Ribuan Pasien Terperangkap di Rumah Sakit yang Lumpuh Total di Gaza
5 November 2025, 10:54.

Warga Palestina, termasuk anak-anak, antre membawa panci untuk mendapatkan makanan di tengah kelaparan akibat blokade ‘Israel’ di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza, 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]
GAZA (Al Jazeera | Middle East Monitor) – Ribuan pasien—termasuk ribuan anak-anak—kini terperangkap di rumah-rumah sakit yang lumpuh total di Jalur Gaza; tanpa obat dan tanpa perawatan.
Dengan pelintasan yang kembali ditutup dan evakuasi medis dihentikan paksa oleh penjajah ‘Israel’, penyakit-penyakit yang—atas izin Allah—bisa diobati kini seolah berubah menjadi vonis kematian perlahan bagi ribuan Ahlu Syam Gaza.
Di Rumah Sakit Al-Aqsa di jantung Gaza, seorang anak perempuan bernama Beesan Abu Ameer menunggu jawaban yang tak kunjung datang.
Para dokter belum dapat memastikan penyakitnya, sementara ibunya memohon agar sang anak segera mendapat pemeriksaan lanjutan—yang mustahil dilakukan karena hampir seluruh peralatan medis di Gaza telah hancur akibat blokade dan pengeboman biadab ‘Israel’.
“Mereka tidak tahu penyakit sebenarnya karena tidak ada peralatan yang mumpuni,” ujar sang ibu.
“Saya sudah membawanya ke banyak rumah sakit untuk mencari diagnosis yang tepat, tetapi semuanya sia-sia. Sekarang dia tetap kesakitan, dan tidak ada obat sama sekali.”
Di ranjang sebelah, terbaring Waleed, bocah berusia 13 tahun yang kini lumpuh total. Ia didiagnosis menderita sindrom langka di mana sistem imun menyerang saraf tubuhnya sendiri.
“Waleed menderita kelemahan otot parah. Ia anak yang sehat sampai tanggal 17 Juli saat serdadu ‘Israel’ melemparkan gas beracun di dekat pantai tempat ia bermain,” ungkap ibunya.
“Sejak saat itu, ia mulai mengalami lumpuh di bagian tubuhnya. Lama-kelamaan kondisinya memburuk hingga ia kehilangan kemampuan bergerak dan berbicara.”
Menurut Hind Khoudary, jurnalis Al Jazeera di Gaza, sedikitnya 15.000 pasien—termasuk hampir 4.000 anak-anak—kini menunggu untuk dievakuasi ke luar Gaza agar bisa mendapat perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.
“Selama berbulan-bulan, pelintasan Rafah menuju Mesir ditutup rapat,” ujar Khoudary.
“Penjajah ‘Israel’ menolak membukanya kembali sampai Hamas menyerahkan jenazah tawanan ‘Israel’ yang mati—wujud kejahatan yang mempermainkan nyawa manusia sebagai alat tawar-menawar politik,” ujarnya.
Satu Juta Anak di Gaza Kelaparan, 650.000 Putus Sekolah
UNICEF memperingatkan bahwa lebih dari satu juta anak di Gaza masih kekurangan makanan dan air bersih. Sementara itu, 650.000 lainnya belum kembali ke sekolah, meski gencatan senjata berlangsung.
Juru Bicara UNICEF Tess Ingram mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa gencatan senjata belum cukup untuk menghentikan kelaparan atau memulihkan akses air minum yang aman.
Ingram menegaskan ribuan anak masih tidur dalam kondisi lapar setiap malam karena kehancuran infrastruktur air, sanitasi, dan kesehatan.
Ia menambahkan, keluarga di Gaza berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan layanan dasar.
Meskipun gencatan senjata antara Hamas dan ‘Israel’ mulai berlaku pada 10 Oktober, pasukan ‘Israel’ terus melanggar kesepakatan dan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. (Al Jazeera | Middle East Monitor)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
