Microsoft Kembali Memecat Karyawannya yang Melakukan Aksi Solidaritas Pro-Palestina
1 September 2025, 19:03.

Microsoft menghadapi reaksi keras atas hubungannya dengan negara palsu ‘Israel’ di tengah agresi genosida di Gaza. (Reuters)
(TRT) – Microsoft kembali memecat dua karyawannya yang berpartisipasi dalam protes yang menentang hubungan perusahaan raksasa teknologi tersebut dengan negara palsu ‘Israel’, seiring genosida di Gaza yang terus berlanjut.
Anna Hattle dan Riki Fameli menerima pesan suara yang memberi tahu bahwa mereka dipecat, ungkap kelompok protes No Azure for Apartheid dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (27/8/2025).
Mereka menambahkan pada hari Kamis (28/8/2025) bahwa dua karyawan lagi, Nisreen Jaradat dan Julius Shan, ikut dipecat.
Keduanya termasuk di antara para pengunjuk rasa yang baru-baru ini mendirikan tenda di kantor pusat Microsoft sebagai aksi protes.
Microsoft mengatakan, pemutusan hubungan kerja tersebut disebabkan pelanggaran serius terhadap kebijakan perusahaan.
Dalam pernyataannya pada hari Kamis, mereka mengatakan bahwa demonstrasi di lokasi baru-baru ini telah menimbulkan masalah keamanan yang signifikan.
No Azure for Apartheid, yang namanya merujuk pada perangkat lunak Azure milik Microsoft, telah menuntut agar perusahaan memutuskan semua hubungannya dengan ‘Israel’ dan membayar ganti rugi kepada Palestina.
“Kami di sini karena Microsoft terus menyediakan alat yang dibutuhkan ‘Israel’ untuk melakukan genosida, sambil melakukan gaslighting dan menyesatkan para pekerjanya sendiri tentang kenyataan ini,” ujar Hattle.
Hattle dan Fameli termasuk di antara tujuh pengunjuk rasa yang ditangkap pada hari Selasa (26/8/2025) setelah menduduki kantor Presiden perusahaan, Brad Smith. Lima lainnya adalah mantan karyawan Microsoft dan orang-orang di luar perusahaan.
Investigasi bersama yang diterbitkan bulan ini menemukan bahwa badan pengawasan militer ‘Israel’ menggunakan perangkat lunak Azure milik Microsoft untuk menyimpan rekaman panggilan seluler—yang tak terhitung jumlahnya—yang dilakukan warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat terjajah maupun Gaza yang terkepung.
Investigasi yang dilakukan oleh The Guardian, +972 Magazine, dan situs berita berbahasa Ibrani Local Call, mengungkap bahwa penjajah ‘Israel’ mengandalkan sistem cloud Microsoft untuk pengawasan yang luas terhadap warga Palestina.
Pada bulan April, pidato CEO Microsoft AI Mustafa Suleyman diinterupsi oleh seorang karyawan pro-Palestina yang berunjuk rasa saat perayaan ulang tahun ke-50 perusahaan teknologi tersebut.
Karyawan itu dan seorang karyawan lain yang berunjuk rasa kemudian dipecat. (TRT)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
