219 Muhajirin Rohingya Mendarat di Sabang, Amnesty Desak Pemerintah Pusat dan Daerah Bantu Penyelamatan
23 November 2023, 08:26.
ACEH (Sahabat Al-Aqsha) – Sebanyak 219 muhajirin Rohingya, Selasa (21/11/2023) malam kembali mendarat di perairan Sabang, Provinsi Aceh setelah terkatung-katung di lautan.
Kedatangan ini membawa total jumlah muhajirin Rohingya yang tiba dalam sepekan terakhir mencapai 1.000 orang lebih.
Informasi ini disampaikan oleh komunitas nelayan Aceh dan Badan Pengungsi PBB atau UNHCR, Rabu (22/11/2023).
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh, Miftachuddin Cut Adek, mengatakan para muhajirin tiba di Pantai Ujong Kareng, Sabang, sekira pukul 23.00 waktu setempat.
“Kondisi mereka ada yang sakit, ada yang kurang energi,” ucap Miftachuddin.
Miftachuddin mengatakan berbeda dengan gelombang pengungsi Rohingya sebelumnya yang sempat dipaksa kembali ke laut, kini mereka dapat berlabuh dengan selamat.
“Ada yang menerima, ada yang menolak. Juga ada yang tengah-tengah, lumrah,” ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 249 Rohingya sempat ditolak oleh kalangan tertentu di Bireuen dan Lhokseumawe untuk mendarat pada Kamis (16/11/2023), sebelum akhirnya berhasil mendarat pada Ahad (19/11) di Bireuen.
Sementara itu, juru bicara UNHCR Indonesia, Mitra Salima Suryono, mengatakan dari jumlah tersebut, mayoritas pengungsi adalah anak-anak.
“Sebagian besar perempuan dan anak-anak, sekira 2/3. Ini karena masih baru sekali mendarat, kami belum bisa mengonfirmasikan,” ujarnya.
Menurut Mitra, para pengungsi saat tiba masih menunggu di pantai–dekat tempat mereka mendarat–dengan kondisi seadanya, tanpa menempati shelter.
Namun, berdasarkan informasi terakhir, para pengungsi Rohingya yang mendarat di Sabang tersebut kini telah dibawa ke Banda Aceh dengan kapal penumpang. Dua di antara muhajirin dalam kondisi sakit sehingga butuh penanganan medis.
“Ada dua orang tadi termasuk perempuan yang sakit. Ada yang perlu oksigen segera,” kata Pejabat UNHCR Indonesia, Munawaratul Makhya, kepada wartawan, Rabu (22/11).
Sebelumnya, tiga perahu membawa total lebih dari 500 pengungsi Rohingya, pada Ahad (19/11/2023), mendarat di berbagai perairan Aceh setelah terkatung berminggu-minggu di lautan.
UNHCR mengatakan dari jumlah itu, sebanyak 249 Rohingya mendarat di Kabupaten Bireuen, 241 di Kabupaten Pidie, dan 35 di Kabupaten Aceh Timur.
Sementara itu, Amnesty International Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia bisa menerima dan memberikan pertolongan kepada para pengungsi Rohingya, yang sampai saat ini belum ada kejelasan pasti untuk ditampung di tiga daerah di Aceh.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri mengatakan Indonesia bukan pihak yang meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951. Oleh karena itu, Indonesia tidak memiliki kewajiban dan kapasitas untuk menampung pengungsi.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan reaksi kalangan tertentu di Aceh yang menolak ratusan pengungsi Rohingya dan meminta pengembalian mereka ke negara asal, adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan mencerminkan kemunduran besar keadaban Indonesia.
“Indonesia wajib untuk menolong mereka (pengungsi Rohingya). Kebijakan pengembalian mereka ke negara asal jelas melanggar non-refoulement principle, sendi dasar kehidupan bangsa-bangsa beradab,” katanya dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023).
Menurut Usman Hamid, ratusan pengungsi Rohingya–termasuk anak-anak–berusaha mencari keselamatan dan perlindungan. Pihaknya mendesak pemerintah pusat dan pemerintah Aceh untuk segera menyelamatkan pengungsi Rohingya ini.
“Sediakan bantuan kemanusiaan, penyelamatan, dan tempat berlindung. Mereka saudara kita sesama manusia,” ujar Usman Hamid.
Seperti diketahui, berdasarkan Perpres Nomor 125 tahun 2016, pengungsi yang ditemukan di daratan harus diamankan oleh kepolisian. Sementara itu, jika mereka ditemukan di perairan, terutama dalam kondisi kedaruratan, maka tanggung jawab koordinasi ada pada Basarnas. (Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
