“Israel” Melarang Misi Bantuan Medis Memasuki Gaza

22 October 2024, 13:15.

Warga Palestina dibawa ke RS Syuhada al-Aqsa setelah penjajah zionis membombardir tenda para pengungsi di Jalur Gaza tengah, pada 17 Oktober 2024 (Imago/APA images via Reuters Connect)

(Middle East Eye) – Setidaknya enam misi bantuan medis yang saat ini beroperasi di Jalur Gaza menerima perintah dari penjajah “Israel” bahwa mereka tidak lagi diizinkan mengakses pasien di daerah itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan hal tersebut kepada kelompok medis setelah “Israel” memberitahu melalui pesan teks.

Di antara kelompok tersebut adalah Fajr Scientific, Glia, dan Palestinian American Medical Association (PAMA). Penjajah zionis tidak memberikan alasan yang jelas mereka melarang.

Dilansir oleh Washington Post, WHO menyatakan prihatin dengan dampak perintah tersebut, sebab sistem medis di Gaza sedang kritis. Keberadaan tim medis darurat sangat penting untuk menjaga sistem tetap berjalan, karena hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih bisa beroperasi.

Kelaparan akut

WHO mendesak agar misi medis difasilitasi masuk ke Gaza secara berkelanjutan. Pasalnya, telah terjadi kekurangan gizi dan penyakit yang merajalela di seluruh wilayah. Tidak ada makanan atau bantuan apa pun yang memasuki Gaza utara sejak 1 Oktober 2024, di tengah operasi darat besar-besaran yang diluncurkan oleh penjajah “Israel”.

“Ini adalah vonis mati bagi ribuan pasien,” kata International Centre of Justice for Palestinians (ICJP) dalam pernyataan tertulis. “Organisasi-organisasi tersebut secara kolektif telah mengirim ratusan delegasi medis untuk memberikan bantuan yang menyelamatkan nyawa warga Palestina yang sakit dan terluka di Gaza selama 12 bulan terakhir.”

Tim medis dari organisasi-organisasi tersebut telah merawat lebih dari 15.000 pasien sejak Oktober 2023. Mereka juga mengirimkan tim spesialis bedah, trauma, kedokteran anak, dan bedah syaraf. ICJP menambahkan, mungkin ada kelompok lain yang terkena dampak dari perintah ini.

Seluruh penduduk Jalur Gaza saat ini berisiko kelaparan dan mengalami tingkat “darurat” kerawanan pangan akut. Situasi diperkirakan akan memburuk karena “Israel” memperketat pengepungannya.

Terhambatnya akses kemanusiaan dan intensitas pengeboman yang makin tinggi meningkatkan risiko kelaparan bagi penduduk di Gaza utara. Persediaan makanan, air, bahan bakar, dan peralatan medis semakin menipis.

Dalam penilaian baru yang didukung PBB, Integrated Food Security Phase Classification (IPC) mengatakan, sekitar 1,84 juta orang di seluruh Gaza mengalami kerawanan pangan akut. Di antaranya sekitar 133.000 orang tergolong suffering catastrophic food insecurity (menderita bencana kerawanan pangan).

IPC yang melakukan analisis antara 30 September dan 4 Oktober 2024, memperkirakan jumlah orang yang mengalami kelaparan parah akan meningkat hampir tiga kali lipat dalam beberapa bulan mendatang.

Dokumen mengerikan

Perintah “Israel” muncul setelah ada tulisan esai di New York Times pada 9 Oktober 2024 berjudul 65 Doctors, Nurses and Paramedics: What We Saw in Gaza”. Tulisan tersebut merupakan hasil tim yang dipimpin Feroze Sidhwa, seorang dokter bedah trauma di PAMA, salah satu organisasi yang kini dilarang. Dokumen itu juga memuat kesaksian dari Mimi Syed, seorang dokter gawat darurat yang juga merupakan relawan PAMA.

Salah satu isinya yang mengerikan adalah gambaran secara terperinci pola pasien anak-anak yang ditembak di kepala. Ini menunjukkan bahwa anak-anak menjadi sasaran tembak langsung serdadu “Israel”.

Dokumen tersebut juga menyoroti besarnya luka bakar dan cedera yang dialami anak-anak. Dan hanya sedikit yang mendapat bantuan psikiater.

Tak lama setelah tulisan tersebut diterbitkan, New York Times diserang. Banyak surat masuk yang mengkritik dan mengatakan bahwa esai tersebut “mengabaikan kebrutalan Hamas” dan “menyalahkan Israel”. Sementara itu, beberapa media lain mengutip pejabat atau serdadu “Israel” yang menyebut pencitraan para dokter itu dibuat-buat.

“Kami mendukung esai ini dan penelitian yang mendasarinya,” tulis editor opini New York Times, Kathleen Kingsbury. “Kami menyunting esai tamu ini secara saksama sebelum memublikasikan, memverifikasi laporan dan gambar melalui bukti foto dan video pendukung, serta metadata berkas. Kami juga memeriksa kredensial dokter dan perawat.”

Tulisan tersebut menyajikan hasil pemindaian para ahli independen yang mengkhususkan diri dalam luka tembak, radiologi, dan trauma pediatrik. Kredibiltasnya terbukti, kata Kingsbury.

Surat kabar tersebut juga memiliki foto-foto korban yang dijelaskan dalam esai tersebut. Namun, foto-foto itu “terlalu mengerikan untuk dipublikasikan”.

Karena tidak ada jurnalis asing yang diizinkan masuk ke Gaza, para profesional medis merupakan salah satu dari sedikit orang yang dapat membagikan apa yang mereka saksikan kepada dunia luar. (Middle East Eye)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Menyerbu Sekolah di Gaza Utara, Serdadu Zionis Memaksa Warga Mengungsi dengan Menodongkan Senjata
‘Mereka yang Tidak Tewas atau Terluka Mengalami Gangguan Mental’: Serdadu Zionis Menolak Kembali ke Gaza »