Penjajah Zionis Terus Langgar Perjanjian Gencatan Senjata, Hamas: Darah Warga Gaza Tidak Murah!
30 October 2025, 20:33.

Foto: PIC
PALESTINA (PIC | Anadolu Agency) – Hamas menegaskan pada hari Rabu (29/10/2025) bahwa eskalasi berbahaya terhadap rakyat Gaza menunjukkan niat penjajah Zionis untuk melemahkan perjanjian gencatan senjata dan memaksakan realitas baru dengan kekerasan.
Tindakan tersebut dilakukan di tengah keterlibatan Amerika yang memberikan perlindungan politik bagi pemerintah fasis Netanyahu untuk melanjutkan kejahatannya.
Hamas menegaskan bahwa sikap bias pemerintah AS merupakan kemitraan nyata dalam pertumpahan darah anak-anak dan perempuan Gaza, dan dorongan langsung untuk melanjutkan agresi.
Hamas menekankan bahwa ‘Israel’ bertanggung jawab penuh atas eskalasi berbahaya ini, dampaknya di lapangan dan politik, serta atas upaya untuk menyabotase perjanjian gencatan senjata.
Hamas menambahkan; dunia harus memahami bahwa darah anak-anak dan perempuan Gaza tidaklah murah.
Perlawanan, di semua faksinya, yang mematuhi perjanjian dengan tekad yang bertanggung jawab dan tetap berkomitmen padanya, tidak akan membiarkan musuh memaksakan realitas baru di bawah tembakan.
Hamas juga mendesak para mediator dan penjamin untuk sepenuhnya memikul tanggung jawab mereka terkait pelanggaran agresif ini, dan segera menekan ‘Israel’ agar menghentikan pembantaian dan sepenuhnya mematuhi ketentuan perjanjian.
Sebanyak 104 warga, termasuk 46 anak-anak dan 20 perempuan, gugur akibat puluhan serangan udara ‘Israel’ di Gaza selama gencatan senjata berlaku.
Warga Baitul Maqdis Ditembak
Seorang warga Baitul Maqdis terluka akibat tembakan serdadu penjajah ‘Israel’ pada Ahad (26/10/2025) di Kota Al-Ram, sebelah utara Baitul Maqdis terjajah.
Sementara itu, 11 warga lainnya diculik di berbagai wilayah Tepi Barat, demikian laporan dari petugas medis dan saksi mata.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan bahwa tim medisnya memberikan perawatan kepada seorang pemuda Baitul Maqdis yang ditembak di bagian paha oleh pasukan penjajah di dekat tembok pemisah apartheid di Al-Ram, sebelum kemudian dilarikan ke rumah sakit.
Belum ada keterangan lebih lanjut mengenai penyebab penembakan tersebut.
Pasukan penjajah ‘Israel’ diketahui sering menembaki para pekerja Baitul Maqdis yang mencoba memanjat tembok pemisah ilegal untuk masuk dan bekerja di wilayah yang sengaja disekat-sekat oleh penjajah.
Penangkapan di Tepi Barat
Pada waktu yang sama, serdadu penjajah ‘Israel’ menculik enam warga Baitul Maqdis di Kota Ramallah, termasuk seorang anak berusia 13 tahun dan seorang lelaki tua, setelah menyerbu rumah-rumah warga dan merusak properti mereka, demikian laporan kantor berita resmi Wafa.
Selain itu, lima warga lainnya juga ditangkap secara brutal dalam penggerebekan di Kota Al-Khalil, wilayah selatan Tepi Barat, menurut keterangan para saksi mata.
Secara terpisah, sekelompok pemukim ilegal Yahudi menyerang lahan pertanian milik warga Baitul Maqdis di Desa al-Minya, dekat Bayt Lahm, di Tepi Barat bagian selatan terjajah. Mereka menebangi puluhan pohon zaitun, menurut laporan Wafa.
Serangan itu terjadi sehari setelah para pemukim ilegal memukuli pemilik lahan hingga tangannya patah, sebelum ia justru ditangkap oleh serdadu penjajah ‘Israel’, sebagaimana dilaporkan Wafa.
Menurut data dari Colonization and Wall Resistance Commission, sejak penjajah ‘Israel’ melancarkan agresinya terhadap Gaza pada Oktober 2023, para pemukim ilegal telah melakukan lebih dari 7.000 serangan terhadap warga Baitul Maqdis maupun harta benda mereka di Tepi Barat.
Dari jumlah itu, 158 serangan menargetkan para petani dan pemetik zaitun hanya dalam bulan ini saja—mencerminkan eskalasi kekerasan sistematis yang dilakukan oleh kolonialis bersenjata yang dilindungi oleh militer penjajah.
Dalam putusan bulan Juli lalu, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa penjajahan ‘Israel’ atas wilayah Palestina adalah ilegal, serta menyerukan pengosongan seluruh permukiman ilegal di Tepi Barat dan wilayah timur Baitul Maqdis.
Warga Baitul Maqdis Gugur
Seorang warga Baitul Maqdis gugur dan tiga lainnya terluka akibat tembakan serdadu penjajah ‘Israel’ pada Ahad (26/10/2025) malam di wilayah Tepi Barat terjajah, menurut laporan petugas medis.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebut bahwa Muhammad Shaour, 20 tahun, gugur akibat peluru pasukan penjajah di dekat daerah Ad-Dhahiriya, selatan Al-Khalil, di wilayah selatan Tepi Barat terjajah.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan bahwa tim medisnya mengevakuasi seorang pemuda ke rumah sakit setelah ia ditembak di bagian kaki ketika mencoba melintasi tembok pemisah apartheid di daerah Al-Ram, wilayah timur Baitul Maqdis.
Saksi mata mengatakan bahwa pasukan penjajah ‘Israel’ menyerbu Kota Qabatiya, selatan Jenin di bagian utara Tepi Barat, disertai dengan tembakan brutal.
PRCS menambahkan bahwa dua warga Baitul Maqdis lainnya terluka parah akibat tembakan serdadu penjajah di kota tersebut dan kini dirawat secara intensif di rumah sakit.
Sumber dari kantor berita resmi Wafa juga melaporkan bahwa seorang anak Baitul Maqdis ditembak dan terluka oleh pasukan penjajah saat melakukan penyerangan ke daerah Turmus Ayya, timur laut Ramallah.
Sejak Oktober 2023, sudah lebih dari 1.059 warga Baitul Maqdis gugur dan 10.300 lainnya terluka di seluruh Tepi Barat terjajah akibat kekerasan yang dilakukan oleh pasukan penjajah ‘Israel’. (PIC | Anadolu Agency)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
