Warga Rohingya Tak Dilibatkan dalam Perundingan Repatriasi
5 September 2019, 20:39.
DHAKA, Kamis (The Daily Star): Warga Rohingya merasa tak dihargai dan diabaikan karena tidak diikutsertakan dalam perundingan terkait upaya repatriasi, kata pemimpin-pemimpin mereka.
Bangladesh menandatangani perjanjian repatriasi dengan Myanmar pada bulan November 2017, sementara Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) dan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menandatangani kesepakatan tripartit pada bulan Juni tahun lalu. Sejak saat itu, perwakilan ketiganya mengadakan banyak pertemuan untuk membahas kepulangan para pengungsi Rohingya.
“Akan tetapi, tak satu pun perwakilan warga Rohingya dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan tersebut,” kata Mohibullah, ketua Perhimpunan Rohingya Arakan untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia (ARSPH), sebuah organisasi Rohingya yang berbasis di kamp Kutupalong.
“Jika kami bisa berbicara secara langsung, kami bisa menyampaikan permasalahan-permasalahan kami dengan pemerintah Myanmar,” jelas Mohibullah. Hal ini, menurutnya, akan mengurangi ketidakpercayaan dan kesalahpahaman.
Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen juga menggarisbawahi pentingnya mengatasi masalah ketidakpercayaan ini. Karena, inilah yang membuat para pengungsi Rohingya masih takut untuk kembali ke Rakhine.
“Menurut saya, Myanmar semestinya membawa beberapa pemimpin Rohingya ke Rakhine untuk menunjukkan bagaimana Myanmar telah memperbaiki situasi di sana,” jelasnya.* (The Daily Star | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.