Menyerbu Sekolah di Gaza Utara, Serdadu Zionis Memaksa Warga Mengungsi dengan Menodongkan Senjata
22 October 2024, 13:12.

Tangkapan layar rekaman drone penjajah zionis yang menunjukkan pengusiran sejumlah orang di Jabalia dengan menodongkan senjata (X)
(Middle East Eye) – Militer zionis meningkatkan upayanya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza utara. Para serdadu penjajah secara sistematis menyerbu sekolah-sekolah di wilayah tersebut dan memaksa para pengungsi yang berlindung di sana pergi dengan menodongkan senjata.
Menurut para saksi, pasukan “Israel” memisahkan para pria dari keluarga mereka dan memerintahkan para wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke selatan.
Sejak fajar pada hari Senin (21/10/2024), 44 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan “Israel” di utara Jalur Gaza, yang telah menjadi sasaran pengepungan selama dua minggu dan operasi darat besar-besaran, yang menghalangi akses bantuan dan makanan ke wilayah tersebut.
Setidaknya 10 orang terbunuh dan 30 lainnya terluka dalam serangan “Israel” terhadap Sekolah Persiapan Jabalia di daerah Al-Fawqa, yang berfungsi sebagai tempat penampungan UNRWA bagi para pengungsi, sebagaimana dilansir kantor berita Palestina Wafa.
Tujuh warga Palestina lainnya terbunuh dan puluhan lainnya terluka dalam serangan “Israel” terhadap sekolah Kreizm yang berafiliasi dengan UNRWA di kamp yang terkepung, tempat para pengungsi juga berlindung.
Saksi mata mengatakan kepada Wafa bahwa orang-orang di sekolah Kreizm menjadi sasaran tembakan artileri setelah mereka berkumpul untuk bersiap mengungsi, berdasarkan perintah pengusiran dari serdadu zionis.
Sementara itu, pasukan zionis membunuh enam orang, termasuk anak-anak, dan melukai yang lainnya saat mereka mengisi air minum di kota Jabalia. Di tempat lain, serangan “Israel” membunuh empat orang di dekat rumah sakit al-Yaman al-Saeed.
‘Situasinya sangat buruk’
Sebuah video dari lembaga penyiaran “Israel” menunjukkan kerumunan orang yang diusir dari kamp pengungsi Jabalia yang terkepung saat berupaya melewati pos pemeriksaan.
Jurnalis Sulaiman Ahmed yang membagikan rekaman dan gambar pos pemeriksaan, melaporkan bahwa orang-orang yang tidak bergerak ke arah pos pemeriksaan menjadi sasaran “tembakan drone dan artileri”.
“Bahkan mereka yang mengikuti perintah pun diserang. Pembantaian sedang berlangsung di Gaza utara, mayat-mayat berserakan di jalan.”
Jurnalis Palestina Hossam Shabat melaporkan, pasukan “Israel” menyerang sebuah sekolah di Jabalia, memaksa orang-orang yang berlindung di sana untuk keluar.
“Kemudian serdadu membuat mereka berbaris dan menembak siapa saja yang berani bergerak. Setiap laki-laki yang berusia di atas 16 tahun ditahan, disiksa, dan diinterogasi,” kata Shabat dalam sebuah pos di X.
“Banyak dari orang-orang yang berbaris itu adalah orang sakit, seperti orang yang diamputasi, pasien kanker, dan anak-anak kecil yang diminta untuk berbaris sambil berdiri selama berjam-jam. Situasinya sangat buruk.”
Di tempat lain di wilayah tersebut, sembilan orang terbunuh dan puluhan lainnya terluka dalam serangan “Israel” yang menargetkan rumah tinggal milik keluarga Maqat, di utara Kota Gaza.
Di Beit Hanoun, tiga orang terbunuh dan lainnya terluka ketika pasukan zionis menargetkan sekolah Ghazi al-Shawa–tempat para pengungsi berlindung.
Terpaksa tinggal di toilet
Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Phillipe Lazzarini melaporkan, situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza utara memburuk dengan cepat di tengah larangan masuknya bantuan oleh “Israel” yang terus berlanjut.
Pasukan zionis telah memblokir masuknya makanan atau bantuan dalam bentuk apa pun ke Gaza utara sejak 1 Oktober, yang secara signifikan meningkatkan risiko kelaparan bagi penduduk.
Lazzarini mengatakan, tempat penampungan UNRWA yang tersisa di wilayah tersebut menghadapi kepadatan yang membahayakan, beberapa orang yang mengungsi terpaksa “tinggal di toilet”.
“Menurut laporan, orang-orang yang mencoba mengungsi terbunuh, jasad mereka dibiarkan tergeletak di jalan. Misi untuk menyelamatkan orang-orang dari bawah reruntuhan juga ditolak,” katanya dalam sebuah pos di X.
“Menolak & menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai senjata untuk mencapai tujuan militer adalah tanda betapa rendahnya moral.”
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, tiga rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di daerah tersebut, Rumah Sakit Indonesia, Al-Awda dan Kamal Adwan berada di bawah pengepungan serdadu zionis.
Kementerian melaporkan rumah-rumah sakit tersebut telah kehabisan bahan bakar dan suplai medis.
Menurut Medecins San Frontieres (MSF), lebih dari 350 pasien, termasuk wanita hamil dan pasien yang baru saja pulih dari operasi, diperkirakan terperangkap di dalam fasilitas-fasilitas tersebut.
MSF mengatakan, para pasien memerlukan perawatan medis yang konstan dan tidak dapat dievakuasi.
Pada tanggal 19 Oktober, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hossam Abu Safia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa banyak korban luka akibat serangan di Beit Lahiya, yang dirawat oleh rumah sakit tersebut, telah meninggal akibat sangat kurangnya sumber daya, suplai medis, dan personel khusus di fasilitas tersebut.
Rumah sakit tersebut juga mengumumkan bahwa mereka telah kehabisan kain kafan yang digunakan untuk menutupi jenazah.

Sehari kemudian “Israel” menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan, merusak tangki air dan jaringan listriknya.
Pada hari Sabtu (19/10/2024), Beit Lahia menghadapi pengeboman besar-besaran oleh pasukan “Israel”, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 87 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan. Upaya pencarian sedang berlangsung untuk menemukan mereka yang masih hilang di bawah reruntuhan. (Middle East Eye)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
