Ketika Barat Bermuka Dua soal Genosida: Mengecam Cina, Mendukung Penuh Zionis Bombardir Gaza
14 November 2023, 18:25.

Warga Palestina melihat bangunan yang hancur akibat pengeboman ‘Israel’ di Deir Balah, Jalur Gaza, 7 November 2023. Foto: AP/Hatem Moussa
The Diplomat – Pada bulan Oktober, dalam Majelis Umum PBB, James Kariuki, perwakilan Inggris untuk PBB sekaligus juru bicara gabungan 51 negara, menyatakan; “Warga Uyghur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang terus menderita berbagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia oleh pihak berwenang Republik Rakyat Cina.”
Hal ini diikuti setelahnya dengan kunjungan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak ke wilayah Palestina yang dijajah ‘Israel’, yang mengatakan kepada Benjamin Netanyahu, “Kami ingin Anda menang,” dalam upayanya menguasai seluruh Palestina.
Sejak saat itu, agresi penjajah ‘Israel’ membombardir tiada henti Gaza, dengan jumlah korban sipil mencapai lebih dari 11.000 orang–sebagian besar anak-anak dan perempuan. Tak hanya rumah, infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, pasar, dan masjid ikut dihancurkan.
Pada saat yang sama, serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat juga meningkat. Zionis ‘Israel’ telah melanggar hukum internasional selama beberapa dekade, menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan terus berlanjutnya pelanggaran hak asasi manusia.
Memang benar, terjadinya dua peristiwa ini–pernyataan di Majelis Umum PBB yang menentang genosida Cina terhadap Muslim Uyghur dan dukungan Sunak ke ‘Israel’–sangat ganjil.
Di satu sisi, Inggris dan, khususnya Amerika Serikat, bersama Ursula von der Leyen dan para pemimpin Eropa lainnya, tidak hanya memberikan dukungan verbal, namun juga dukungan material kepada ‘Israel’.
Sementara itu, kehancuran Gaza, hilangnya ribuan nyawa warga yang tak bersalah, dan pengusiran paksa penduduknya sering disebut sebagai pembersihan etnis, bahkan dinilai berpotensi menjadi kasus genosida oleh berbagai ahli dan anggota organisasi internasional.
Namun, para pejabat di Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa bahkan menolak untuk mengonfirmasikan bahwa ‘Israel’ melanggar hukum internasional dalam serangan tanpa pandang bulu terhadap penduduk sipil di Gaza.
Di sisi lain, narasi bahwa Cina telah melakukan genosida di Xinjiang–meski sama-sama buruk, tidak ada kejadian yang sebanding dengan tingkat keparahan serangan ‘Israel’ di Gaza–masih tertera jelas dalam pernyataan resmi pemerintahan Barat.
Orang-orang yang sama; yang meminta pertanggungjawaban Cina atas pelanggaran HAM di Turkistan Timur tersebut; terang-terangan dalam memberikan dukungan penuh kepada negara palsu ‘Israel’.
Amerika Serikat yang memberikan sanksi kepada Cina dan menyebut tindakannya di Xinjiang sebagai genosida, malah mendukung dan membenarkan tindakan penjajah ‘Israel’ di Gaza, dengan dalih untuk memerangi terorisme–argumen yang sama yang dibuat oleh Partai Komunis Cina dalam membela kejahatannya di Xinjiang.
Hal yang sama berlaku untuk tuduhan kejahatan perang terhadap Vladimir Putin dan Rusia dalam serangannya ke Ukraina, namun tidak ada suara yang sama terhadap Netanyahu dan ‘Israel’ atas tindakan serupa di Gaza.
Jika negara-negara yang berada dalam posisi dominan dalam hierarki global gagal memberikan contoh dan integritasnya dalam menghormati kesetaraan semua orang, mengapa mereka mengharapkan negara lain tidak melakukan hal yang sama? (The Diplomat)
*Disadur dari tulisan Juan Alberto Ruiz Casado, peraih gelar PhD di Studi Ilmu Sosial dan Budaya, Universitas Nasional Yang Ming Chiao Tung, Taiwan
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.