Pertengahan 2025, Baru 19% Kebutuhan Dana untuk Muhajirin Rohingya yang Dihimpun secara Global

15 June 2025, 22:08.

BANGLADESH (The Daily Star) – Di tengah krisis Rohingya yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, baru 19 persen dana yang dibutuhkan untuk muhajirin Rohingya tahun ini yang mampu dipersiapkan, bahkan setelah lima bulan berlalu.

Total $934 juta (Rp15 triliun lebih) dibutuhkan untuk mendukung 1,5 juta orang—1,2 juta Rohingya dan 300.000 masyarakat tuan rumah—tetapi baru $180 juta (3 triliun rupiah) yang telah diterima.

Kesenjangan ini, sebagian besar disebabkan oleh penangguhan pendanaan AS, akan semakin membebani kondisi di kamp-kamp pengungsian Rohingya sehingga semakin sulit bagi para muhajirin untuk mengakses layanan penting, seperti pendidikan dan perawatan kesehatan.

Puluhan proyek, termasuk yang terkait dengan kesehatan, keluarga berencana, gizi, dan pendidikan, telah terdampak oleh pemotongan dana ini.

Organisasi kemanusiaan memperingatkan situasi akan semakin memburuk kecuali dana internasional segera dicairkan.

Salah satu contohnya adalah menyusutnya akses para muhajirin Rohingya terhadap layanan kesehatan. Jumlah pasien umum yang mendapat perawatan di kamp-kamp pengungsian turun dari 372.000 pada bulan Februari menjadi 205.000 pada bulan April.

Itu pun tak sedikit yang harus membayar sendiri biaya dokter untuk kasus-kasus serius, yang tidak mungkin dilakukan oleh semua muhajirin yang bertahan di sana.

Pemotongan dana juga berdampak buruk pada pendidikan, membahayakan masa depan 230.000 anak muhajirin Rohingya di Cox’s Bazar—dan mata pencaharian ratusan guru dari komunitas tuan rumah.

Karena pusat-pusat pembelajaran ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi anak-anak, penutupannya menimbulkan risiko keselamatan yang serius.

Selain itu, hal ini semakin diperparah dengan datangnya musim hujan, yang telah merusak banyak rumah.

Menjadi sangat sulit untuk menyediakan tempat berlindung dan layanan dasar bagi 150.000 muhajirin Rohingya baru yang melarikan diri ke Bangladesh dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut informasi terbaru dari WFP, 50.000 orang lagi mungkin akan tiba pada akhir tahun, yang menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut.

Tanpa tersedianya akses ke layanan dasar, para muhajirin Rohingya akan terus meninggalkan kamp pengungsian di Bangladesh dan memulai perjalanan yang berisiko ke luar negeri. Aktivitas kriminal di dalam dan sekitar kamp juga dapat meningkat sehingga mengancam nyawa para muhajirin.

Menurut seorang pejabat PBB, hanya ada persediaan makanan untuk mendukung para muhajirin Rohingya hingga Oktober, yang artinya sangat mengkhawatirkan.

Akses ke makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan merupakan hak asasi manusia yang mendasar dan tidak boleh diabaikan. Masyarakat internasional tidak boleh melupakan kesulitan Rohingya dan meninggalkan kewajibannya dalam memberikan bantuan.

Pemerintah sementara Bangladesh, yang dipimpin oleh Profesor Yunus, harus memanfaatkan kapasitasnya untuk mengamankan bantuan yang diperlukan dari sumber-sumber global.  

Selain itu, pihak berwenang harus memastikan semua bantuan yang diterima digunakan secara efisien dan tanpa pemborosan. (The Daily Star)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Serdadu Zionis Terus Membantai Warga Gaza yang Kelaparan di ‘Pusat Distribusi Bantuan’
BROUK: “Militer Burma Jadikan Kelaparan sebagai Senjata Genosida Musnahkan Warga Rohingya di Arakan” »