Dengan Izin Allah, Insinyur Gaza Ini Bikin Air Laut Bisa Diminum
27 May 2015, 21:06.

Diaa Abu Assi bersama mesinnya. Foto: AFP/Mahmud Hams
GAZA, Rabu (Ma’an News): Pasokan air bersih di Jalur Gaza diperkirakan akan habis pada 2020. Hal ini mendorong seorang insinyur Palestina, Diaa Abu Assi, 29, untuk mengembangkan sebuah mesin penyulingan air yang dapat mengubah air laut menjadi layak konsumsi.
Abu Assi mulai merintis pembangunan mesin ini sejak 18 bulan terakhir. Ia berharap mesin ini dapat membantu kehidupan warga Gaza yang dibayang-bayangi krisis air. “Satu-satunya solusi adalah dengan menyaring air dari laut Mediterania,” terang ayah dua anak ini.
Proyek yang tengah dikerjakan Abu Assi ini dibiayai oleh Universitas Islam Gaza yang memang memiliki hubungan dengan Hamas. Organisasi Riset Omani pun disebut-sebut terlibat dalam pembiayaan proyek ini. Proyek ini menggunakan teknologi nano yang diterapkan untuk mengurangi kadar garam pada air laut sehingga mencapai level layak konsumsi.
Abu Assi menerangkan, sistem ini bekerja dengan cara memompa air pada kecepatan tinggi memakai pipa besi berukuran besar lalu difilter. Filternya sendiri terbuat dari material nano yang bertujuan mengurangi kadar garam.
Mesin ini dapat menghasilkan seribu liter air bersih setiap harinya. Namun, ia bersama rekannya Ala al-Hindi berupaya agar jumlah air yang dihasilkan lebih banyak lagi. Hindi mengatakan bahwa mereka membutuhkan dana US$300 juta untuk mengembangkan mesin penyulingan ini agar memiliki kapasitas produksi yang lebih besar. Namun, saat ini keduanya kesulitan mencari dana.
Abu Assi dan Hindi sudah mengajukan permohonan pendanaan kepada pemerintah Palestina di Ramallah, namun sampai sekarang belum ditanggapi. Menurut Hindi, tak mudah mencari investor dengan kondisi Gaza saat ini. “Mereka selalu khawatir proyek-proyek yang didanai akan dihancurkan oleh serangan penjajah Zionis yang berikutnya,” timpal dia.
Butuh Sumber Air Alternatif
Pejabat otoritas air di Gaza, Munzer Shublaq mengatakan bahwa kebutuhan sumber air alternatif di Gaza sudah sangat mendesak. Menurutnya pula, aktivitas pemompaan air pada akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air) harus segera dihentikan. Shublaq melanjutkan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Gaza, pejabat otoritas harus memompa air dari akuifer sebanyak empat kali, melebihi yang seharusnya.
PBB sudah memperingatkan bahwa jika hal ini terus dilakukan, paling cepat tahun depan akuifer sudah tak lagi bisa diandalkan untuk memasok air bersih. Kondisi akuifer di Gaza sendiri sebenarnya sudah tercemar nitrat yang berasal dari limbah yang tak terkendali.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memperingatkan bahaya dari krisis air bersih ini. Dampaknya saat ini sudah terlihat, antara lain meningkatnya jumlah anak-anak yang terkena diare.
Gaza Tak Lagi Layak Huni
PBB memperkirakan populasi Gaza akan bertambah sekitar 500.000 orang dalam lima tahun ke depan. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan air yang diperkirakan menjadi 260 juta meter kubik per tahunnya.
Adapun saat ini, konsumsi air di Gaza yang ditinggali sekitar 1,8 juta orang diperkirakan mencapai 180 juta meter kubik per tahun. Separuhnya dipakai untuk keperluan pertanian dan industri. Menurut Direktur Operasi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), jika krisis air tidak segera diatasi, dalam waktu dekat Gaza tak akan lagi layak huni.* (Ma’an News | Sahabat Al-Aqsha/Tia)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
