Kedua, menyerang tiga kota: Jenin, Tulkarm dan Tubas dari darat dan udara.
Serangan drone dilaporkan terjadi di tiga kota tersebut saat pasukan Zionis melepaskan tembakan ke arah warga Palestina di darat, menewaskan sedikitnya sembilan orang, termasuk tujuh orang di Tubas dan dua orang di Jenin, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Serangan itu dimulai tepat setelah tengah malam waktu setempat setelah serdadu Zionis yang menyamar memasuki kamp pengungsi Jenin dan kamp pengungsi Nur Shams di Tulkarm.
Di Tubas, pasukan Zionis tiba melalui helikopter militer dan memimpin serangan di sana, khususnya di kamp pengungsi Far’a, menurut media “Israel” dan Palestina.
Sejumlah besar pasukan “Israel” kemudian menyerbu kamp-kamp dan mengepung rumah-rumah sakit, mencegah paramedis mencapai lokasi serangan, menurut saksi mata dan Bulan Sabit Merah Palestina.
Seorang petugas ambulans dari kota itu mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa pasukan “Israel” menyerbu stasiun ambulans di kamp pengungsi Far’a dan sempat menahan paramedis di luar.
Adnan Ghoneimi mengatakan para serdadu “Israel” memaksa tim medis meninggalkan stasiun ambulans dan membariskan mereka ke dinding saat mereka menggeledah fasilitas itu.
Paramedis di kota itu telah dihalangi untuk mencapai kamp sejak serangan dimulai pada tengah malam, tambahnya.
Pengepungan telah diberlakukan di ketiga kota – Jenin, Tulkarm dan Tubas – di Tepi Barat utara, memisahkan mereka dari wilayah Palestina lainnya.
Shatha Sabagh, seorang warga kamp Jenin, menggambarkan serangan itu sebagai serangan terbesar yang pernah dilihatnya selama bertahun-tahun.
“Jumlah kendaraan militer yang menyerbu Jenin sangat besar,” katanya kepada MEE.
“Tiga rumah sakit utama dikepung dan seluruh jalan menuju kota ditutup dengan penghalang tanah. Kami belum pernah menyaksikan serangan seluas ini untuk waktu yang lama, dan tampaknya akan terus berlanjut selama beberapa hari.”
Gerombolan serdadu Zionis mengambil posisi di beberapa gedung di kota itu dan mengerahkan para penembak jitu di atap, menembaki siapa pun yang bergerak di depan mereka, tambahnya.
Kota itu lumpuh, para pekerja dan pelajar terpaksa tetap berada di dalam ruangan. Warga juga belum dapat menguburkan mereka yang terbunuh dalam serangan sejauh ini di tengah pengepungan ketat yang diberlakukan oleh militer, menurut Sabagh.
Khaled Sobh dari kamp Far’a menggambarkan pemandangan serupa di sana.
“Situasi di kamp sangat buruk dan penyerbuan itu adalah yang terbesar yang pernah terjadi,” katanya kepada MEE.
“Ambulans dilarang bergerak. Korban luka diselundupkan ke rumah sakit karena semua penutupan ini.”
Menurut Sobh, pasukan Zionis “secara brutal” menyerbu rumah dan menggunakan warga sebagai tameng manusia. Ia mengatakan setidaknya satu keluarga digunakan sebagai tameng bagi serdadu Zionis ketika mereka pindah ke atap rumah untuk mendirikan tenda di sana.

Warga berdiri di samping jenazah seorang warga Palestina, yang terbunuh dalam serangan “Israel” di kamp al-Far’a, di sebuah rumah sakit di Tubas, di Tepi Barat terjajah pada 28 Agustus 2024. Foto: Raneen Sawafta/Reuters
Ghoneimi mengonfirmasikan bahwa sebuah drone “Israel” mengebom kamp tersebut saat fajar, membunuh empat orang.
Awak ambulans berhasil mencapai daerah tersebut beberapa jam kemudian dan terkejut dengan dampak serangan tersebut.
Di kamp Nur Shams dekat Tulkarm, saksi mata Bayan Mansour mengatakan para serdadu Zionis mulai meneror penduduk dan mengepung dua rumah sakit utama segera setelah mereka tiba setelah tengah malam.
“Serangan dan pergerakan kendaraan serta serdadu membuktikan bahwa mereka tengah mempersiapkan diri untuk tinggal dalam jangka waktu yang lama,” kata Mansour kepada MEE.
