PROFIL – Yahya Sinwar: Dari Penjara ‘Israel’ hingga Memimpin Hamas di Tengah Genosida Gaza

18 October 2024, 05:41.

Sumber: Anadolu Agency

(Anadolu Agency) – Serdadu “Israel” mengklaim telah membunuh kepala politik Hamas Yahya Sinwar dalam operasi militer di Jalur Gaza pada hari Kamis (17/10/2024).

Dalam pernyataan resmi di X, juru bicara serdadu “Israel” Avichae Adree mengonfirmasikan pembunuhan Sinwar di Gaza.

Menteri Luar Negeri “Israel” Israel Katz juga mengonfirmasikan pembunuhan tersebut.

Militer mengklaim tidak ada tanda-tanda keberadaan para sandera di daerah tempat Sinwar terbunuh. 

Sinwar dipilih sebagai kepala politik Hamas Agustus lalu, menggantikan Ismail Haniyah, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli.

Pemilihan Sinwar, 61 tahun, sebagai pemimpin tertinggi kelompok perlawanan tersebut mencerminkan sejarahnya bersama Hamas. Ia telah menjabat sebagai pejabat tinggi Hamas di Gaza selama dua periode berturut-turut, yang pertama dimulai pada 2017 dan yang kedua pada 2021.  

Berasal dari kota al-Majdal, kini Ashkelon  

Yahya Ibrahim Hassan Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan. Keluarganya berasal dari kota al-Majdal—yang sekarang menjadi bagian dari Ashkelon di “Israel” selatan—tempat mereka dipaksa mengungsi pada 1948.

Ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin di usia muda dan belajar di Universitas Islam Gaza, tempat ia memperoleh gelar sarjana dalam bahasa Arab. Selama kuliah, ia memimpin “Blok Islam,” sayap mahasiswa Ikhwanul Muslimin.

Pada tahun 1985, Sinwar mendirikan aparat keamanan untuk Ikhwanul Muslimin, yang saat itu dikenal sebagai “Al-Majd.” Organisasi ini berfokus pada perlawanan terhadap penjajahan “Israel” di Gaza dan memerangi para pengkhianat Palestina.

Aktivisme mahasiswa Sinwar membantunya memperoleh pengalaman yang kemudian memungkinkannya mengambil peran kepemimpinan di Hamas setelah didirikan pada tahun 1987.

Divonis empat kali penjara seumur hidup+30 tahun

Pada tahun 1982, itu kali pertama serdadu “Israel” menangkap Sinwar, lalu membebaskannya setelah beberapa hari. Namun, menangkapnya lagi di akhir tahun itu, menjatuhkan hukuman enam bulan penjara karena “berpartisipasi dalam kegiatan keamanan melawan ‘Israel’.”

Pada tanggal 20 Januari 1988, “Israel” menangkapnya kembali dan menjatuhkan hukuman empat kali penjara seumur hidup ditambah 30 tahun penjara karena “mendirikan aparat keamanan Al-Majd dan berpartisipasi dalam pembentukan sayap militer pertama Hamas, yang dikenal sebagai Mujahidin Palestina.”

Sinwar menghabiskan 23 tahun di penjara “Israel” sebelum dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan antara Hamas dan “Israel” pada tahun 2011 yang dikenal sebagai “Kesepakatan Shalit.”

“Mengapa kalian belum membebaskan Palestina?” tanya Sinwar kepada rekan-rekannya dalam pernyataan pertamanya setelah dibebaskan dari penjara. Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani pada tanggal 11 Oktober 2011, “Israel” membebaskan 1.027 tawanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan serdadu “Israel” Gilad Shalit oleh Hamas. 

Memimpin Hamas di Gaza

Setelah dibebaskan pada tahun 2011, Sinwar berpartisipasi dalam pemilihan internal Hamas pada tahun 2012, memenangkan kursi di biro politik dan mengemban amanah untuk mengawasi sayap militer kelompok tersebut, Brigade Qassam.

Pada bulan September 2015, Amerika Serikat menambahkan Sinwar ke dalam daftar “teroris internasional.” Badan keamanan “Israel” juga telah mencantumkan Sinwar sebagai target utama pembunuhan di Gaza, menurut media “Israel”.

Kematiannya terjadi saat “Israel” terus melancarkan serangan brutal di Gaza menyusul aksi heroik lintas batas oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Lebih dari 42.400 orang syahid sejak saat itu, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 99.200 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Genosida “Israel” telah membuat hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung—yang telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah. 

“Israel” menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza. (Anadolu Agency/Rania R.a. Abushamala)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Keluarga Pemuda Gaza yang Dibakar Penjajah Zionis Ungkap Detik-Detik Pembantaian di Deir al-Balah