BHRN: Bangladesh Harus Tingkatkan Keamanan Kamp, Buka Peluang Pemindahan ke Negara Ketiga

10 February 2022, 06:10.
Muhajirin Rohingya berkumpul di dekat air setelah melarikan diri dari kebakaran di dekat Kamp 8E, Ukhia, di Cox’s Bazar, Bangladesh, di foto tak bertanggal ini. Sumber: RFA

Muhajirin Rohingya berkumpul di dekat air setelah melarikan diri dari kebakaran di dekat Kamp 8E, Ukhia, di Cox’s Bazar, Bangladesh, di foto tak bertanggal ini. Sumber: RFA

BANGLADESH (RFA) – Bangladesh harus meningkatkan keamanan di kamp pengungsian Rohingya, mengizinkan para Muhajirin untuk bekerja dan menempuh pendidikan, serta mulai bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membuka opsi pemindahan ke negara ketiga.

Hal tersebut disampaikan oleh lembaga kemanusiaan dari London, Burma Human Rights Network (BHRN) yang melakukan survei tahun lalu ke kamp pengungsian Cox’s Bazar.

Sebagian besar Muhajirin yang disurvei mengatakan terjadi banyak perbuatan kriminal dan kekerasan di kamp pengungsian.

Mereka juga berharap agar bisa direpatriasi ke negara ketiga, sebut laporan BHRN yang berjudul “We Also Have Dreams” itu.

“Petugas keamanan harus meningkatkan kinerjanya di area yang didominasi kelompok-kelompok kriminal dan bersenjata. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, mereka juga tidak boleh menyalahgunakan wewenangnya dengan menjelek-jelekkan, menahan, maupun melukai orang-orang,” sebut laporan setebal 57 halaman tersebut.

Selanjutnya ditegaskan pula bahwa; “Pembakaran maupun tindak kejahatan lain terhadap komunitas Rohingya harus diusut tuntas dan aparat harus transparan atas hasil investigasinya”.

Para Muhajirin Rohingya dilarang untuk mendapat pekerjaan, namun mereka ingin – dan memang sudah semestinya diizinkan bekerja – agar bisa mandiri dan tidak hanya bergantung pada bantuan untuk memenuhi bermacam kebutuhannya, jelas BHRN.

“Banyak orang Rohingya yang diwawancari dalam laporan ini berkata bahwa peluang mereka untuk bisa bekerja dan berdiri di atas kaki sendiri lebih besar ketika mereka masih di Burma dibandingkan saat ini di Bangladesh, meski di sana mereka mendapat pembatasan yang lebih keras,” tambah BHRN.

“Keinginan kuat dan berbagai kemampuan kerja yang dimiliki warga Rohingya harus didukung oleh Bangladesh, bukan justru dilarang. Hal ini akan meringankan beban lembaga-lembaga kemanusiaan, membuat para Muhajirin lebih mandiri, dan ikut membantu meningkatkan ekonomi warga lokal juga.”

Shah Rizwan Hayat dari Refugee Relief and Repatriation Commissioner (RRRC) Bangladesh mengatakan bahwa pemerintah tetap akan membatasi para Muhajirin Rohingya.

“Menuntut itu mudah, tetapi mengatur komunitas sedemikian besar adalah pekerjaan yang susah. Tidak memungkinkan jika warga Rohingya diberikan izin untuk menempuh pendidikan formal di sini,” tegas Hayat.

Sementara M. Kamran Hossain, seorang petinggi kepolisian setempat mengatakan pada Selasa (8/2/2022), “Para penghuni kamp sekarang hidup dengan mendapat keamanan dan keselamatan yang cukup. Kondisi kamp tidak aman hanya bagi para penjahat.”

‘Siap Pergi Ke Negara Lain’

Berdasar survei BHRN, 63 persen Muhajirin menyatakan kesiapannya untuk dipindahkan ke negara ketiga jika opsi tersebut tersedia.

“Komunitas internasional harus mengusahakan upaya-upaya diplomasi dengan Bangladesh untuk membuat pemindahan ke negara ketiga tersebut memungkinkan,” jelas BHRN.

Jika opsi ini sudah tersedia, maka peluang jatuhnya Muhajirin Rohingya ke dalam muslihat para penyelundup manusia akan berkurang sehingga tidak perlu lagi ada yang harus mempertaruhkan nyawanya mengarungi lautan berbahaya dengan kondisi memprihatinkan.

“Ya, kami bersedia untuk dipindah ke negara ketiga,” kata seorang Muslimah Rohingya berusia 38 tahun. “Jika kami tidak bisa kembali ke Myanmar, kami siap untuk dipindah ke negara lain.”

Meski begitu, semua Muhajirin Rohingya yang diwawancara mengatakan tetap menjadikan tanah air mereka di Arakan, Myanmar, sebagai tujuan utama kepulangan mereka.

Ketika ditanya apa yang bisa membuat mereka bersedia pulang kembali ke Burma, sebagian besar warga Rohingya menjawab kesetaraan hak antaretnis dan jaminan keamanan bagi mereka.

BHRN pun menegaskan bahwa tekanan internasional adalah syarat mutlak untuk membuat Myanmar mau memenuhi permintaan para Muhajirin Rohingya tersebut. (RFA)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« VIDEO – Protes atas Pembunuhan Tiga Pemuda di Nablus Kian Meluas, Ribuan Orang Hadiri Pemakaman
Serdadu Zionis ‘Israel’ Hancurkan Bangunan Tiga Lantai di Nashirah »