Ratusan Ribu Warga Gaza Menderita Kekurangan Gizi, Termasuk 60 Ribu Ibu Hamil
24 July 2025, 07:34.
GAZA (Al Jazeera) – Jumlah pasien kurang gizi (malnutrisi) terus meningkat di Gaza di tengah kelaparan paksa yang dijadikan senjata oleh penjajah ‘Israel’.
Para tenaga kesehatan Gaza ikut mengalami bencana tersebut, lapor Al Jazeera pada Selasa (22/7/2025).
Para dokter di Gaza mengatakan bahwa mereka menyaksikan peningkatan jumlah warga kekurangan gizi yang datang ke rumah sakit.
Muhammad Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara, mengatakan kepada wartawan bahwa terdapat ancaman kematian yang mengkhawatirkan akibat kelaparan yang dipaksakan penjajah zionis ini.
Khalil al-Daqran, juru bicara Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza tengah, mengatakan bahwa para dokter tidak mampu lagi membantu mereka yang menderita kekurangan gizi.
“Rumah sakit sudah kewalahan dengan jumlah korban akibat tembakan. Mereka tidak dapat memberikan lebih banyak bantuan untuk gejala yang berhubungan dengan kelaparan karena kekurangan makanan dan obat-obatan,” ujarnya.
Deqran mengatakan, sekira 600.000 orang menderita kekurangan gizi, termasuk sedikitnya 60.000 perempuan hamil. Gejala yang dialami mereka yang kelaparan antara lain dehidrasi dan anemia.
Petugas kesehatan dan staf kemanusiaan di Gaza juga dilaporkan pingsan saat bekerja karena kelaparan dan kelelahan.
“Tak seorang pun luput: para perawat di Gaza juga membutuhkan perawatan,” tulis Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, di X.
“Para dokter, perawat, jurnalis, dan pekerja kemanusiaan kelaparan. Banyak yang kini pingsan karena kelaparan dan kelelahan saat sedang menjalankan tugas mereka: baik melaporkan kekejaman, maupun meringankan sebagian kesulitan.”
Lazzarini mengatakan bahwa mencari makanan di Gaza kini sama mematikannya dengan pengeboman ‘Israel’. Untuk kesekiankalinya, ia mengecam skema Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang diprakarsai ‘Israel’ dan AS sebagai jebakan maut yang sadis.
“Penembak jitu menembaki kerumunan secara acak seolah-olah mereka diberi izin untuk membunuh. Perburuan besar-besaran terhadap orang-orang, dengan impunitas total. Ini tidak bisa menjadi norma baru kita. Bantuan kemanusiaan bukanlah pekerjaan tentara bayaran,” tegasnya.
Norwegian Refugee Council (NRC), salah satu organisasi kemanusiaan independen terbesar di Gaza, juga mengatakan bahwa para stafnya di wilayah kantong itu kelaparan.
“Tenda terakhir kami, paket makanan terakhir kami, dan barang-barang bantuan terakhir kami telah didistribusikan. Tidak ada yang tersisa,” ujar Jan Egeland, Sekretaris Jenderal NRC.
“Ratusan truk penuh bantuan telah teronggok di gudang-gudang, di Mesir, atau di tempat lain, dan telah menghabiskan banyak uang bagi para donatur kami dari Eropa Barat. Namun, itu semua terhalang untuk masuk,” ungkap Egeland. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
