Surat dari Masjidil Aqsha

15 November 2010, 21:03.

(Syair Al-Quds bagian ke-1)

Komplek Al-Quds, Masjidil Aqsha berkubah hijau kehitaman, Qubah Asy-Syakhrah berkubah kuning emas. gambar: alltours

DAMASKUS, Ahad (Sahabatalaqsha.com): Sahabatku, bacalah syair ini seakan-akan Masjidil Aqsha sedang berkata-kata kepadamu. Syair ini merupakan karya Dr. Abdul Ghani At-Tamimi dari buku kecil berjudul Risalah min Al-Masjidil Aqsa (penerbit: Bayt Filistin lisy-Syi’r, 2009). Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Bayhaqi Madsuni, mahasiswa Fakultas Sastra Arab Universitas Damaskus. Sahabat Al-Aqsha menerbitkannya secara bersambung, insya Allah.

– 1 –
Kunci rumahku masih dalam genggamanku
Ingatan akan negeriku juga masih dalam dekapanku
Aku tak mengenal putus asa –wahai pendera– suatu hari
Ini alat-alatmu asahlah… dan ini kulitku
Ruhku ‘kan tetap menghidupkan harapanku
Meski cambuk kekejaman memanggang tubuhku
Semenjak aku mengenal Allah, ku tak akan lemah di depan makhluk
dan tidak pula aku mengharap pertolongan selain kepada Tuhanku
Wahai pembunuh hari-hariku
Esok pun engkau tak ‘kan mampu membunuhku

– 2 –
Warna darahku masih bercerita
tentang kezalimanmu di hari yang mengerikan itu
Air mataku tetap bercerita
tentang diamnya malam karena takut padamu
Batuku mengatakan pada dunia –wahai penipu–
betapa lemahnya dirimu
Dengan darahku aku telah menetapkan
takutnya kematian dalam ronggamu
Dengan darahku aku mematahkan –wahai pembantai– pedangmu

-3-
Jangan pernah kau menakutiku
dengan sekutu para pemimpin hawa nafsu
Jangan pernah kau membuatku takut
dengan kapal perang dari khayalan nafsu
Dengan darahku aku akan merobohkan
berhala-berhala mereka yang disebut sebagai ukuran kekuatan

-4-
Tempat pengasingan telah melambaikan lengannya
kita lah penghuninya
Kita terpecah belah menjadi dua kelompok dan telah gagal
Bumi ini tempat kita berpijak
Yang satu kehilangan kemuliaan di negerinya
Yang lain kehilangan jatidiri di waktu dan tempat
Dia adalah hari-hari itu yang menakutkan
Di malam hari ibu kita meratapi bapak dan saudara kita
Dan –bersamaan menyingsingnya fajar–
tiba-tiba menjadi yatim kita
Seperti cicit burung yang kehausan,
bersamaan lapar yang terasa
Setahun telah berlalu, tahun-tahun pun berlalu,
dan inilah kita
Kau memandang kami seperti engkau yang dulu melihat kami

(bersambung, insya Allah)* (KS/Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina - Masjidil Aqsha Kritis

« Terima Kasih Allah, Merapi Mendekatkan Kami…
Kenalkan, Palestina, Negeri Para Nabi »