Ditahan di Penjara Insein Yangon, Puluhan Muhajirin Rohingya Dipukuli dan Dipaksa Bersihkan Tinja
29 December 2022, 09:13.

Gerbang Penjara Insein Yangon (Myanmar Now)
MYANMAR (Myanmar Now) – Lebih dari 80 warga Rohingya ditahan di Penjara Insein Yangon. Mereka menjadi korban pemukulan dan kerja paksa seperti membersihkan jamban, menurut tahanan lain di fasilitas tersebut.
“Mereka dipukuli secara brutal. Mereka selalu dilecehkan secara fisik maupun verbal,” kata salah seorang narapidana yang ditahan karena alasan politik, dalam rekaman pesan suara yang didapat Myanmar Now.
Dia menjelaskan bahwa tahanan Insein diminta untuk membayar pihak berwenang 45.000 kyat (US$21) per bulan agar dibebaskan dari “pekerjaan kotor”. Tahanan Rohingya yang hampir semua tidak bisa membayar, dipaksa untuk membersihkan kotoran manusia karenanya.
“Mereka dipaksa untuk mengambil limbah dari septic tank dengan ember dan menuangkannya ke tanaman. Beberapa dari mereka juga dipaksa mengaduk septic tank menggunakan batang bambu sepanjang hari,” jelas napi tersebut.
Dia mengklaim bahwa lebih dari 20 pemuda Rohingya yang ditahan di sana menderita kekurangan gizi yang parah hingga mereka tidak lagi dapat berjalan. Satu di antaranya telah meninggal pada awal Desember ini.
“Ini sudah berlangsung terlalu lama sekarang. Mereka hanya memberikan beberapa suntik obat kepada mereka yang dalam kondisi sangat buruk. Mereka biasanya hanya memberikan parasetamol dan garam rehidrasi kepada kebanyakan orang,” jelasnya dalam rekaman itu.
Seorang mantan anggota Federasi Serikat Pelajar Seluruh Burma yang baru-baru ini dibebaskan dari Penjara Insein menegaskan bahwa narapidana yang tidak mampu membayar suap dipaksa melakukan pekerjaan yang tak pantas.
“Mereka membuat orang-orang yang tidak punya uang atau hak istimewa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kotor itu. Mungkin keadaannya lebih buruk bagi orang-orang Rohingya, karena lebih mudah bagi pihak berwenang untuk menghilangkan bukti jika akhirnya mereka sampai kehilangan nyawa,” ujar aktivis mahasiswa tersebut.
Di sisi lain, sekira 150 pria dan wanita Rohingya yang ditahan di Penjara Taung Kalay di ibu kota Negara Bagian Karen, Hpa-an, mengalami masalah kesehatan yang parah karena kekurangan makanan dan kebutuhan dasar lainnya, menurut dua mantan tahanan yang menyaksikan pengabaian mereka oleh pihak berwajib.
Selama puluhan tahun, etnis Muslim minoritas Rohingya telah menjadi korban kekejaman genosida di tanah airnya di Arakan (Rakhine), oleh pemerintah dan militer Myanmar.
Banyak yang berusaha keluar dari Myanmar, baik menggunakan jalur laut–seperti yang baru saja tiba di Aceh–maupun darat.
Bagi mereka yang menempuh jalur laut, ancaman datang akibat kondisi laut yang keras, perahu yang sering kali tak layak dan dipaksakan untuk mengangkut banyak Muhajirin, terbatasnya perbekalan yang bisa mereka bawa, serta penolakan negara-negara sekitar untuk mau menerima mereka.
Sedangkan bagi yang menempuh jalur darat, mereka terancam oleh hukuman penjara jika tertangkap oleh aparat Myanmar. (Myanmar Now)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
