“Distribusi ‘Bantuan’ Melalui GHF Membawa Dehumanisasi, Kekacauan, dan Kematian”

19 August 2025, 12:15.

Warga Palestina yang kelaparan, terutama perempuan dan anak-anak, memegang panci sambil menunggu makanan yang didistribusikan oleh lembaga amal, 10 Agustus 2025. [Khames Alrefi – Anadolu Agency]

GAZA (Al Jazeera | Middle East Monitor) – Ahad (17/8/2025), Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa Gaza menghadapi kelaparan buatan manusia dan mendesak untuk kembali ke sistem distribusi yang dipimpin PBB.

“Kita sangat, sangat dekat dengan hilangnya kemanusiaan bersama kita,” ujar Juliette Touma, direktur komunikasi badan tersebut, dalam sebuah unggahan di X.

Ia mengatakan, krisis ini telah dipicu oleh upaya yang disengaja untuk menggantikan sistem kemanusiaan yang dikoordinasi PBB dengan “Gaza Humanitarian Foundation (GHF)” yang bermotif politik.

Ia memperingatkan bahwa “sistem alternatif” yang dipromosikan oleh ‘Israel’ dan Amerika Serikat itu “membawa dehumanisasi, kekacauan, dan kematian”.

Touma menekankan, “Kita harus kembali ke sistem koordinasi dan distribusi terpadu yang dipimpin PBB berdasarkan hukum humaniter internasional. Kekejian ini harus diakhiri.”

Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan, meskipun timnya telah melakukan segalanya agar bisa mengirimkan bantuan pangan ke Gaza, pasokan saat ini hanya memenuhi sebagian dari angka yang ditargetkan.

Menurut badan PBB tersebut, ratusan ribu orang kini kelaparan, dan hanya gencatan senjata yang akan memungkinkan bantuan pangan ditingkatkan ke tingkat yang dibutuhkan.

Kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan, ‘Israel’ sengaja membuat warga Palestina kelaparan dengan memblokir barang-barang penting, termasuk susu formula bayi, suplemen nutrisi, daging, ikan, produk susu, serta buah dan sayuran beku.

Dalam sebuah pernyataan di Telegram, disebutkan bahwa ‘Israel’ sedang menjalankan kejahatan sistematis rekayasa kelaparan dan pembunuhan perlahan terhadap lebih dari 2,4 juta orang di Gaza, termasuk lebih dari 1,2 juta anak-anak, dalam kejahatan genosida total.

Diperingatkan bahwa lebih dari 40.000 bayi menghadapi kekurangan gizi parah. Sementara itu, sedikitnya 100.000 anak dan pasien lainnya berada dalam kondisi serupa.

Amjad Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina di Kota Gaza, mengatakan bahwa para petugas bantuan kesulitan merespons hal ini karena sumber daya terus menipis.

“Kami berusaha melakukan yang terbaik. Kami adalah … bagian dari tatanan sosial ini. Kami terhubung dengan orang-orang di sini, dan kami tinggal bersama mereka. Sementara itu, ‘Israel’ mengancam akan melaksanakan rencananya untuk mengevakuasi paksa Kota Gaza dan menghancurkan seluruh Gaza. Ada 1,1 juta orang di sini, kebanyakan dari mereka adalah lansia, perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas,” ungkap Shawa.

Ia mengatakan bahwa para petugas terus berusaha menyediakan makanan, perawatan medis, dan pendidikan dalam jumlah terbatas. Namun, ia memperingatkan bahwa sistem kemanusiaan sedang runtuh karena ‘Israel’ masih menyerang fasilitas bantuan dan membatasi pasokan.

Jauh di Bawah Kebutuhan Minimum

PBB memperingatkan bahwa bantuan yang masuk ke Jalur Gaza untuk mengatasi krisis kelaparan masih jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan.  

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu mengadakan pelatihan di Rumah Sakit Anak Al-Rantisi—satu dari dua pusat stabilisasi gizi di Kota Gaza—untuk memberikan informasi terbaru kepada staf tentang manajemen kekurangan gizi rawat inap.

Juru bicara PBB mengatakan lonjakan rekor kekurangan gizi anak telah memaksa perluasan fasilitas tersebut, lebih dari 340 anak dirawat sepanjang tahun ini.

Hingga 5 Agustus, setidaknya 49 anak tewas akibat kekurangan gizi, termasuk 39 anak di bawah usia lima tahun.

‘Israel’ mempertahankan blokade di Gaza selama 18 tahun dan menutup semua penyeberangan perbatasan pada 2 Maret.

Penjajah ‘Israel’ juga menggagalkan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan pada bulan Januari 2025, serta semakin membatasi akses bantuan kemanusiaan. 

‘Israel’ baru-baru ini mengizinkan bantuan terbatas melalui organisasi kontroversial yang didukung AS dan ‘Israel’, yaitu Gaza Humanitarian Foundation (GHF).

Menurut PBB, ketika GHF mulai beroperasi, serdadu ‘Israel’ diduga kuat menembaki para pencari bantuan, menewaskan hampir 1.400 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang sejak akhir Mei 2025. (Al Jazeera | Middle East Monitor)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Bahasa Arab, Antara Cinta Pelajar Muslim vs Kebencian Zionis
Serdadu Zionis Bunuh Warga Gaza yang Melakukan Pertemuan di Kamp Bureij »