Tujuh Bulan Setelah Kamp Terbakar, Muhajirin Rohingya di India Sulit Penuhi Kebutuhan Dasar
12 February 2022, 09:09.

Seorang Muslimah Rohingya membawa gentong plastik berisi air. Foto: Shadab Farooq
NEW DELHI (Two Circles) – “Tak seorang pun terlihat di jalanan ketika matahari sudah tenggelam,” kata Shaida (12), Muhajirin Rohingya di Madanpur Khadar, New Delhi, India.
Shaida dan temannya, Arjina Begum (15), adalah dua di antara 250 Muhajirin Rohingya yang mengungsi di sana. Mereka ketakutan untuk pergi ke kamar mandi umum yang jaraknya setengah kilometer.
Sudah hampir delapan bulan lamanya, para Muhajirin di sana menjalani hidup yang semakin sulit dibanding sebelumnya. Tepatnya setelah pada tanggal 12 Juni 2021, kebakaran besar terjadi di kamp pengungsian dan melahap 56 gubuk Muhajirin Rohingya.
Para penghuninya yang ketika itu sedang tidur, tak mampu berbuat banyak kecuali menyelamatkan nyawa mereka.
“Kami tak mampu menyelamatkan barang-barang berharga kami akibat kebakaran tersebut,” kata Fatima (35), ibu dari Arjina.
Api melahap harta, pakaian, dan termasuk kartu identitas UNHCR mereka.
Kehilangan rumah membuat para Muhajirin Rohingya terpaksa tinggal di kamp penampungan sementara, dengan kondisi yang lebih memprihatinkan.
“Sebagian besar wanita berusaha sebisa mungkin menghindari pergi ke toilet setelah matahari tenggelam. Kami sudah khawatir akan keselamatan nyawa kami, dan berjalan satu kilometer jauhnya di malam hari semakin terasa menakutkan,” kata Arjina.
Fatima melarang putrinya pergi ke kamar mandi di malam hari. Ia takut apa yang terjadi terhadap suaminya ikut menimpa Arjina.
Suami Fatima, Mohammad Haroon (52) diculik oleh sekelompok orang ketika hendak pergi ke masjid. Ia lalu dilempar ke sungai di dekat kamp.
“Mohammad Haroon adalah pemimpin komunitas ketika itu. Karena ketakutan, ia akhirnya mengundurkan diri dan lebih banyak berdiam diri di rumah sekarang,” jelas Fatima.
“Tinggal di dalam penjara di Tihar masih lebih baik dibanding tinggal di penjara terbuka seperti ini,” sebut Minara (30), pemimpin komunitas Rohingya di sana.
“Di penjara, kalian mendapat jaminan atas kebutuhan pokok seperti makan dan minum, begitu juga toilet. Akan tetapi, di kamp ini terjadi beberapa kali pertengkaran akibat saling berebut makanan maupun air. Sementara toilet terdekat lokasinya satu mil,” ujarnya.
Minara menyelamatkan diri dari persekusi yang dilakukan Myanmar pada tahun 2012 ke India bersama suaminya, Abdul Quri, dan anak-anaknya.
Salah seorang pemuda Rohingya di sana, Mohammad Shakir (28) mengatakan bahwa yang disebut keamanan sama sekali tidak mereka rasakan.
“Para pengungsi semestinya mendapat hak dan layanan dasar yang setara dengan warga asing lainnya, termasuk kebebasan berpendapat, bergerak, dan aman dari berbagai ancaman maupun perlakuan tak pantas lainnya,” jelas Shakir sembari membaca buku panduan dari UNHCR.
“Itu semua hanya ada di buku, tetapi nyatanya tidak terjadi di lapangan,” tegasnya.
“Buku ini menjelaskan tentang jaminan keamanan fisik (bagi para pengungsi), tetapi kami semua merasa sangat khawatir akan keselamatan kami.”
“Tidak ada fasilitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar di sini,” tegas Shakir.
Ia melanjutkan, truk pemasok air hanya datang sehari sekali, itu pun hanya untuk melayani selama satu jam.
Pada tanggal 22 Juli tahun lalu, rezim juga telah merobohkan masjid darurat yang dibangun hanya menggunakan bambu, kain, dan terpal, serta berlantaikan tanah.
Tak hanya itu. Aparat mengusir paksa sebanyak 16 keluarga Muhajirin. Mereka juga secara sengaja merusak kamar mandi dan saluran air di samping masjid.
“Kami masih menunggu fasilitas-fasilitas dasar tersebut. Di malam hari, (jika ingin buang air besar) kami terpaksa menggunakan kain untuk menampung kotorannya lalu membuangnya ke balik tembok pagar,” jelas Fatima.
Rohingya adalah etnis Muslim minoritas di Myanmar yang mengalami persekusi dan genosida sejak puluhan tahun lamanya.
Banyak yang berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Bangladesh maupun India. Saat ini, terdapat hampir 40.000 Muhajirin Rohingya di India, di mana hanya 16.500 di antaranya yang sudah terdaftar sebagai pengungsi oleh UNHCR. (Two Circles)

Seorang Muslimah paruh baya terlihat berjalan di atas pagar tembok. Foto: Shadab Farooq

Seorang Muslimah berada di tempat pembuangan. Foto: Shadab Farooq

Fatima (35), ibu tiga orang anak. Foto: Shadab Farooq

Toilet sementara bagi para Muhajirin Rohingya yang terletak satu kilometer dari tempat tinggal mereka. Foto: Shadab Farooq
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
