ADMSP Ungkap Tawanan Disiksa dan Dibiarkan Tewas Tanpa Penanganan Medis di RS Militer Suriah (#1)
5 October 2023, 13:41.

Foto: Syrian Coalition’s Media Department
SURIAH (Japan Times) – Aparat rezim diktator Suriah menganiaya dan membiarkan para tawanan mati di rumah sakit militer di Damaskus.
Mereka menggunakan fasilitas kesehatan tersebut untuk menutupi penyiksaan terhadap para tawanan, kata kelompok hak asasi manusia dan mantan tawanan.
Para tawanan yang dikirim ke Rumah Sakit Militer Tishreen di ibu kota Suriah untuk dirawat, jarang mendapat penanganan medis, menurut laporan yang dirilis Selasa (3/10/2023) oleh Association of Detainees and the Missing in Sednaya Prison (ADMSP), sebuah lembaga pengawas yang berbasis di Turkiye.
Sebaliknya, petugas “keamanan”, bahkan staf medis serta administrator di rumah sakit itu, justru melakukan penyiksaan brutal terhadap para tawanan, termasuk kekerasan fisik dan psikologis, menurut laporan berjudul “Buried in Silence” itu.
Laporan ini mendokumentasikan pelanggaran-pelanggaran sejak awal kekerasan rezim Suriah pada tahun 2011 hingga tahun 2020. Namun, para penulis yakin banyak dari praktik tersebut yang masih berlanjut hingga saat ini.
Abu Hamza*, 43 tahun, mengatakan dia dibawa ke penjara di rumah sakit Tishreen tiga kali selama penahanannya, namun hanya menemui dokter satu kali.
“Para tawanan takut pergi ke rumah sakit, karena banyak yang tidak kembali,” kata Abu Hamzah, yang dipenjara selama tujuh tahun, termasuk di Penjara Sednaya yang terkenal kejam di pinggiran Damaskus.
Abu Hamza mengatakan, petugas yang berjaga di penjara rumah sakit pernah memerintahkan para tawanan untuk berbaring di tanah, memukuli mereka selama 15 menit, lalu pergi begitu saja.
“Mereka yang sakit parah akan dibiarkan mati di rumah sakit,” terang Abu Hamza, “jika kami bisa berjalan, kami akan dikirim kembali ke penjara.”
Laporan terbaru ADMSP didasarkan pada wawancara terhadap 32 orang, termasuk mantan tawanan, petugas keamanan dan staf medis, serta dokumen yang bocor.
Kelompok HAM telah lama mengungkap fakta bahwa rezim Bashar Assad menyiksa dan mengeksekusi para tawanan tanpa proses peradilan yang adil.
Pada tahun 2011, serdadu rezim Suriah menindak secara brutal pengunjuk rasa damai. Tindakan itu memicu perang yang telah menyebabkan lebih dari 500.000 warga tewas dan memaksa jutaan lainnya mengungsi.
Seperlima dari jumlah korban tewas tersebut kehilangan nyawanya di penjara-penjara yang dikelola rezim, menurut kelompok pemantau Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris.
Banyak foto mengerikan mengenai para korban tewas yang berhasil diselundupkan oleh “Caesar”, mantan fotografer polisi militer Suriah, yang menggemparkan dunia. (Japan Times/Bersambung)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
