Kamp Pengungsi dan Kampung Halaman Muhajirin Rohingya Dihantam Topan Mocha

15 May 2023, 21:08.

(Aljazeera | AFP) – Topan Mocha menghantam pantai barat Rakhine (Myanmar) hingga perbatasan Bangladesh, Ahad (14/05/2023) sekitar pukul 13:30 waktu setempat. Badai dahsyat itu menumbangkan pepohonan, merobohkan tiang dan kabel sarana komunikasi, dan menyebabkan gelombang pasang yang menggenangi jalan-jalan di wilayah dataran rendah.

Angin berkecepatan hingga 250 kilometer per jam juga melanda kawasan antara Sittwe (Myanmar) dan Cox’s Bazar (Bangladesh). Kawasan ini merupakan rumah bagi hampir satu juta Muhajirin Rohingya yang diusir dari Myanmar sejak tahun 2017.

“Diperlukan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk memastikan kerusakan akibat topan, karena ada beberapa pulau pesisir kecil yang tersebar di mana para nelayan tidak memiliki sarana untuk berkomunikasi,” kata wartawan Aljazeera, Tanvir Chowdhury, dari Cox’s Bazar.

Di Bangladesh, pihak berwenang melarang Muhajirin Rohingya membangun rumah beton. Khawatir hal itu dapat mendorong mereka untuk menetap secara permanen daripada kembali ke negara asalnya. Padahal Myanmar tidak mengakui mereka sebagai warga negara.

Muhajirin Rohingya tetap tinggal di kamp-kamp pengungsi yang umumnya terletak di pedalaman. Sebagian besar dibangun di lereng bukit atau pegunungan, membuat mereka berisiko mengalami tanah longsor jika terjadi hujan lebat.

Makin Menderita

Di kawasan Myanmar, ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe, dilaporkan rusak parah. Media lokal menunjukkan jalanan yang tertimbun reruntuhan dan pohon tumbang. Gelombang badai setinggi 3,5 meter juga menyebabkan banjir besar di daerah dataran rendah.

Kantor informasi militer Myanmar mengatakan, topan itu telah menyebabkan kerusakan parah di Sittwe, Kyaukpyu, dan Gwa. Gedung olahraga di Kepulauan Coco runtuh. Menara komunikasi juga rusak sehingga layanan internet dan telepon terputus.

Menurut Ramanathan Balakrishnan, Koordinator Residen PBB di Myanmar, pantai Rakhine mengalami kerusakan parah. Kamp pengungsi Rohingya dan rumah-rumah darurat yang menjadi tempat tinggal sementara warga setempat, mengalami kerusakan berat. Terlebih lagi bangunan itu memang tidak kokoh dan ala kadarnya.

Warga Rakhine telah menderita sekian lama akibat konflik dan pengungsian selama bertahun-tahun. Ada ratusan ribu warga Rohingya yang dikurung di kamp-kamp sementara, di mana pergerakan mereka dibatasi. Hantaman topan Mocha pun menambah panjang penderitaan itu.

“Seluruh Rakhine utara mengalami kerusakan parah. Orang-orang dalam masalah,” kata juru bicara Angkatan Darat Arakan, Khine Thu Kha.

Sebuah tim penyelamat mengumumkan di halaman Facebook bahwa mereka telah menemukan mayat-mayat yang terkubur akibat tanah longsor setelah hujan lebat. Lokasinya di Tachileik.

Angin kencang Mocha juga memorak-porandakan rumah-rumah yang terbuat dari terpal dan bambu di kamp pengungsi Rohingya di Kyaukpyu. Air laut pasang sehingga terjadi banjir.

“Rumah-rumah kamp yang dibangun UNHCR runtuh, atapnya beterbangan,” kata seorang pemimpin komunitas Rohingya kepada kantor berita AFP, yang meminta namanya tidak disebutkan.

Sejauh ini belum ada konfirmasi mengenai kerusakan yang terjadi di kota-kota utara Maungdaw dan Buthidaung, tempat pengungsian sementara atau semi permanen orang Rohingya. Menilik topan yang begitu dahsyat, amat dimungkinkan warga yang berada di kawasan itu mengalami “risiko sangat tinggi”. (Aljazeera | AFP)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Prancis Bisa Adili WNA di Bawah Prinsip Yurisdiksi Universal, Pintu Masuk Menyeret Penjahat Perang 
Topan Mocha Melanda: Ribuan Gubuk Hancur di Cox’s Bazar, Puluhan Warga Rohingya Tewas di Arakan  »