‘Peluru Karet’ Zionis Bikin Anak Ini Kehilangan Matanya
30 May 2015, 21:50.

Anak-anak Palestina mengumpulkan peluru karet berlapis baja setelah mereka menjadi sasaran tembak serdadu Zionis. Foto: Ryan Rodrick Beiler/ActiveStills
AL-QUDS TERJAJAH, Sabtu (Electronic Intifada): Seorang bocah Palestina dari timur Al-Quds terjajah kehilangan sebelah matanya setelah serdadu Zionis menembak kepalanya dengan peluru karet berlapis baja. Yahiya al-Amudi (10) ditembak ketika tengah berjalan di dekat pos pemeriksaan militer Zionis di kamp pengungsi Shuafat pada Kamis pekan lalu.
Kantor berita Ma’an melaporkan, kemudian bocah tersebut dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi tengkorak kepala retak, luka pada rahang dan telinga kiri, serta harus dioperasi untuk mengangkat mata kirinya. Al-Amudi dikabarkan dalam kondisi kritis.
‘Peluru karet’ berlapis baja di kalangan persenjataan Zionis disebut “senjata tidak mematikan”. Namun, kelompok HAM Zionis B’Tselem menyebutnya senjata “kurang fatal”. Karena, meskipun Zionis mempromosikan ‘peluru karet’, peluru karet berlapis baja, gas air mata dan granat kejut sebagai “senjata tidak mematikan”, B’Tselem menegaskan tetap saja semua itu senjata berbahaya yang bisa menyebabkan kematian, luka parah atau kerusakan pada properti jika digunakan dengan tidak tepat.
Menurut data B’Tselem, antara tahun 2005 dan Januari 2013, setidaknya sepuluh warga Palestina terbunuh oleh senjata “kurang fatal”. Seperti halnya al-Amudi, Suliman al-Tardi (20) juga kehilangan matanya setelah serdadu Zionis menembak wajahnya dengan peluru ‘spons’ bulan lalu di kawasan Issawiyeh timur al-Quds terjajah. Anak-anak dan remaja merupakan yang paling berisiko terluka parah akibat peluru karet berlapis baja dan peluru ‘spons’.
Anak-anak Jadi Sasaran Empuk
Agustus lalu, Zionis menembak kepala Muhammad Sunqrut (16) dengan peluru ‘spons’. Polisi Zionis mengklaim Sunqrut ditembak di bagian kaki ketika melempar batu. Namun, hasil otopsi menunjukkan bahwa peluru mengenai kepalanya.
Berdasarkan laporan Amnesti Internasional pada Maret 2014, antara Januari 2011 dan Desember 2013, diperkirakan lebih dari 1.500 dari 8.500 warga Palestina yang terluka oleh senjata selain amunisi tajam merupakan anak-anak.
Pada Desember lalu wajah seorang bocah lima tahun, Muhammad Obeid, ditembak dengan peluru ‘spons’ oleh petugas polisi Zionis saat terjadi bentrokan dengan penduduk setempat di kawasan Issawiyeh. Direktur Program Akuntabilitas Lembaga Pembela Anak Internasional untuk Palestina (DCI-Palestine) Ayed Abu Eqtaish, menjelaskan bahwa pasukan Zionis biasa menyalahgunakan “senjata tidak mematikan”.
“Data dokumentasi kami menunjukkan bahwa Zionis tidak menaati regulasi militer soal penggunaan senjata api dan senjata seperti ‘peluru karet’,” katanya pada Electronic Intifada melalui telepon. “Berdasarkan hukum Zionis, senjata-senjata tersebut tidak boleh digunakan terhadap wanita dan anak-anak, namun bukti menunjukkan bahwa mereka biasa menggunakannya saat menghadapi wanita dan anak-anak,” ungkap Abu Eqtaish.
Amunisi Tajam
Pasukan Zionis tak pernah berhenti menggunakan amunisi tajam terhadap warga Palestina, termasuk anak-anak. Menurut Abu Eqtaish, setidaknya 35 anak terluka oleh amunisi tajam sejak awal tahun ini. Sementara sepanjang 2014, sekitar 11 anak juga tewas akibat amunisi tajam di Tepi Barat terjajah.
Ali Abu Ghannam (17) merupakan remaja Palestina pertama yang dibunuh oleh Zionis pada tahun 2015 saat ia dalam perjalanan pulang dari pesta pernikahan bulan lalu. Polisi perbatasan Zionis menembaknya di pos pemeriksaan al-Zaim dekat kawasan al-Tur di timur al-Quds. Otoritas Zionis mengklaim bahwa Abu Ghannam menyerang mereka dengan sebilah pisau, namun keluarga Abu Ghannam menolak pernyataan tersebut dan bersikeras bahwa ia dibunuh dengan kejam.
“Persoalan terpenting adalah otoritas Zionis tidak membuka penyelidikan resmi atas pelanggaran-pelanggaran tersebut. Dengan kata lain, Zionis menunjukkan pada para serdadu bahwa mereka kebal terhadap tanggung jawab apapun,” tegas Abu Eqtaish.
Laporan yang diterbitkan pada September 2014 oleh kelompok hak asasi manusia ‘Israel’ Yesh Din menunjukkan bahwa hanya 1.4% keluhan/pengaduan yang disampaikan kepada otoritas militer Zionis antara tahun 2010 dan 2013 berujung menjadi sebuah tuntutan atau dakwaan.* (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