“Bentrokan belum mereda dan kami mendengar suara alat peledak meledak dari waktu ke waktu,” tambahnya.
Sejumlah besar buldoser militer dilaporkan berada di ketiga kota, menghancurkan jalan, infrastruktur listrik dan air yang penting.
Serangan terbesar sejak Intifadhah Kedua
Militer “Israel” mengatakan mereka tengah melaksanakan operasi “anti-teror” besar-besaran di Jenin dan Tulkarm tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sumber-sumber militer mengatakan kepada Times of Israel bahwa serangan itu diperkirakan akan berlangsung beberapa hari. Channel 12 “Israel” mengatakan empat batalion terlibat dalam serangan itu, termasuk pasukan darat dan angkatan udara.
Sementara itu, lembaga penyiaran publik Kan News memberitakan bahwa serangan itu adalah yang terbesar yang dilakukan oleh militer “Israel” sejak serangan “Defensive Shield/Perisai Pertahanan” tahun 2002 saat puncak Intifadhah Kedua.
Tak lama setelah serangan dimulai, Menteri Luar Negeri “Israel”, Israel Katz, menyerukan “evakuasi sementara” warga Palestina dari beberapa wilayah Tepi Barat terjajah.
Sementara itu, kelompok bersenjata Palestina di kota-kota yang menjadi sasaran, termasuk cabang lokal Hamas, Jihad Islam, dan Fatah, mengatakan anggota mereka menghadapi militer “Israel”, termasuk meledakkan alat peledak terhadap pasukan.
Saluran berita “Israel” Hayom menggambarkan pertempuran di kamp antara para serdadu Zionis dan warga Palestina “berat dan sulit”.
Cabang Jihad Islam di Tulkarm mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap buldoser militer “Israel”, menggunakan bom pinggir jalan.
Rekaman oleh media lokal menunjukkan pasukan “Israel” mengevakuasi buldoser yang rusak dari kota tersebut.
Jihad Islam juga mengklaim telah menembak jatuh penembak jitu di Tulkarm selama baku tembak dan mengatakan bahwa para pejuangnya menembak jatuh drone “Israel”.
Rumah sakit dikepung
Rumah Sakit Pemerintah Jenin, yang juga dikenal sebagai Rumah Sakit Khalil Suleiman, masih dikepung “Israel” hampir 12 jam setelah kota Tepi Barat itu diserbu, kata direktur rumah sakit itu kepada MEE.
Dr. Wissam Abu Bakr mengatakan kendaraan militer “Israel” mengepung rumah sakit itu, mencegah orang-orang masuk dan keluar dengan bebas.
“Ambulans yang mengangkut beberapa korban dari kota itu diperiksa dengan ketat saat mereka mencoba memasuki rumah sakit. Sementara itu, para serdadu memeriksa kartu identitas beberapa orang yang terjebak di rumah sakit sebelum mengizinkan mereka meninggalkannya setelah beberapa jam,” kata Abu Bakr.
Unit penembak jitu juga dikerahkan di gedung-gedung yang berdekatan dengan dan menghadap ke rumah sakit, tambahnya, yang membatasi pergerakan penduduk.
Di kamp Far’a, Ghoneimi mengatakan karena penutupan jalan menuju kamp, paramedis terpaksa melewati jalan rusak untuk mengangkut korban terbunuh dan terluka.
Beberapa penduduk terpaksa menebang pohon di dekat rumah mereka agar ambulans dapat melewati gang-gang sempit.
Setiap kali tim medis mencoba mencapai pintu masuk kamp, mereka diancam oleh para serdadu yang akan menembak mereka, kata Ghoneimi.
“Jika kami menerima panggilan mengenai kasus darurat di dalam kamp, paramedis mencoba mencapai kesepakatan dengan mereka di lapangan, dan jika warga memerlukan transportasi ke rumah sakit, ambulans mencoba menjangkaunya melalui jalan tanah yang terjal yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dilalui.”
Ghoneimi mengatakan kepada MEE bahwa pengeboman kamp tersebut adalah “pengeboman udara paling brutal” yang pernah dialaminya.
“Salah satu asy-syahid tidak memiliki tengkorak, bahu, atau otak seolah-olah dia telah meleleh selama pengeboman,” katanya. (Middle East Eye/Fayha Shalash/Huthifa Fayyad)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
