Berapa Banyak Orang Yahudi yang Harus Mati Atas Nama Zionisme?
9 September 2024, 19:50.
Oleh: Zachary Foster, sejarawan Palestina
(palestine.beehiiv.com) – Banyak orang berpikir bahwa Zionisme bertujuan untuk melindungi orang Yahudi, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.
Para pemimpin Zionis dan ‘Israel’ secara konsisten menempatkan orang Yahudi dalam bahaya dan mengorbankan orang Yahudi demi tujuan mendirikan dan mempertahankan Negara Yahudi.
Berikut ini adalah sejarah singkat tentang orang-orang Yahudi yang harus mati demi Zionisme.
Pada tahun 1930-an, gerakan Zionis berkomitmen untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari persekusi di Eropa hanyajika itu berarti mereka berimigrasi ke Palestina.
Pemimpin komunitas Zionis di Palestina pada saat itu, David Ben Gurion, dengan jelas menyatakan bahwa dana Jewish Agency tidak boleh digunakan untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi yang pergi ke tempat lain selain Palestina.
Bahkan, setelah Kristallnacht, pogrom Nazi yang terkenal pada November 1938, sebuah upaya penyelamatan yang dikenal sebagai “Kindertransport” diorganisir, Inggris dengan berat hati setuju untuk menerima 10.000 anak-anak Yahudi dari Jerman ke Inggris.
Tak lama kemudian, Ben Gurion menyatakan pada 9 Desember 1938: “Jika aku dapat menyelamatkan semua anak di Jerman dengan membawa mereka ke Inggris atau hanya setengahnya dengan membawa mereka ke Israel, maka aku akan memilih opsi kedua, karena kita harus mempertimbangkan bukan hanya kehidupan anak-anak ini, tetapi juga sejarah bangsa Israel.”
Komunitas Zionis di Palestina berfokus untuk mendirikan sebuah negara Yahudi. Orang-orang Yahudi di Eropa hanya layak diselamatkan jika mereka membantu mencapai tujuan ini.
Pada tahun 1948, ratusan orang Yahudi Zionis di Palestina telah mati demi tujuan tersebut. Puluhan pejuang Yahudi tewas dalam serangan terhadap target-target Inggris pada tahun 1940-an. Ratusan lainnya tewas dalam bentrokan dengan penduduk asli Arab Palestina pada tahun 1920, 1921, 1929 dan 1936–1939.
Ternyata membangun sebuah Negara Yahudi di tanah yang mayoritas penduduknya bukan Yahudi adalah hal yang sangat berbahaya. Siapa yang menyangka?
Kemudian, selama Perang Palestina 1948, sekitar 6.000 orang Yahudi, atau sekitar 1% dari komunitas tersebut, tewas dalam proses pengusiran 750.000 warga Palestina dari rumah mereka dan mencegah mereka kembali. Ternyata pembersihan etnis juga cukup berbahaya, tentu saja bagi para korban Palestina, juga bagi para pelaku Yahudi.
Setelah perang, Negara ‘Israel’ terus membahayakan orang-orang Yahudi atas nama Zionisme. Seorang anggota gerakan bawah tanah Zionis di Baghdad, Yusef Ibrahim Basri, mengebom tiga target Yahudi di Baghdad pada tahun 1950-51 untuk mengusir 110.000 orang Yahudi dari Irak dan mempercepat imigrasi mereka ke ‘Israel’.
Militer ‘Israel’ juga membujuk sekelompok orang Yahudi Mesir untuk melakukan tindakan kekerasan di Mesir dalam peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Lavon. Mereka menanam bom di dalam target-target sipil, seperti teater, perpustakaan, kantor pos, dan pusat-pusat pendidikan untuk mendorong Inggris agar tetap mempertahankan pasukan pendudukannya di zona Terusan Suez, Mesir, yang dianggap sebagai kepentingan Negara Yahudi, meskipun itu bukanmerupakan kepentingan orang-orang Yahudi Mesir.
Pada tahun 1950-an, ‘Israel’ membangun 108 pusat sipil di daerah perbatasan untuk berfungsi sebagai garis pertama pertahanan militer. Ini termasuk kota-kota seperti Nahal Oz, kependekan dari Nahalayim Mul Aza, “Tentara Nahal di seberang Gaza.”
Tragisnya, kota-kota ini akhirnya berfungsi sesuai dengan tujuan pembangunannya, yaitu menempatkan warga sipil ‘Israel’ di garis depan sebagai perisai manusia.
Wajib militer tentu saja merupakan kewajiban bagi sebagian besar orang Yahudi di ‘Israel’. Ini terjadi karena negara palsu tersebut didirikan bertentangan dengan kehendak penduduk aslinya dan negara-negara di sekitarnya. Hal ini berarti bahwa selalu ada kebutuhan akan tentara yang terus mengalir.
Anehnya, sebagian besar perang ‘Israel’ adalah perang pilihan: perang perbatasan pada tahun 1950-an, Perang Suez tahun 1956, Perang Juni 1967, Perang Lebanon 1982, pendudukan Lebanon selatan (1982–2000), Intifadhah Palestina pertama (1987–1993), Intifadhah Palestina kedua (2000–2005), Perang Hizbullah tahun 2006, dan empat perang yang dilancarkan ke Gaza pada tahun 2008–2009, 2012, 2014, dan 2021.
Ribuan tentara Yahudi tewas dalam konflik-konflik bersenjata ini. Semua perang ini adalah perang pilihan yang seolah-olah diperjuangkan atas nama Zionisme, dan semuanya membutuhkan tentara Yahudi yang bersemangat dan bersedia memberikan nyawa mereka untuk tujuan tersebut.
Hal ini membawa kita pada perang ‘Israel’ saat ini di Gaza, perang paling mematikan yang pernah dilancarkan ‘Israel’ dalam sejarahnya.
Di pertengahan Desember 2023, pusat trauma ‘Israel’ melaporkan bahwa lebih dari 10.580 warga ‘Israel’ telah terluka dalam pertempuran sejak 7 Oktober, sebagian besar dari mereka adalah orang Yahudi.
Dalam delapan bulan yang telah berlalu sejak saat itu, kekerasan telah meningkat di banyak daerah di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon. Apakah jumlah orang Yahudi yang terbunuh, terluka atau mengalami trauma mencapai 20.000 orang? Atau mungkin 30.000 orang? Sensor militer ‘Israel’ bekerja keras untuk menyembunyikan jumlah korban agar memastikan dukungan terhadap perang tersebut terus berlanjut. Berapa banyak lagi orang Yahudi yang harus mati demi tujuan ini?
Negara ‘Israel’ telah menjadi ancaman bagi orang-orang Yahudi selama beberapa dekade. Negara ini secara konsisten mengorbankan nyawa orang Yahudi demi mempertahankan dominasi Yahudi di Palestina.
Tidak mengherankan jika ‘Israel’ adalah tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi orang Yahudi saat ini. Kapan orang-orang Yahudi akan menyadari bahwa ‘Israel’ bukanlah penyelamat bagi mereka, tetapi ancaman terbesar bagi mereka? (palestine.beehiiv.com)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.