Madleen dan Handala Dicegat, Aktivis Sumud Flotilla Tak Gentar
3 September 2025, 19:41.

Pemandangan dari atas kapal Familia, sebuah kapal Sumud Flotilla, saat meninggalkan pelabuhan Barcelona. (Mauricio Morales/Al Jazeera)
BARCELONA (Al Jazeera) – Gerakan kemanusiaan global, Sumud Flotilla, telah mengirimkan armadanya meninggalkan kota pelabuhan Barcelona di Spanyol, dengan tujuan untuk membuka blokade ilegal penjajah ‘Israel’ atas Gaza.
Kapal-kapal tersebut mulai berlayar sekira pukul 15.30 pada hari Ahad (31/8/2025), dengan semaraknya kerumunan aktivis, staf pendukung, dan para simpatisan yang hadir untuk melepas para kru Sumud Flotilla.
Beberapa jam sebelum keberangkatan mereka, aktivis Swedia Greta Thunberg menyuarakan penolakannya terhadap genosida ‘Israel’ atas warga Palestina. Begitu pula sejumlah tokoh penting lainnya yang berlayar bersama Flotilla.
“‘Israel’ sangat jelas tentang niat genosida mereka. Mereka ingin menghapus bangsa Palestina. Mereka ingin menguasai Jalur Gaza,” tegas Thunberg, yang turut mengecam para politisi dan pemerintah yang gagal menegakkan hukum internasional.
“Mereka gagal menjalankan tugas hukum paling mendasar untuk bertindak, mencegah genosida, menghentikan keterlibatan dan dukungan mereka terhadap penjajahan dan genosida warga Palestina,” jelasnya.
Saif Abukeshek, seorang aktivis Palestina yang berbasis di Barcelona, mengecam pembersihan etnis ‘Israel’ terhadap warga Palestina di Gaza.
“Ada pemerintah yang dengan sengaja mengebom anak-anak dan keluarga Palestina setiap hari dengan tujuan membunuh sebanyak mungkin warga Palestina,” ujar Abukeshek.
“Ketika Anda mengebom rumah sakit, ketika Anda mengebom sekolah, ketika Anda mengebom pusat-pusat pendidikan, tujuan utama Anda pada dasarnya adalah mengakhiri keberadaan bangsa Palestina.”
Siap Berjuang Lagi
Sumud Flotilla, yang menggambarkan dirinya sebagai kelompok independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah atau partai politik mana pun, tidak menyebutkan berapa banyak kapal yang akan berlayar atau waktu keberangkatan persisnya, tetapi Thunberg menyebutkan ada puluhan kapal.
Sumud berarti “gigih” dalam bahasa Arab. Setiap orang yang mendaftar untuk bergabung dengan Flotilla ini sangat yakin akan misinya.
“Sulit rasanya mengucapkan selamat tinggal kepada kedua anak saya, tetapi ini adalah sesuatu yang saya lakukan karena saya percaya bahwa … ini jauh lebih mudah dibandingkan dengan apa yang mereka (warga Palestina) tanggung setiap hari,” kata Mauricio Morales, salah satu kru kapal Familia.
Yasemin Acar, seorang penyelenggara Flotilla, mengonfirmasikan bahwa armada yang terdiri dari delegasi dari 44 negara tersebut, akan digabungkan dengan lebih banyak kapal lagi dari berbagai pelabuhan di Yunani, Italia, dan Tunisia.
Konvoi maritim yang akan membawa para aktivis, anggota parlemen Eropa, dan tokoh masyarakat dari sejumlah negara ini diperkirakan akan tiba di Gaza pada pertengahan September.
Anggota parlemen Portugal, Mariana Mortagua, yang juga akan bergabung dengan misi tersebut, mengatakan kepada para wartawan di Lisbon pekan lalu bahwa armada tersebut merupakan misi yang sah menurut hukum internasional.
Dua upaya sebelumnya oleh para aktivis untuk mengirimkan bantuan melalui kapal ke Gaza dihalangi oleh ‘Israel’.
Pada bulan Juni, 12 aktivis di atas kapal Madleen dicegat oleh pasukan ‘Israel’ 185 km dari barat Gaza. Para penumpangnya, termasuk Acar dan Thunberg, ditahan dan akhirnya dideportasi.
Sementara itu, pada bulan Juli, 21 aktivis dari 10 negara juga ditangkap ketika mereka mencoba mendekati Gaza dengan kapal lain, Handala.
“Kami mencoba … berlayar dua bulan lalu dengan Madleen, lalu berlayar dengan Handala. Kami diserang, diculik, lalu dibawa ke entitas zionis tanpa persetujuan kami. Namun, kami mengatakan (bahwa kami) akan kembali,” ungkap Acar.
Mohamad Elmasry dari Studi Pascasarjana Institut Doha mengatakan bahwa armada tersebut merupakan tindakan perlawanan simbolis yang penting bagi dunia, ‘Israel’ kemungkinan akan merasa kerepotan untuk menangani sejumlah kapal yang tiba pada saat yang bersamaan.
“Ini tidak akan menyelesaikan masalah kelaparan. Yang akan menyelesaikan masalah kelaparan, pada akhirnya, adalah pemerintah yang menjalankan tugas mereka untuk menghentikan genosida dan upaya kelaparan yang disengaja ini.” (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
