IPC: “Skenario Kelaparan Terburuk Sedang Terjadi di Gaza!”

31 July 2025, 10:52.

Warga Gaza membawa pulang paket bantuan yang berhasil mereka peroleh sambil berjalan di jalur pesisir di sebelah barat Beit Lahia pada 29 Juli 2025, setelah truk bantuan memasuki Jalur Gaza yang dikepung ‘Israel’ melalui pagar pembatas Zikim di utara. (Omar Al-Qattaa/AFP)

GAZA (Al Jazeera | Middle East Monitor) – Pasukan penjajah ‘Israel’ telah membantai sedikitnya 60.034 Ahlu Syam Gaza sejak agresi genosidanya meletus pada Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Tonggak sejarah yang suram ini tercapai pada hari Selasa (29/7/2025), ketika Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah sistem pemantauan kelaparan global, memperingatkan dalam sebuah laporan baru bahwa skenario kelaparan terburuk sedang terjadi di Gaza.

Sumber medis mengatakan sedikitnya 83 warga Gaza, termasuk 33 pencari bantuan, telah syahid sejak Selasa fajar, meskipun ‘Israel’ sudah menjanjikan “jeda serangan” guna memberi akses masuk bagi bantuan kemanusiaan penting.

Laporan lokal menunjukkan bahwa para serdadu ‘Israel’ tetap menyerang dengan menggunakan tank dan drone, dalam apa yang digambarkan penduduk sebagai salah satu malam paling berdarah dalam beberapa pekan terakhir, jelas Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.

“Ini merupakan tanda kemungkinan manuver darat ‘Israel’ yang akan segera terjadi, meskipun ‘Israel’ belum mengonfirmasikan tujuan serangan tersebut,” lanjutnya.

Sementara itu, konsumsi pangan telah menurun drastis, menurut IPC dalam laporannya, dengan satu dari tiga orang sudah tidak makan apa pun selama berhari-hari.

“Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk kekurangan gizi akut di Kota Gaza,” jelasnya.

“Di tengah kekerasan dan kejahatan yang tak henti-hentinya, pengungsian massal, akses kemanusiaan yang sangat terbatas, dan runtuhnya layanan penting, termasuk layanan kesehatan, krisis ini telah mencapai titik balik yang mengkhawatirkan dan mematikan.”

Kekurangan gizi meningkat pesat di paruh pertama bulan Juli, dengan lebih dari 20.000 anak dirawat karena kekurangan gizi akut antara bulan April dan pertengahan Juli. Lebih dari 3.000 di antaranya mengalami kekurangan gizi parah.

Menerjang Bahaya demi Mencari Makanan

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutip laporan IPC itu dan menuntut agar pengiriman bantuan tidak lagi terhambat atau tertunda.

“Faktanya sudah ada dan tidak dapat disangkal,” ucap Guterres dalam sebuah pernyataan.

“Warga Palestina di Gaza sedang mengalami bencana kemanusiaan yang dahsyat. Ini bukan peringatan. Ini adalah kenyataan yang terbentang di depan mata kita.”

“Bantuan harus mengalir deras, bahkan menjadi lautan. Makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar harus terus mengalir bergelombang dan tanpa hambatan,” desaknya.

“Mimpi buruk ini harus berakhir. Mengakhiri skenario terburuk ini membutuhkan upaya terbaik dari semua pihak sekarang.”

Guterres kembali menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera dan permanen”, pembebasan tanpa syarat semua tawanan, dan akses penuh bagi badan-badan kemanusiaan di seluruh wilayah kantong tersebut.

Peringatan IPC ini muncul setelah analisis terbarunya yang dirilis pada bulan Mei, yang memproyeksikan bahwa pada bulan September, seluruh penduduk Gaza akan menghadapi kekurangan pangan akut tingkat tinggi.

Lebih dari 500.000 orang diperkirakan akan berada dalam kondisi kekurangan pangan ekstrem, kelaparan, dan kemiskinan, jika ‘Israel’ masih tidak mencabut blokade tak manusiawinya dan menghentikan agresi genosidanya.

Agresi ‘Israel’ di Gaza dan blokade biadab terus menjerumuskan wilayah kantong Palestina tersebut ke dalam krisis kekurangan gizi yang semakin parah, sedikitnya 147 orang, termasuk 88 anak-anak, telah syahid akibat kekurangan gizi sejak awal perang, ungkap Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Senin (28/7/2025).

Kelaparan memengaruhi semua sektor penduduk. Sima Bahous, Direktur Eksekutif UN Women, mengatakan 1 juta perempuan dan gadis di Gaza menghadapi pilihan yang tak terpikirkan antara kelaparan atau mempertaruhkan nyawa saat mencari makanan.

“Kengerian ini harus diakhiri,” tegas Bahous dalam sebuah unggahan media sosial, menyerukan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Jalur Gaza, pembebasan tawanan, dan gencatan senjata permanen.

Sementara itu, pasukan ‘Israel’ masih menembaki para pencari bantuan di dekat titik-titik distribusi yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang kontroversial dan didukung Amerika Serikat.

“Warga Palestina di sini masih tidak punya pilihan lain selain pergi ke titik-titik GHF di Netzarim,” ungkap Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah.

Bahkan, “Ada kerumunan orang di sini yang terluka dan ditembaki saat mereka mencoba mendapatkan makanan dari daerah itu.”

Gunakan Kekeringan sebagai Senjata

Para ahli PBB mengecam penggunaan kekeringan sebagai senjata oleh ‘Israel’ untuk membunuh warga Palestina, seperti dilaporkan Anadolu Agency.

Mereka menyebut pemutusan pasokan air dan makanan menjadi bom mematikan yang membunuh sebagian besar bayi dan anak-anak.

Bayi-bayi yang meninggal di pelukan ibunya menjadi realita tidak tertahankan. Para ahli mencatat bahwa bencana ini jelas akibat blokade ‘Israel’.

Penghancuran infrastruktur sipil telah membuat sebagian besar penduduk Gaza terpaksa mengungsi tanpa akses air minum.

“Bagaimana para pemimpin dunia bisa tidur nyenyak, sedangkan penderitaan ini terus berlanjut?” tanya para ahli. 

Mereka menyebut tindakan ‘Israel’ di Gaza adalah tindakan barbar dan merupakan kejahatan berdasarkan Statuta Roma. 

“Serangan yang disengaja, luas, dan sistematis terhadap warga Palestina dirancang untuk menyebabkan kehancuran fisik suatu populasi,” tegas mereka. 

Para ahli juga mendesak penyebaran bantuan kemanusiaan melalui laut dari semua pelabuhan Mediterania untuk mengirimkan bahan bakar, air, suplai, dan personel untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan. (Al Jazeera | Middle East Monitor)

Muhajirin Palestina di Kota Gaza mengisi jeriken dengan air yang diantar oleh tangki air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada 17 Juli 2025. [Mahmoud Issa – Anadolu Agency] 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Hamas Desak Mahkamah Internasional Menindak Tegas Para Dedengkot Penjahat Zionis
Dirjen Kemenkes Gaza: Sistem Distribusi “Bantuan” di Gaza Saat Ini Merupakan Jebakan Kematian »