‘Disiksa dan Dibiarkan Mati’: Detail Terbaru tentang Dokter Bedah Terkemuka Gaza yang Dibunuh di Penjara Zionis
18 November 2024, 14:55.
Foto: CNN
(The Cradle) – Investigasi Sky News yang dipublikasikan pada 16 November telah mengungkap perincian baru seputar penyiksaan dan pembunuhan “Israel” terhadap dokter bedah Palestina terkenal dari Gaza, Adnan al-Bursh, di Penjara Ofer di Tepi Barat terjajah Mei lalu.
Seorang rekan tawanan Palestina di Penjara Ofer mengatakan kepada saluran berita Inggris itu bahwa penjaga penjara “Israel” menyiksa Dr. Bursh dengan kejam dan kemudian meninggalkannya agar mati sendirian, telanjang dari pinggang ke bawah, di halaman penjara.
Tawanan tersebut, yang sebelumnya mengenal dokter itu di Gaza, memberikan perincian baru tersebut dalam sebuah deposisi kepada pengacara dari HaMoked, sebuah organisasi hak asasi manusia “Israel”.
“Di pertengahan April 2024, Dr. Adnan Al-Bursh tiba di Bagian 23 Penjara Ofer. Para penjaga penjara membawa Dr. Adnan Al-Bursh ke bagian tersebut dalam kondisi yang menyedihkan. Ia jelas telah diserang dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Ia telanjang di bagian bawah tubuhnya,” demikian pernyataan deposisi tawanan tersebut.
“Para penjaga penjara melemparkannya ke tengah halaman dan meninggalkannya di sana. Dr. Adnan Al-Bursh tidak dapat berdiri. Salah seorang tawanan membantunya dan menemaninya ke salah satu ruangan. Beberapa menit kemudian, para tawanan terdengar berteriak dari ruangan yang mereka masuki, menyatakan Dr. Adnan Al-Bursh (telah meninggal).”
Dr. Bursh secara luas dikenal sebagai salah satu dokter bedah paling berkualifikasi dan terkenal di Gaza.
Ketika genosida “Israel” di Gaza dimulai pada bulan Oktober tahun lalu, Dr. Bursh bekerja di Rumah Sakit Al-Syifa sebagai kepala bedah ortopedi. Dia bekerja sepanjang waktu, melakukan operasi kepada warga Palestina yang terluka akibat pengeboman mengerikan yang dilakukan “Israel”.
Ketika pasukan “Israel” mengepung Al-Syifa pada bulan November, Bursh terpaksa mengungsi.
Bursh pergi dengan berjalan kaki ke Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia untuk terus mengobati pasien yang terluka.
Ia mendokumentasikan pengalamannya dalam bentuk video, termasuk saat “Israel” menembaki rumah sakit tersebut, yang membunuh 12 orang.
Ia kemudian dipaksa meninggalkan Rumah Sakit Indonesia dan dipindahkan ke Rumah Sakit Al-Awda di utara Gaza, tempat ia diculik oleh pasukan “Israel”.
Setelah gerombolan serdadu mengepung rumah sakit tersebut, “Mereka memberi tahu [Dr. Bursh] bahwa jika semua pria tidak datang … mereka akan menghancurkan Rumah Sakit Al-Awda beserta semua wanita dan anak-anak di dalamnya,” kata seorang rekan dokter di Al-Awda, Mohammad Obeid, kepada Sky News.
Setelah dr. Bursh meninggalkan rumah sakit tersebut, serdadu Zionis “memanggil namanya” dan kemudian “dengan kasar” membawanya pergi, kata Obeid.
Dr. Bursh kemudian dibawa ke kamp tahanan Sde Teiman yang terkenal kejam di Gurun Negev.
Fasilitas tersebut menjadi terkenal pada musim panas ini setelah para sipir penjara, dokter, dan mantan tawanan memberikan kesaksian tentang para tawanan yang disiksa dan diperkosa di sana.
Dr. Khalid Hamouda, yang pernah ditawan di Sde Teiman, mengatakan kepada Sky News bahwa dari 100 tawanan di bagian kamp tempat ia ditahan, setidaknya seperempatnya adalah petugas kesehatan.
Dr. Bursh dipukuli dengan brutal di Sde Teiman.
“Dia mengira tulang rusuknya patah,” kata dr. Hamouda. “Dia bahkan tidak bisa pergi ke toilet sendirian.”
Dokter tersebut kemudian dipindahkan ke Penjara Ofer di sistem penjara “Israel”, tetapi tidak pernah didakwa dengan kejahatan apa pun atau terorisme.
Sejak 7 Oktober 2023, setidaknya 43 tawanan telah meninggal di penjara “Israel”, menurut Palestinian Prisoners Society. (The Cradle)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.