Jum’at Pertama Ramadhan, 220.000 Muslim Shalat Jum’at di Masjidil Aqsha
21 June 2015, 04:59.

Foto: Anadolu Agency
BAITUL MAQDIS TERJAJAH, Ahad (Anadolu Agency): Ribuan warga Palestina dari Tepi Barat terjajah melakukan pawai menuju Masjid al-Aqsha di Timur Baitul Maqdis untuk menandai shalat Jum’at pertama di bulan puasa Ramadhan yang dimulai pada Kamis (18/6) lalu. Dengan izin Allah, para lelaki berusia lebih dari 40, anak-anak di bawah usia 12 tahun dan para wanita dari berbagai umur bisa memasuki Timur Baitul Maqdis terjajah tanpa izin.
Pihak penjajah Zionis menambah jumlah personil keamanan di sekitar masjid, menyebar ribuan pasukan di sekitar lorong, dan membangun pembatas jalan di pintu masuk Kota Lama Baitul Maqdis.
“Ini kali pertama saya shalat di Masjid al-Aqsha dalam dua tahun karena Zionis melarang kami shalat di sini,” kata Mohamed Maslmani (43) pada kantor berita Anadolu. “Saya rindu Kota Lama Baitul Maqdis, aroma pasar, dan masyarakatnya yang menyenangkan. Butuh waktu tiga jam bagi saya untuk sampai ke Masjid al-Aqsha dari rumah saya di Nablus,” tambahnya, seraya mengatakan ia berencana menikmati setiap menitnya berada dalam masjid ikon ummat Muslim itu. “Sebelum pergi, kami akan makan fateer (sejenis pastry-red) dan shalat tarawih,” katanya penuh kegembiraan.
Salima Ahmad (35) dari Jenin, Tepi Barat mengatakan pada Anadolu bahwa ia menangis saat memasuki kompleks Masjid al-Aqsha. “Ini perasaan yang tak terlukiskan, shalat di Masjid al-Aqsha,” katanya. “Sayangnya, Zionis hanya membolehkan kami memasuki masjid saat Ramadhan saja.” Ia mengatakan bahwa ia datang bersama suami dan tiga anaknya dengan harapan bisa menghabiskan waktu seharian di dalam kompleks masjid. “Setiap Jum’at selama Ramadhan, kami akan datang ke sini untuk shalat di masjid suci ini,” tambahnya.
Pasar-pasar di kota suci buka lebih awal pada Jum’at pagi untuk melayani ribuan jamaah dari penjuru Tepi Barat. “Ribuan orang dari seluruh negeri masuk ke Baitul Maqdis sejak pagi dan membeli berbagai macam barang dari pasar,” kata Ahmad Gaith (55), seorang pedagang dari Kota Lama Baitul Maqdis. “Setiap tahun kami menunggu Ramadhan untuk merasakan kehidupan di kota kami. (Karena saat Ramadhan) Baitul Maqdis tetap penuh dengan orang selama 24 jam,” katanya.
Syeikh Azzam al-Khatib, Direktur Jenderal Urusan Wakaf Muslim dan Al-Aqsha mengatakan pada Anadolu, ada sekitar 220.000 jama’ah shalat di Masjid al-Aqsha pada Jum’at pertama Ramadhan. “Diharapkan sekitar 100.000 jamaah dari Tepi Barat dan Jalur Gaza akan menetap untuk melaksanakan shalat tarawih,” katanya.
Zionis hanya membolehkan sekitar 500 warga Palestina dari Jalur Gaza yang terblokade untuk shalat di Masjid al-Aqsha setiap Jum’at. “Tak bisa dipercaya, saya berada di Baitul Maqdis dan shalat Jum’at di Al-Aqsha,” kata Issam Zayyan (55) dari kota Khan Younis di Jalur Gaza. Kata dia, ini merupakan kali pertama ia mengunjungi kota Baitul Maqdis dalam 17 tahun. “Ini adalah hari terbaik dalam hidup saya,” katanya. Ia melanjutkan, “’Israel’ pikir mereka bisa mengambil al-Aqsha dari kita. Masjid suci akan tetap berada di hati kita hingga kita merebutnya kembali.”
Zionis menjajah Timur Baitul Maqdis dan Tepi Barat saat Perang Timur Tengah pada tahun 1967. Kemudian, mereka mencaplok kota suci itu pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibukota terpadu negara Yahudi. Mereka memproklamirkan diri dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Baitul Maqdis merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsha, yang bagi kaum Muslim melambangkan tempat suci ketiga di dunia. Namun, Yahudi mengakui “Temple Mount” (atau al-Haram ash-Sharif, kompleks bangunan suci yang dikelilingi tembok berbentuk persegi panjang di bagian timur dalam wilayah Kota Lama Baitul Maqdis) sebagai situs penting Yahudi. Hukum internasional memandang Tepi Barat dan Timur Baitul Maqdis sebagai “wilayah terjajah” sehingga menganggap seluruh gedung permukiman Yahudi di tanah tersebut ilegal.* (Anadolu Agency | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
