Rumah Sakit Kehabisan Bahan Bakar, 100+ Bayi Prematur di Gaza Terancam Meninggal Dunia

11 July 2025, 20:55.

Para dokter bekerja di ruang operasi di Rumah Sakit Nasser—yang terancam tidak dapat beroperasi karena blokade bahan bakar oleh “Israel”—di Khan Yunis, Gaza Selatan (9-7-2025). Foto: Hatem Khaled/Reuters

GAZA (Al Jazeera) – Dua rumah sakit terbesar di Gaza telah menyampaikan permohonan bantuan, memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar yang disebabkan oleh pengepungan “Israel” akan segera mengubah pusat-pusat medis tersebut menjadi “kuburan yang bisu”.

Peringatan dari Rumah Sakit Al-Shifa di utara Kota Gaza dan Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis itu disampaikan pada hari Rabu (9-7-2025), setelah penjajah Zionis terus membombardir daerah yang dikepung tersebut, membunuh sedikitnya 74 orang.

Muhammad Abu Salmiyah, direktur Rumah Sakit al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, mengungkapkan kepada para jurnalis bahwa nyawa lebih dari 100 bayi prematur dan sekitar 350 pasien dialisis terancam.

“Tabung-tabung oksigen akan berhenti bekerja. Rumah sakit tanpa oksigen bukan lagi rumah sakit. Laboratorium dan bank darah akan berhenti beroperasi, dan unit-unit darah di tempat penyimpanan akan rusak,” kata Salmiyah. “Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat yang dapat memberikan perawatan dan akan menjadi kuburan bagi mereka yang dirawat di dalamnya,” katanya.

Abu Salmiyah kemudian menuduh penjajah Zionis “menyelewengkan” bahan bakar untuk rumah-rumah sakit di Gaza, dan mengatakan departemen dialisis di Al-Shifa telah ditutup untuk menghemat listrik untuk unit perawatan intensif (ICU) dan ruang operasi, yang tidak dapat beroperasi tanpa listrik, bahkan selama beberapa menit saja.

“Detik-Detik Terakhir”

Di Khan Yunis, Kompleks Medis Nasser mengatakan mereka juga telah memasuki “jam-jam genting dan kritis” karena kekurangan bahan bakar.

“Dengan persediaan bahan bakar yang mendekati nol, para dokter yang telah berjuang untuk menyelamatkan nyawa berpacu dengan waktu, kematian, dan kegelapan,” kata pihak rumah sakit dalam sebuah pernyataan.

“Tim medis berjuang hingga napas terakhir. Mereka hanya memiliki hati nurani dan harapan kepada para pihak yang masih mendengarkan seruan mereka—selamatkan Kompleks Medis Nasser sebelum berubah menjadi kuburan sunyi bagi para pasien yang seharusnya bisa diselamatkan.”

Muhammad Sakr, juru bicara rumah sakit tersebut, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa fasilitas tersebut membutuhkan 4.500 liter (1.189 galon) bahan bakar per hari agar dapat berfungsi. Namun, kini hanya memiliki 3.000 liter (790 galon)—cukup untuk bertahan selama 24 jam.

Sakr mengatakan para dokter melakukan operasi tanpa listrik atau pendingin ruangan, dan keringat para staf menetes ke luka-luka pasien sehingga sangat berisiko menimbulkan infeksi. Sebuah video dari Rumah Sakit Nasser, yang diposting di media sosial, menunjukkan para dokter berkeringat deras saat mereka melakukan operasi.

“Di sini, semuanya dimatikan. Pendingin ruangan dimatikan. Tidak ada kipas angin,” kata seorang dokter dalam video tersebut saat ia menunjukkan kondisi di bangsal. “Semua staf kelelahan, mereka mengeluh (tentang) suhu yang tinggi.”

Pengeboman tanpa henti yang dilakukan “Israel” telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan Gaza selama 21 bulan sejak “Israel” melancarkan serangan ke wilayah Palestina yang terkepung tersebut.

Sejak saat itu, telah terjadi lebih dari 600 serangan yang tercatat terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hingga Mei tahun ini, hanya 19 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih beroperasi secara parsial, dengan 94 persen dari semua rumah sakit rusak atau hancur.

Penjajah Zionis juga telah membunuh lebih dari 1.500 petugas kesehatan di Gaza, dan menculik 185 orang, menurut angka resmi.

Sementara itu, WHO menggambarkan sektor kesehatan Gaza dalam kondisi “kolaps”, dengan kurangnya bahan bakar, suplai medis, dan jatuhnya ribuan korban jiwa akibat genosida “Israel”.

Pengepungan yang Mencekik

Marwan al-Hams, direktur Rumah Sakit Lapangan di Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ratusan orang dapat meninggal di area tersebut jika suplai bahan bakar tidak segera tersedia.

Ini termasuk puluhan bayi prematur yang terancam meninggal dalam dua hari ke depan, katanya. Pasien dialisis dan pasien perawatan intensif juga dapat kehilangan nyawa mereka, katanya, seraya menambahkan bahwa luka yang diderita para korban luka semakin parah di tengah kondisi yang memburuk. Sementara itu, penyakit-penyakit, seperti meningitis mulai menyebar.

Juru bicara UNICEF James Elder, yang baru saja kembali dari Gaza, mengatakan, “Anda dapat memiliki staf rumah sakit terbaik di muka bumi, tetapi jika mereka tidak diberi obat dan bahan bakar, maka beroperasinya fasilitas kesehatan menjadi sebuah kemustahilan.”

Penjajah Zionis telah melakukan pengepungan yang mematikan di Gaza sejak awal Maret. Sementara itu, sejak akhir bulan Mei, “Israel” mengizinkan sejumlah makanan masuk ke Gaza untuk didistribusikan melalui sebuah kelompok yang didukung Amerika Serikat ke sejumlah lokasi di mana ratusan pencari bantuan justru ditembak mati oleh serdadu penjajah Zionis. Meski begitu, bahan bakar belum masuk ke wilayah tersebut selama lebih dari empat bulan.

“Bahan bakar yang tersisa telah digunakan untuk menjalankan fungsi operasional yang paling penting, seperti ICU dan desalinasi air. Namun, persediaan tersebut habis dengan cepat, dan hampir tidak ada lagi stok tambahan yang dapat diakses,” ungkap badan kemanusiaan PBB (OCHA) pada hari Selasa (8-7-2025).

“Rumah sakit mendapat pembatasan jatah. Ambulans terhenti. Sistem air hampir tidak berfungsi. Kematian yang disebabkan oleh hal ini dapat segera meningkat tajam kecuali jika ‘Israel’ menyetujui masuknya bahan bakar baru—dengan segera, secara teratur, dan dalam jumlah yang cukup.”

Pembantaian Zionis di Gaza telah membunuh sedikitnya 57.575 orang dan melukai 136.879 orang lainnya, berdasarkan data resmi Kementerian Kesehatan Gaza. (Al Jazeera)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« MSF: “Krisis di Tepi Barat Semakin Parah, 40.000+ Warga Palestina Terpaksa Mengungsi”
Jumlah Tawanan Palestina dalam Penjara Zionis Meningkat Tajam »