Serdadu Zionis Terus Membantai Warga Gaza yang Kelaparan di ‘Pusat Distribusi Bantuan’
12 June 2025, 15:27.
(Al Jazeera) – Sedikitnya 13 Ahlu Syam Gaza syahid dan lebih dari 150 orang terluka setelah serdadu penjajah ‘Israel’ menembaki kerumunan yang menunggu makanan di dekat dua lokasi distribusi bantuan di Gaza, satu di sebelah timur Rafah dan satu lagi di dekat Jembatan Wadi Gaza.
Pembantaian hari Ahad (8-6-2025) itu merupakan satu dari serangkaian serangan terhadap warga sipil Gaza yang mencari makanan di pusat-pusat bantuan yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang kontroversial—sebuah inisiatif untuk memonopoli bantuan kemanusiaan oleh AS dan ‘Israel’.
Ratusan orang kini telah syahid dan terluka oleh serangan biadab pasukan penjajah ‘Israel’ saat berusaha keras untuk mengakses paket makanan yang sedikit bagi keluarga mereka yang kelaparan dari lokasi-lokasi bantuan tersebut sejak program GHF dimulai pada 27 Mei.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO) mengecap lokasi-lokasi distribusi tersebut sebagai “rumah pemotongan manusia”, menuduh serdadu negara palsu ‘Israel’ memancing warga sipil yang putus asa menuju ke kematian mereka.
“Ini adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas GMO, yang mendesak penyelidikan internasional independen dan penangguhan segera model pengiriman GHF.
Upaya yang didukung oleh ‘Israel’ dan Amerika Serikat tersebut telah menghadapi kritik tajam dari organisasi-organisasi hak asasi manusia dan PBB karena melanggar standar-standar kemanusiaan dasar serta mengabaikan organisasi-organisasi yang telah berpengalaman selama puluhan tahun dalam mendistribusikan bantuan kepada seluruh penduduk di daerah kantong yang terkepung itu.
Jebakan, Bukan Bantuan
Pertumpahan darah pada hari Ahad (8-6-2025) dilaporkan terjadi sekitar pukul 6 pagi waktu setempat, ketika ratusan Ahlu Syam Gaza yang kelaparan berkumpul di dekat titik bantuan di daerah al-Alam, Rafah.
Para saksi mata mengatakan, orang-orang mulai mengantre sejak pukul 4:30 pagi agar mendapat kesempatan awal karena jumlah bantuan makanannya tidak pernah mencukupi.
“Setelah sekira satu setengah jam, ratusan orang bergerak menuju lokasi itu, dan tentara melepaskan tembakan,” kata saksi mata Abdallah Nour al-Din.

Warga Gaza berduka atas kematian Ahmed Abu Hilal, yang syahid dalam perjalanan menuju pusat bantuan di Gaza pada 8 Juni 2025. (Abdel Kareem Hana/AP)
“Ini adalah jebakan bagi kami, bukan bantuan,” kata Adham Dahman, berbicara kepada Associated Press (AP) dari Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan dengan perban berdarah di dagunya.
Ia mengatakan, bahkan sebuah tank melepaskan tembakan ke arah kerumunan, dan orang-orang berlarian mencari perlindungan.
Doctors Without Borders (MSF) mengatakan 13 orang yang terluka dan satu orang yang syahid dibawa ke kliniknya di daerah al-Mawasi, Khan Yunis Selatan, hari itu.
MSF menambahkan, korban luka dan korban syahid “dibawa dengan gerobak keledai, sepeda, atau berjalan kaki.”
Korban luka semuanya laki-laki berusia antara 17 dan 30 tahun. Para korban mengatakan, mereka ditembak di daerah Shakoush saat menuju lokasi distribusi makanan di Desa Saudi.
Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina terjajah, Francesca Albanese, menyebut operasi GHF sebagai “kamuflase kemanusiaan” dan “taktik penting untuk genosida”.

Warga Gaza yang berhasil membawa pulang bantuan pada Ahad, 8 Juni 2025, setelah didistribusikan oleh GHF, yang ditolak bekerja sama oleh PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan besar karena kekhawatiran bahwa GHF dirancang untuk memenuhi tujuan militer penjajah ‘Israel’. (Eyad Baba/AFP)
Dalam sebuah unggahan di media sosial, Albanese menyalahkan “korupsi moral dan politik dunia” karena memungkinkan terjadinya penghancuran Gaza.
Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang melaporkan dari Kota Gaza, mengatakan skema distribusi GHF terbukti sangat tidak memadai.
“Serangan mematikan di selatan menunjukkan bahwa GHF tidak memadai dalam menjalankan penyaluran bantuan,” ucapnya.
“Di utara, kondisi kehidupan menjadi semakin sulit. Orang-orang harus menghabiskan waktu berjam-jam demi mencari air dan makanan. Akhirnya, banyak yang benar-benar kelelahan dan dehidrasi, hanya karena mereka tidak dapat menemukan apa pun.” (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
