Al-Hindi: “Pengakuan Dunia Tidak Bermakna jika Tak Digunakan Menghentikan Genosida!”
23 September 2025, 19:06.

Foto: PIC
GAZA (PIC) – Muhammad Al-Hindi, Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam, mengatakan bahwa pihak perlawanan belum menerima proposal gencatan senjata baru untuk Gaza.
Ia menekankan bahwa Amerika Serikat dan Barat tidak menginginkan akhir perang sampai setiap kelompok yang menentang penjajah ‘Israel’—tidak hanya di Palestina, tetapi di seluruh kawasan—disingkirkan.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Al-Hindi menyatakan bahwa negosiasi tidak pernah serius, baik sekarang maupun pada masa lalu, karena baik ‘Israel’ maupun AS telah menarik kembali proposal yang sebelumnya diajukan oleh utusan AS Steve Wittkoff.
Ia menambahkan bahwa militer ‘Israel’ bahkan mengebom delegasi negosiasi saat mereka sedang membahas proposal yang dikaitkan dengan Presiden AS Donald Trump.
Menurut Al-Hindi, Wittkoff sendiri menarik kembali proposal yang telah disetujui oleh pejuang Palestina. Ia menggambarkan prospek saat ini berstatus “terhambat” dan mengatakan bahwa tidak ada ide baru yang ditawarkan pada tahap ini.
Al-Hindi juga menanggapi pernyataan terbaru gembong zionis Benjamin Netanyahu tentang mencapai “kemenangan sebagai jalan menuju perdamaian.”
Ia mengatakan pernyataan tersebut sebagai retorika yang diulang-ulang. Ia menekankan bahwa Netanyahu telah membuat klaim serupa selama dua tahun terakhir, tetapi terus gagal mencapai tujuan strategis apa pun.
Ia mengatakan bahwa Netanyahu menyerang hampir seluruh kawasan dan telah mengebom lima ibu kota Arab, menyingkap sifat kriminal zionis ‘Israel’ kepada dunia. Bahkan para sekutu Barat pun menggambarkan tindakan penjajah di Gaza sebagai kejahatan perang.
Al-Hindi berpendapat bahwa pengakuan Barat baru-baru ini atas negara Palestina merupakan respons terhadap genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Pengakuan tersebut merupakan kekalahan diplomatik bagi ‘Israel’, meskipun ia menekankan bahwa pengakuan tersebut bukanlah tujuan akhir. Sebaliknya, pengakuan tersebut harus menjadi bagian dari proses yang lebih luas yang menghentikan pembunuhan, penghancuran, dan perluasan permukiman ilegal ‘Israel’.
Pengakuan-pengakuan ini seharusnya juga mendorong negara-negara Barat dan Arab untuk mengevaluasi kembali normalisasi hubungan mereka dengan ‘Israel’ dan mempertimbangkan kembali kerja sama politik, keamanan, dan ekonomi dengan zionis.
Al-Hindi juga memperingatkan bahwa pengakuan-pengakuan ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak digunakan untuk menghentikan genosida di Gaza dan percepatan aktivitas permukiman ilegal di Tepi Barat. “Dinamika kekuatan,” ujarnya, “adalah penentu utama dalam masalah ini.”
Ia menekankan bahwa posisi Arab bahkan lebih penting sekarang karena Netanyahu mengebom lima negara Arab dan mengancam akan mengacaukan dan mendominasi kawasan tersebut.
Menurut Al-Hindi, masalahnya bukan hanya pada Hamas atau Jihad Islam, tetapi pada siapa pun yang menentang penjajahan di mana pun.
Sejak hari pertama perang, AS dan Barat memutuskan untuk membasmi kelompok mana pun yang menentang proyek Barat; ‘Israel’. Genosida yang mengerikan di Gaza adalah disengaja.
“Ini bukan tentang mengalahkan perlawanan, melainkan tentang menggusur warga Palestina,” ujarnya. Ia juga memuji mobilisasi para pejuang kebebasan di seluruh Eropa yang telah menekan pemerintah mereka untuk mengubah posisi resmi mereka.
Ia menyimpulkan dengan mengatakan bahwa pengakuan terhadap Palestina harus disertai langkah-langkah konkret, terutama dalam merevisi hubungan militer, keamanan, dan ekonomi dengan ‘Israel’. Tidak boleh hanya berfungsi untuk meredam kemarahan publik.
“Pengakuan-pengakuan ini menuntut penilaian ulang yang nyata dan serius oleh negara-negara di kawasan mengenai hubungan mereka dengan penjajah. Menghentikan perang adalah ujian sejati bagi posisi-posisi ini, dan keseimbangan kekuatan adalah penentu yang sesungguhnya,” ujar Al-Hindi. (PIC)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
