Arungi Lautan 20 Hari, 36 Muhajirin Rohingya Terdampar di Pesisir Bireuen Aceh 

19 October 2023, 20:39.

Warga Aceh memerhatikan para muhajirin Rohingya yang tiba di wilayah mereka di Desa Matang Pasi, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh pada Senin 16 Oktober 2023 usai sebelumnya ditemukan di pinggir pantai di wilayah tersebut. Foto: Dokumentasi Kepala Desa Matang Pasi, Aceh.

ACEH (Benar News) – Puluhan muhajirin Rohingya kembali terdampar di pesisir Aceh, kali ini di pantai Desa Matang Pasi, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen pada Senin (16/10/2023). 

Sebanyak 36 muhajirin itu tiba menjelang subuh usai mengarungi lautan. Mereka terdiri dari 14 orang laki-laki dewasa, 12 perempuan, dan 10 anak-anak. 

Kepala Desa Matang Pasi, Jamaluddin, mengatakan masyarakat terkejut atas kehadiran mereka; karena warga tidak sempat melihat kapal mereka berlabuh. 

“Kapalnya tidak ada, mereka semua terdampar di pinggir pantai. Lalu mereka mengetuk pintu rumah warga saat subuh,” jelas Jamaluddin. 

Ia mengatakan bahwa warga kemudian memberikan bantuan minuman dan makanan kepada para muhajirin. 

Dalam dialog dengan seorang muhajirin yang mampu berbahasa Inggris, para etnis Rohingya tersebut telah mengarungi lautan selama 20 hari sebelum tiba di bibir pantai Desa Matang Pasi. 

“Anak-anak kecilnya rata-rata berumur 1,5 tahun,” jelas Jamaluddin. 

Ia menambahkan, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari para muhajirin, mereka berasal dari kamp pengungsian di Bangladesh. 

Wakil Sekretaris Jenderal Panglima Laot, Miftachuddin Cut Adek, mengatakan masyarakat nelayan menyiapkan makanan dan minuman, juga melaporkan kepada pihak keamanan tentang keberadaan pengungsi. 

Menurut Miftach, banyak warga Rohingya berdatangan ke Aceh karena masyarakat Aceh mau menerima mereka di tengah banyak negara menolak kehadiran warga Muslim minoritas di Myanmar yang penduduknya mayoritas beragama Buddha itu. 

“Walaupun ada pihak tertentu yang diduga terlibat memfasilitasi pengungsi, tetapi Panglima Laot tetap membantu pihak yang membutuhkan baik di laut maupun setelah di darat,” jelasnya. 

Juru bicara perwakilan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Indonesia, Mitra Salima Suryono, menyampaikan saat ini tim di lapangan sedang berkoordinasi dengan pihak otoritas untuk menindaklanjuti kedatangan para muhajirin. 

Mitra juga sangat menghargai bantuan dan dukungan, serta penerimaan yang baik dari pihak otoritas dan masyarakat setempat kepada para muhajirin yang membutuhkan pertolongan. 

“Kami belum melakukan registrasi yang lengkap, namun banyak di antara para pengungsi tersebut telah memiliki kartu registrasi UNHCR dari negara yang sebelumnya,” jelas Mitra. 

Sementara itu, pemerintah Kabupaten Bireuen menyampaikan telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sigli dan Langsa yang sudah memiliki tempat penampungan pengungsi yang difasilitasi UNHCR, tetapi kedua kabupaten tersebut belum siap menampung. 

“Sudah kita tampung sementara di gedung Sanggar Kegiatan Belajar Bireuen. Pihak UNHCR, Imigrasi, dan IOM sudah hadir untuk pengurusan selanjutnya,” jelas Penjabat Bupati Bireuen, Aulia Sofyan. 

Pada Maret lalu, sebanyak 21 muhajirin Rohingya terdampar di pesisir pantai wilayah Desa Padang Kawa, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya pada Senin (13/3/2023), yang menurut polisi kemungkinan mereka diturunkan dari sebuah kapal. 

Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Maymann, mengatakan 664 muhajirin Rohingya mendarat di Aceh tahun lalu, melalui tiga lokasi: Lhokseumawe, Pidie dan Aceh Besar. 

Selama bertahun-tahun banyak warga Rohingya berusaha melarikan diri dari persekusi yang dilakukan oleh junta Myanmar dan kehidupan yang buruk di kamp-kamp pengungsian di Cox’s Bazar, Bangladesh, dengan menggunakan perahu kayu seadanya untuk pergi ke negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia. (Benar News)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Inilah 22 Rumah Sakit di Gaza yang Diancam ‘Israel’ Akan Dibom!
Syaikhah Jamilah Shanti, Wanita Pertama dalam Biro Politik Hamas Itu Syahid »