UNHCR Desak Dunia Internasional Ikuti Langkah Indonesia Bantu Penyelamatan Muhajirin Rohingya
31 December 2022, 07:18.

Foto: AFP/Chaideer Mahyudin
(Asia News Network) – Badan kepengungsian PBB, UNHCR, memuji Indonesia karena telah menyelamatkan ratusan Muhajirin Rohingya yang terdampar di laut selama berminggu-minggu dan meminta negara-negara lain di kawasan itu ikut menangani krisis Muhajirin Rohingya.
“Indonesia telah membantu menyelamatkan [lebih dari 400] orang [Rohingya] dari empat perahu dalam enam pekan terakhir, menunjukkan komitmennya dalam menjunjung prinsip dasar kemanusiaan bagi orang-orang yang menghadapi persekusi dan konflik. UNHCR mendesak negara-negara lain untuk mengikuti contoh ini,” kata UNHCR dalam pernyataan tertulis pada hari Selasa (27/12/2022).
Indonesia sudah menampung 229 Muhajirin Rohingya yang terdampar di Pantai Aceh Utara pada bulan November. Saat ini mereka tinggal di gedung kantor imigrasi yang tidak terpakai di Lhokseumawe.
Gelombang Muhajirin terakhir tiba dengan dua perahu berbeda, masing-masing membawa 58 dan 174 orang, membuat total Muhajirin Rohingya di Aceh menjadi 461 orang.
“Kami menyambut baik tindakan kemanusiaan ini oleh masyarakat setempat dan pihak berwenang di Indonesia. Tindakan ini membantu menyelamatkan nyawa-nyawa manusia dari kematian,” ucap Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia.
Respons ASEAN Diperlukan
ASEAN, yang telah didesak untuk mengatasi permasalahan di Myanmar, terutama sejak kudeta militer tahun lalu, belum memberikan tanggapan yang jelas dan nyata terhadap krisis Muhajirin Rohingya.
Terkait hal ini, anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, menyatakan bahwa posisi strategis Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 harus dioptimalkan untuk mewujudkan solusi terkait tragedi Muhajirin Rohingya ini, termasuk permasalahan yang terjadi di tanah air mereka, Myanmar.
“Indonesia saat ini ‘memikul’ tanggung jawab untuk menyelesaikan ‘pekerjaan rumah’ ASEAN, yaitu masalah Myanmar dan Rohingya,” jelas Sukamta pada hari Kamis (29/12/2022).
Meski Indonesia lebih terbuka untuk menerima para Muhajirin, Malaysia dan negara lain di ASEAN telah memilih untuk mengambil sikap yang lebih keras dalam mencegah kedatangan mereka ke wilayahnya.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan pada tahun 2020 bahwa negaranya tidak mampu lagi menerima Muhajirin Rohingya.
Menurut UNHCR, hingga Oktober 2022, terdapat 182.780 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar di negara tersebut. Hingga saat ini, Kuala Lumpur belum mengubah kebijakan kerasnya terhadap Rohingya.
Sementara pihak berwenang Thailand, seperti dikutip oleh Reuters, telah berulang kali menolak memberikan akses masuk dan justru mendorong para Muhajirin Rohingya kembali ke lautan maupun ke Myanmar.
Di sisi lain, junta militer semakin menguatkan cengkramannya di Myanmar setelah kudeta bulan Februari 2021.
Berkuasanya para petinggi militer yang menjadi dalang atas genosida Rohingya selama ini, tentu menjadi halangan besar bagi harapan para Muhajirin Rohingya untuk bisa kembali ke tanah airnya secara terhormat dan dipenuhi hak-hak asasinya. (Asia News Network)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
