Terlibat Eksekusi Tahanan di Sednaya, Eks Petinggi Militer Rezim Assad Ditangkap Pemerintah Suriah
27 October 2025, 19:28.

Seorang perempuan melintas di depan Penjara Sednaya—yang dijuluki “rumah jagal manusia” oleh kelompok HAM—di Suriah. Foto: Amr Alfiky/Reuters
SURIAH (Al Jazeera) – Pemerintah Suriah menyatakan telah menangkap seorang mantan pejabat militer yang diduga terlibat dalam eksekusi tahanan di Penjara Sednaya yang terkenal kejam pada masa pemerintahan rezim diktator Bashar al-Assad.
Dalam pernyataan pada hari Rabu (23/10/2025), Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan bahwa Cabang Kontraterorisme Provinsi Damaskus telah menangkap Mayor Jenderal Akram Salloum al-Abdullah.
Kementerian itu menyebut bahwa Akram pernah memegang berbagai jabatan penting, terutama sebagai Komandan Polisi Militer di Kementerian Pertahanan antara tahun 2014 hingga 2015 pada masa pemerintahan rezim sebelumnya.
Akram diduga kuat terlibat langsung dalam pelanggaran berat terhadap para tahanan di Penjara Sednaya. Ia disebut bertanggung jawab atas pelaksanaan eksekusi tahanan di dalam penjara militer tersebut selama masa jabatannya sebagai komandan polisi militer.
Rumah Jagal Manusia
Penjara yang terletak di pinggiran Damaskus ini dikenal sebagai salah satu simbol paling kelam dari kekuasaan keluarga al-Assad—kekuasaan yang akhirnya berakhir setelah lebih dari lima dekade ketika Bashar al-Assad digulingkan melalui operasi besar pada Desember lalu.
Amnesty International telah lama menyebut fasilitas ini sebagai “rumah jagal manusia”. Dalam laporannya pada tahun 2017, Amnesty mengungkapkan bahwa praktik pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa, dan pemusnahan telah berlangsung secara sistematis di penjara itu sejak 2011—dan menegaskan bahwa semua itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sebelumnya, laporan tahun 2014 dari Human Rights Watch (HRW) juga menegaskan kesaksian para mantan tahanan tentang kematian massal di Penjara Sednaya.
Menurut Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang Penjara Sednaya, sejak 2011 sedikitnya 30.000 orang telah ditahan di sana, tetapi hanya sekira 6.000 orang yang diketahui telah dibebaskan. Sisanya, hilang tanpa jejak.
Diab Serriya, salah satu pendiri asosiasi tersebut, menyatakan bahwa Akram adalah pejabat berpangkat tertinggi yang sejauh ini ditangkap terkait kekejaman di Sednaya.
Serriya menjelaskan bahwa Polisi Militer bertanggung jawab atas penjara itu. Pada masa kepemimpinan Akram, terjadi gelombang eksekusi dan penyiksaan brutal terhadap para tahanan.
“Dia bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan itu,” tegas Serriya kepada kantor berita AFP.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, Serriya juga menyingkap keberadaan “ruang-ruang garam” di Sednaya, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat sebelum kemudian dipindahkan ke kuburan massal—sebuah praktik yang disebutnya dimulai pada masa jabatan Akram.
Menurut Pertahanan Sipil Suriah (White Helmets), setiap harinya antara 50 hingga 100 orang dieksekusi di dalam penjara itu—sebagian besar adalah tahanan politik yang menentang rezim al-Assad.
Lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris memperkirakan lebih dari 200.000 orang telah dibunuh di penjara-penjara Suriah, baik akibat eksekusi maupun penyiksaan. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
