Hawa Dingin Merayap dari Segala Arah, Keluarga Gaza Menggigil Tanpa Tenda dan Selimut

29 October 2025, 19:11.

Foto: PIC

GAZA (PIC) – Jalanan Gaza dipenuhi keluarga-keluarga yang kehilangan rumah, anak-anak yang tidur di atas reruntuhan rumah, dan para ibu yang membungkus anak-anak mereka dengan kain tipis; sebagai upaya untuk melawan dingin yang merayap dari segala arah.

Di Kamp Deir Al-Balah, Abu Ahmad Saad duduk di samping api unggun kecil yang ia nyalakan menggunakan kusen jendela yang hancur.

“Kami sudah tidur di jalanan selama berminggu-minggu,” katanya. “Mereka menjanjikan tenda dan selimut, tetapi tidak ada yang datang. Tidak ada yang mendengarkan kami.”

Istrinya, Umm Ahmad, memeluk erat anak mereka yang sakit dan berkata dengan suara gemetar; “Setiap malam saya mengkhawatirkannya karena kedinginan. Demamnya naik, dan saya tidak punya obat. Saya bilang kepada mereka: Saya hanya ingin tenda … hanya tenda!”

Meskipun perjanjian gencatan senjata menetapkan masuknya 600 truk bantuan per hari ke Jalur Gaza, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menegaskan bahwa target ini belum tercapai.

Adnan Abu Hasna, juru bicara UNRWA, mengatakan, “Jumlah bantuan yang disepakati belum tiba. Kita berbicara tentang ratusan ribu orang yang tidak memiliki tenda, obat-obatan, dan kekurangan makanan. Bahan-bahan untuk tempat tinggal dan persediaan musim dingin disimpan di gudang kami di Yordania dan Mesir, tetapi mereka diblokir untuk masuk.”

Di Khan Yunis, puluhan pria dan wanita berbaris dalam antrean panjang di depan sebuah truk kecil yang mendistribusikan roti dan air.

Anak-Anak Menangis karena Kelaparan

Abu Nasser, seorang pengungsi dari Al-Shuja’iya, mengatakan, “Kami berdiri berjam-jam hanya untuk mendapatkan sekantong roti atau satu galon air. Situasinya tak tertahankan. Anak-anak menangis karena kelaparan, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa.”

Di dekatnya, Samar, seorang relawan muda dari sebuah badan amal setempat, mencoba mendistribusikan beberapa selimut yang tiba beberapa hari sebelumnya.

“Orang-orang hanya menginginkan sesuatu untuk melindungi mereka dari hujan,” katanya.

“Kami berusaha sebaik mungkin untuk membantu, tetapi bantuan yang kami miliki sangat sedikit. Hal yang paling menyakitkan adalah melihat para lansia mengulurkan tangan mereka untuk meminta selimut atau sepotong roti.”

Ketika penduduk menghadapi kedinginan dan kelaparan, komplikasi politik terus menghambat pengiriman bantuan.

Dalam kunjungannya ke wilayah Palestina yang dijajah ‘Israel’, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengumumkan bahwa negaranya “tidak akan mengizinkan UNRWA untuk melanjutkan operasi di Gaza,” menuduh badan tersebut telah “menjadi sayap Hamas.”

Abu Hasna menanggapi, “Sikap ini bukanlah hal baru. UNRWA adalah badan PBB dengan mandat yang jelas untuk melayani muhajirin Palestina. Mahkamah Internasional menegaskan hak kami untuk beroperasi di Jalur Gaza dan mewajibkan zionis untuk meloloskan masuknya bantuan.”

Ia menambahkan, “menutup pelintasan Zikim dan Erez telah menunda masuknya truk bantuan, memperparah krisis kemanusiaan setiap hari.”

Di jalanan Khan Yunis, Adam yang berusia sembilan tahun bermain dengan batu kecil, sementara ibunya menatap langit. Dengan suara lirih, ia berkata, “Kami tak butuh banyak … hanya tenda untuk melindungi kami dari hujan.”

Di Kota Al-Zawaida, puluhan keluarga muhajirin berlindung di dekat sekolah yang hancur. Abu Al-Abed, seorang mantan guru, berkata, “Kami tidak meminta kemewahan. Hanya tempat berteduh yang aman, obat-obatan untuk anak-anak, dan air minum. Musim dingin telah tiba, dan dinginnya Gaza sangat menusuk.”

Di tengah suara kelaparan dan angin menderu, seorang anak kecil merangkum kejadian itu dalam dua kata, berbisik kepada ibunya: “Ibu, kapan kita bisa pulang?” Sang ibu menundukkan kepalanya tanpa suara, seolah takut menjawab.

Kurang dari 1.000 Truk Bantuan yang Masuk Gaza

Menurut data yang didokumentasikan oleh Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO), kurang dari 1.000 truk bantuan telah memasuki Jalur Gaza sejak gencatan senjata dimulai, dari 6.600 truk yang seharusnya masuk pada 23 Oktober.

Pusat Hak Asasi Manusia Palestina mengonfirmasikan bahwa ribuan truk masih menumpuk di pelintasan, menunggu persetujuan penjajah untuk masuk; termasuk sekira 6.000 truk UNRWA yang membawa cukup makanan untuk enam bulan bagi penduduk Gaza.

Juga ratusan ribu tenda dan material tempat tinggal yang sangat dibutuhkan menjelang musim dingin. Sementara itu, hampir 96% penduduk Gaza menderita kerawanan pangan.

Pusat Hak Asasi Manusia Palestina menekankan bahwa penduduk Gaza menghadapi kondisi kehidupan yang memprihatinkan, terutama para muhajirin di tenda-tenda dan tempat tinggal yang bahkan tidak memiliki unsur paling mendasar. 

Saat musim dingin semakin dekat, ketakutan tumbuh akan bencana kemanusiaan lainnya di Gaza; tidak ada tempat berlindung, tidak ada kehangatan. (PIC)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Lebih dari 150 Penulis Boikot The New York Times Gara-Gara Pro-‘Israel’
Tegaskan Penuhi Perjanjian Gencatan Senjata, Hamas Bantah Terlibat Dalam Penembakan di Rafah »