MSF: “Krisis di Tepi Barat Semakin Parah, 40.000+ Warga Palestina Terpaksa Mengungsi”
10 July 2025, 21:54.

Foto: Oday Alshobaki/MSF
PALESTINA (MSF) – Lima bulan setelah peluncuran operasi militer ‘Tembok Besi’ penjajah ‘Israel’, lebih dari 40.000 warga Baitul Maqdis di Tepi Barat utara terpaksa mengungsi.
Mereka diusir dari rumah; dengan akses terbatas ke layanan dasar dan perawatan kesehatan.
Operasi militer berskala besar ini menjadikan serdadu ‘Israel’ dapat menyerbu dan secara brutal mengosongkan kamp-kamp pengungsian.
Doctors Without Borders /Médecins Sans Frontières (MSF) memperingatkan tentang memburuknya kondisi tersebut. Pasukan penjajah masih menyebabkan kerusakan yang meluas dan menduduki kamp-kamp pengungsian Jenin, Tulkarem, serta Nur Shams–sekaligus mencegah orang-orang kembali ke daerah tersebut.
“Setelah lima bulan, operasi militer tetap berlanjut,” kata Simona Onidi, koordinator proyek MSF di Jenin dan Tulkarem.
“Kamp-kamp tersebut masih ditutup, serdadu ‘Israel’ secara aktif mencegah siapa pun masuk. Keluarga-keluarga masih dalam ketidakpastian dan kami khawatir bahwa kebutuhan kemanusiaan akan terus meningkat.”
Temuan MSF menunjukkan warga Baitul Maqdis yang diusir paksa menghadapi ketidakstabilan yang terus meningkat serta kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti akses ke layanan kesehatan serta makanan dan air yang teratur.
Hampir setengah dari orang yang diwawancarai terpaksa mengungsi tiga kali atau lebih dalam empat bulan.
Sementara itu, hampir tiga dari empat orang tidak yakin apakah mereka dapat tinggal di tempat mereka saat ini. Lebih dari sepertiga melaporkan merasa tidak aman di tempat mereka tinggal saat ini.
Kebutuhan kesehatan mental juga meningkat, terutama di kalangan perempuan dan anak-anak karena pengungsian yang berulang, ketidakpastian, serta kekerasan yang memperparah semua tekanan yang harus mereka hadapi.
Seorang perempuan muhajirin yang tinggal di kamp Nur Shams mengatakan mereka diteror terus-menerus.
“Pasukan ‘Israel’ sering berpatroli di daerah dekat tempat saya tinggal. Keluarga saya dan saya selalu mengemasi tas kami, siap untuk melarikan diri jika kami harus mengungsi lagi,” ujarnya.
Temuan MSF juga mengungkap pola kekerasan dan penghalangan yang menargetkan warga Baitul Maqdis yang berusaha kembali ke rumah mereka di kamp-kamp tersebut, lebih dari 100 insiden kekerasan tanpa pandang bulu dilaporkan.
Ini termasuk penembakan, penyerangan, dan penahanan, yang mencakup orang-orang dari berbagai rentang usia dan jenis kelamin.
Beberapa keluarga bahkan mendapati rumah mereka telah dibakar, dijarah, atau diduduki; yang lain secara eksplisit diancam dan diberi tahu untuk tidak pernah kembali. Pemulangan sangat dibatasi, dengan waktu yang diberikan terbatas, sering kali ditolak sama sekali.
“Ketika saya kembali ke rumah saya di kamp, rumah itu telah dibakar dan tetangga saya telah dibunuh,” kata seorang pengungsi yang tinggal di kamp Tulkarem.
“Yang kita lihat di Tepi Barat utara bukan hanya kondisi darurat kemanusiaan; ini adalah krisis buatan manusia, yang diperpanjang karena sengaja dirancang dan semakin memburuk dari hari ke hari,” tegas Onidi.
“Kami juga menyerukan diakhirinya operasi militer ‘Israel’ dan penggunaan kekuatan yang mematikan, yang menyebabkan kematian dan cedera, serta masyarakat yang mengungsi diizinkan untuk kembali dengan aman dan bermartabat.” (MSF)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
