“Kami Hanya Menunggu Datangnya Kematian”: Rumah Sakit al-Syifa Gaza Dikepung, Ditembaki Sniper Penjajah
12 November 2023, 10:45.

Asap mengepul saat para pengungsi Palestina berlindung di Rumah Sakit al-Syifa. Foto: Doaa Rouqa/Arsip Reuters
(Al Jazeera) – Militer ‘Israel’ telah membawa perang ke gerbang depan Rumah Sakit al-Syifa, kompleks rumah sakit terbesar di Gaza, tempat ribuan orang yang terluka dan telantar terjebak di tengah pengeboman yang brutal.
“Kami hanya menunggu datangnya kematian,” Muhammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit al-Syifa, mengatakan kepada Al Jazeera dari dalam fasilitas yang terkepung itu pada hari Sabtu (11/11/2023), di mana operasi harus dihentikan setelah kehabisan listrik dan bahan bakar.
Abu Salmiya mengatakan gedung al-Syifa menjadi sasaran dan siapa pun yang bergerak di dalam kompleks rumah sakit akan diserang oleh para penembak jitu ‘Israel’.
“Salah satu anggota kru medis yang mencoba mencapai inkubator untuk memberikan bantuan kepada bayi yang berada di dalamnya ditembak dan dibunuh,” katanya. “Kami kehilangan seorang bayi di inkubator, kami juga kehilangan seorang pemuda di unit perawatan intensif.”
Wakil Menteri Kesehatan Gaza Youssef Abu al-Reesh, yang saat ini berada di dalam Rumah Sakit al-Syifa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa semua generator dan sumber listrik mati.
“Kami memiliki 39 bayi baru lahir di inkubator, bayi-bayi itu berjuang melawan kematian.” Setelah dua bayi yang baru lahir itu meninggal karena terputusnya aliran listrik yang berfungsi mengoperasikan inkubator, kini tinggal 37 bayi.
“Tembakan dahsyat terdengar di sekitar rumah sakit, unit perawatan intensif menerima mortir beberapa menit yang lalu … Darah berceceran di mana-mana; kami bahkan tidak bisa membersihkannya,” tambahnya.
Doctors Without Borders, yang juga dikenal dengan nama Prancis Medecins Sans Frontieres atau MSF, membenarkan situasi tersebut, dan mengatakan bahwa orang-orang ditembak ketika mereka mencoba keluar dari Rumah Sakit al-Syifa.
“Pada saat artikel ini ditulis, staf kami menyaksikan orang-orang ditembak ketika mereka berusaha melarikan diri dari rumah sakit,” kata MSF di X (sebelumnya Twitter).
Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan tank ‘Israel’ hanya berjarak 20 meter (65 kaki) dari Rumah Sakit al-Quds.
“Terjadi penembakan langsung ke rumah sakit, muncul kepanikan dan ketakutan ekstrem di antara para pengungsi,” tulisnya di X.
Menggambarkan situasi di sekitar Rumah Sakit al-Quds sebagai “sangat berbahaya”, PRCS mengatakan ada juga “penembakan artileri dan penembakan intens di rumah sakit”.
Dilaporkan ada korban luka di antara para pengungsi, namun jumlah pastinya masih belum diketahui. Lebih dari 14.000 warga Palestina berlindung di dalam rumah sakit tersebut, kata PRCS.
‘Kejahatan perang’
Terletak di lingkungan Rimal utara, dekat pelabuhan, al-Syifa menjadi rumah sakit pada tahun 1946 dan mengalami perluasan secara bertahap. Fasilitas ini telah menjadi penyelamat bagi orang-orang yang mencari intervensi medis mendesak.
Ribuan orang yang kehilangan rumah mereka akibat pengeboman yang terus-menerus dilakukan ‘Israel’ juga tinggal di koridor dan halaman rumah sakit.
Penjajah ‘Israel’ mengklaim al-Syifa memberikan perlindungan bagi pusat komando Hamas, sebuah tuduhan yang dibantah oleh direktur rumah sakit tersebut dan menyebutnya sebagai “kebohongan total”. Hamas juga menolak klaim tersebut, bahkan mempersilakan lembaga internasional untuk menyelidiki tuduhan tak berdasar penjajah ‘Israel’ itu.
Koresponden diplomatik Al Jazeera James Bays mencatat bahwa tidak ada dokter atau staf di al-Syifa yang melaporkan melihat anggota Hamas di rumah sakit selama bertahun-tahun.
‘Kami tidak bisa menguburkan orang mati’
MSF memasok obat-obatan dan peralatan yang masih ada dalam stoknya kepada al-Syifa. Pada Sabtu (11/11/2023) pagi, LSM tersebut memposting di X bahwa mereka tidak dapat menghubungi stafnya di dalam rumah sakit dan “sangat prihatin” terhadap para pasien dan petugas medis.
Fabrizio Carboni, direktur regional Palang Merah untuk Timur Dekat dan Timur Tengah, mengatakan informasi yang keluar dari al-Syifa “menyedihkan”, dan menambahkan bahwa ribuan orang di kompleks tersebut “perlu dilindungi sesuai dengan hukum perang”.
Berbicara dari dalam rumah sakit pada hari Sabtu, Monir al-Bashr, yang juga merupakan Wakil Menteri Kesehatan di Gaza, mengatakan bahwa orang-orang terpaksa menggali dengan tangan mereka untuk menguburkan jenazah di dalam kompleks rumah sakit.
“Kami dikepung, kami tidak bisa menguburkan jenazah. Kami akan membuat kuburan massal di dalam kompleks rumah sakit,” katanya kepada Al Jazeera.
“Kami tidak memiliki peralatan atau mesin untuk menggali kuburan. Kami harus menguburkan jenazah-jenazah ini, jika tidak, epidemi akan merebak. Mayat-mayat ini telah tergeletak di jalan selama berhari-hari.”
Pertempuran semakin intensif di gerbang depan rumah sakit. “Kami benar-benar terputus dari seluruh dunia … Kami terdampar, kami mengirimkan banyak SOS ke seluruh dunia–tidak ada tanggapan,” kata Abu Salmiya. (Al Jazeera)

Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
