Hafiz Quran Ini Syahid Terbakar Hidup-Hidup Saat Bom Zionis Menghantam Tenda Pengungsi di RS Syuhada Al-Aqsa

16 October 2024, 17:08.

Shaaban Ahmed Al-Dalu, 20 tahun, syahid dilalap api di dalam tendanya setelah serangan udara penjajah Zionis di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah pada 14 Oktober 2023 [Media Sosial/X]

(Middle East Monitor) – Rekaman video menunjukkan seorang pemuda Palestina dilalap api di dalam tendanya setelah serangan udara penjajah Zionis di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.

Pemuda berusia 20 tahun, Shaaban Ahmed Al-Dalu, seorang mahasiswa teknik perangkat lunak, berteriak minta tolong saat dilalap api.

Kebakaran menghancurkan beberapa tenda, empat warga Palestina yang mengungsi syahid, termasuk Shaaban dan ibundanya, serta melukai lebih dari 40 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan.

“Shaaban bukan hanya seorang kakak, dia adalah seorang teman dan pendukung. Kehilangan dia sungguh tak tertahankan,” kata adik laki-lakinya, yang tidak menyebutkan namanya.

Sambil menangis, sang adik yang sedang berduka mengenang malam yang tragis itu.

“Pukul 1.30 dini hari, tenda kami terkena tembakan. Saya sedang tidur di tenda sebelah dan tidak dapat menyelamatkan mereka. Saya melihat mereka terbakar.”

“Shaaban dan ibu saya terbakar sampai mati di depan mata saya. Keluarga kami sekarang terpisah, masing-masing dari kami berada di tempat yang berbeda. Kakak perempuan saya terluka dan dirawat di rumah sakit. Ayah saya juga dirawat di rumah sakit di Khan Yunis,” tambahnya, dengan air mata mengalir di wajahnya.

Keluarga Shaaban mengungsi setelah rumah mereka hancur dalam serangan udara penjajah Zionis, yang memaksa mereka berlindung di sebuah tenda di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di kota Deir Al-Balah.

Meskipun dalam kondisi perang, Shaaban tetap berkomitmen pada pendidikannya, belajar secara daring. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan jauh untuk mengakses internet dan mengikuti kelasnya.

Usaha kerasnya itu didorong oleh harapan menggapai masa depan yang lebih baik bagi keluarganya, yang telah dipaksa mengungsi akibat perang, jelas adiknya.

Namun, malam itu, ketika pesawat tempur Zionis menargetkan tenda-tenda pengungsi, Shaaban tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Api menyambar sangat cepat, membakar dirinya dan tendanya, memadamkan mimpi dan hidupnya.

Pesan terakhir

Sebelum menjemput syahid, Shaaban membagikan sebuah unggahan di akun Instagram-nya yang mengungkapkan penderitaannya berada dalam genosida “Israel”.

“Saya dulu memiliki impian besar, tetapi perang menghancurkan impian-impian itu. Perang telah membuat saya kewalahan, membuat saya sakit fisik dan mental. Saya menderita depresi dan rambut rontok karena trauma yang berkelanjutan,” tulisnya.

Dia juga mengungkapkan harapan untuk masa depan yang lebih cerah bagi keluarganya dan anak-anak yang menanggung kengerian perang, menyerukan kepada masyarakat dunia untuk mendukung warga Palestina yang mengungsi dan meringankan penderitaan mereka.

“Momen paling menyakitkan malam itu adalah melihatnya terbakar di depan semua orang, tanpa seorang pun yang dapat menolong. Api membakar habis segalanya, dan tidak ada seorang pun yang bisa mendekat karena api yang sangat besar,” kenang adiknya.

Meskipun mengalami kesulitan akibat perang dan pengepungan “Israel”, Shaaban tetap berpegang teguh pada impiannya. Ia menghafal Al-Quran dan bertekad membangun masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

Ia bekerja tanpa lelah untuk membantu keluarganya mengatasi keadaan perang yang menghancurkan, kata adiknya.

“Seminggu sebelum ia terbunuh, Shaaban sedang membaca Al-Quran di masjid dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Ia selesai membacanya sekitar pukul 1 pagi dan, sekitar setengah jam kemudian, pesawat tempur ‘Israel’ mengebom masjid tersebut. Dengan izin Allah, ia selamat dari serangan itu,” tambahnya.

Shaaban mengalami luka ringan dalam serangan itu. Ia kembali untuk tinggal bersama keluarganya di tenda mereka di halaman rumah sakit, tanpa menyadari bahwa dalam beberapa hari, ia akan bertemu kembali dengan teman-temannya dari masjid tersebut.

Penjajah Zionis terus melancarkan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Hampir 42.400 orang terbunuh sejak saat itu, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 99.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

“Israel” menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakan brutalnya di Gaza. (Middle East Monitor)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« GMO: Serdadu Zionis Bohong dan Sesatkan Opini Publik dengan Kirim Tepung ke Gaza Utara
Euro-Med: “Israel” Gunakan Robot yang Dipasangi Bom di Gaza Utara »