Dua Bayi Prematur Meninggal, 37 Lainnya Terancam Kehilangan Nyawa di RS Al-Syifa Gaza
12 November 2023, 09:46.

Dokter Palestina merawat bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir el-Balah, Jalur Gaza, pada 22 Oktober 2023. Foto: Adel Hana/Arsip AP]
(Al Jazeera) – Dua bayi prematur meninggal di Rumah Sakit al-Syifa di Gaza setelah unit perawatan intensif neonatal berhenti berfungsi karena kekurangan listrik, kata direktur fasilitas tersebut.
Tiga puluh tujuh bayi lainnya, juga di unit perawatan intensif neonatal, berisiko kehilangan nyawa karena rumah sakit kehabisan bahan bakar untuk menyalakan inkubator mereka, Direktur Mohammed Abu Salmiya mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Sabtu (11/11/2023).
“Sayangnya, kami kehilangan dua dari 39 bayi karena pemadaman listrik,” kata Abu Salmiya, kepala kompleks medis terbesar di Gaza. “Kita berbicara tentang bayi-bayi prematur yang memerlukan perawatan sangat intensif.”
Ia menjelaskan, kedua bayi tersebut meninggal karena rumah sakit kekurangan bahan bakar yang menyediakan listrik ke inkubator sehingga memungkinkan suhu hangat dan aliran oksigen konstan. Rumah sakit tersebut telah dikepung dan menjadi sasaran serangan brutal penjajah ‘Israel’.
“Mereka mati karena suhu rendah dan kekurangan oksigen. Kami sekarang menggunakan metode primitif untuk menjaga mereka tetap hidup,” kata direktur tersebut.
“Kami punya listrik sampai pagi. Begitu listrik padam, bayi-bayi yang baru lahir ini akan meninggal sama seperti anak-anak lainnya,” Abu Salmiya memperingatkan.
Mohammed Obeid, seorang ahli bedah di Rumah Sakit al-Syifa, membenarkan kematian bayi baru lahir tersebut dan mengatakan seorang pasien dewasa juga meninggal karena tidak ada listrik untuk ventilatornya.
“Kami ingin seseorang memberi kami jaminan bahwa mereka dapat mengevakuasi pasien, karena kami memiliki sekitar 600 pasien rawat inap,” katanya, dalam rekaman audio yang diposting oleh badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF).
‘Tidak bisa memberikan keamanan kepada bayi saya yang baru lahir’
Ismail Yassin, ayah dari dua bayi perempuan prematur–Mira dan Dahab–di Rumah Sakit al-Syifa, mengatakan dia dipisahkan dari bayi kembar berusia 33 hari ketika dia harus mengungsi ke Gaza selatan bersama istrinya.
“Mereka harus tetap tinggal di inkubator di al-Syifa. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya. Saya tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak-anak saya yang baru lahir,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia telah meminta Palang Merah dan organisasi internasional untuk membantu memindahkan anak-anaknya.
“Saya ingin informasi tentang putri saya. Saya harap mereka baik-baik saja. Saya ingin seseorang memindahkan putri-putri saya dari al-Syifa kepada saya dan ibu mereka di selatan,” pintanya melalui telepon kepada Al Jazeera.
Para saksi di rumah sakit mengatakan kepada kantor berita AFP melalui telepon bahwa terjadi tembakan tanpa henti, serangan udara, dan tembakan artileri yang menghalangi orang untuk bergerak, bahkan di dalam kompleks medis itu.
Menurut Abu Salmiya, rumah sakit telah mencoba mengatur evakuasi dengan Palang Merah, namun masih belum jelas apakah mereka dapat membantu.
“Saat kami berkomunikasi dengan Palang Merah, meminta perlindungan dari mereka, mereka memberi kami izin untuk memindahkan bayi-bayi tersebut ke tempat lain dalam waktu satu jam,” katanya.
“Kami membutuhkan jalan keluar yang aman dan transportasi yang aman dengan ambulans dan inkubator untuk menjaga mereka [bayi-bayi tersebut] tetap hidup. Jika jaminan ini diberikan oleh Palang Merah, kami akan melakukan hal ini.”
‘Tidak ada bantuan dari serdadu Israel’
Abu Salmiya membantah serdadu ‘Israel’ menawarkan bantuan untuk mengangkut bayi-bayi tersebut, meskipun ia berupaya untuk mengatur evakuasi.
“Saya menawarkan ini kepada mereka [serdadu ‘Israel’]. Saya menawarkan untuk mengevakuasi bayi-bayi tersebut ke tempat yang aman menggunakan ambulans, namun mereka tidak menjawab,” jelasnya.
Militer ‘Israel’ mengatakan pada hari Sabtu (11/11/2023) bahwa mereka akan membantu evakuasi bayi-bayi tersebut.
“Staf rumah sakit al-Syifa telah meminta agar besok [Minggu], kami akan membantu bayi-bayi di bagian anak agar bisa sampai ke rumah sakit yang lebih aman. Kami akan memberikan bantuan yang diperlukan,” kata juru bicara Zionis Daniel Hagari dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.
Melaporkan dari Baitul Maqdis Timur yang terjajah, Alan Fisher dari Al Jazeera mengatakan bahwa rencana Hagari untuk memindahkan bayi-bayi tersebut ke rumah sakit lain tampaknya tidak realistis.
“Itu menimbulkan sejumlah pertanyaan. Pertama, ‘Bagaimana cara kerjanya? Bagaimana mereka bisa dengan aman memindahkan bayi-bayi tersebut ketika pertempuran sedang berlangsung di daerah tersebut?’” kata Fisher.
“Kedua, ke rumah sakit mana mereka akan pergi? Kami mendengar dari seluruh Jalur Gaza bahwa mereka kehabisan kebutuhan pokok untuk merawat bayi-bayi tersebut, termasuk bayi prematur.”
Dia menambahkan bahwa ‘Israel’ mungkin bertindak karena kekhawatiran atas kritik yang diterimanya mengenai situasi di Rumah Sakit al-Syifa dan kematian dua bayi. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
