“Pertahanan Sipil Ada di Sini, Apakah Ada Orang di Bawah Reruntuhan?”

27 July 2024, 16:00.

Foto: PIC

GAZA (PIC) – “Di lantai pertama ada seorang ibu dan putrinya, dan di bawah reruntuhan kami mendengar suara anak-anak.”

Ini adalah ungkapan yang telah terpatri dalam benak masyarakat Jalur Gaza selama lebih dari 290 hari agresi ‘Israel’ yang sedang berlangsung, di mana tim Pertahanan Sipil menjalankan peran heroik dalam menyelamatkan korban luka dan mengambil jenazah para syuhada, dengan peralatan primitif dan pengeboman hebat di atas kepala mereka.

Sebanyak 2.300 personel Pertahanan Sipil cukup untuk menangani keadaan darurat sebelum genosida. Namun, pada saat jumlah ini diperkirakan akan meningkat secara eksponensial karena dampak kehancuran yang disebabkan oleh agresi ‘Israel’ yang sedang berlangsung, kami menemukan bahwa jumlah tersebut telah menyusut menjadi hanya beberapa ratus saja.  Penyebabnya, penjajah Zionis menargetkan mereka saat mereka sedang menjalankan tugas, mengakibatkan 79 orang syahid dan ratusan lainnya luka-luka.

Juru bicara Pertahanan Sipil di Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa Pertahanan Sipil di Gaza telah kehilangan 80% kemampuan dan kapasitasnya sehingga berdampak negatif terhadap pekerjaan para kru. Ia menambahkan, “Kami membutuhkan kendaraan pertahanan sipil, truk pemadam kebakaran dan sejumlah besar peralatan.”

Dia juga menunjukkan bahwa Pertahanan Sipil tidak mampu menyingkirkan tumpukan besar puing-puing akibat gempuran ‘Israel’. Serdadu penjajah ‘Israel’ juga mencegah kru mencapai daerah-daerah di mana para syuhada dan korban luka berada, yang sering kali menyebabkan peningkatan jumlah korban.

Serdadu penjajah Zionis menolak koordinasi apa pun antara Pertahanan Sipil dan Palang Merah untuk melaksanakan tugas kemanusiaan di Jalur Gaza, tegas Basal.

Tangisan orang yang menderita

Menjadi bagian dari tim Pertahanan Sipil mengharuskan Anda memiliki kemauan yang kuat dan stabilitas emosi dalam menghadapi pemandangan mengerikan dan pembantaian brutal yang dialami penduduk Jalur Gaza sepanjang waktu.

Persoalannya tidak berhenti pada pencarian jenazah atau pemindahan puing-puing karena ada aspek lain dari tragedi yang terus-menerus dialami oleh petugas Pertahanan Sipil. Mereka sering mendengar tangisan orang yang menderita (mungkin pria, wanita atau anak-anak), dan mereka hanya dapat menjangkau mereka dengan susah payah, lalu suara tersebut mungkin terputus sebelum mencapai korban, yang mungkin sudah meninggal pada saat mereka bisa mencapainya.

Gambaran lain yang tidak dapat ditanggung oleh banyak orang, yang terus-menerus dialami oleh tim Pertahanan Sipil adalah menemukan seorang bayi atau anak kecil sendirian di antara anggota keluarganya yang mati syahid, dan dia mungkin kehilangan salah satu anggota tubuhnya atau terluka tanpa didampingi oleh salah satu anggota keluarganya.

Tak tergiur harta benda

Para anggota Pertahanan Sipil tidak hanya berhasil menjalankan tugas pekerjaannya, tetapi mereka juga terus memukau semua orang yang mengikuti pekerjaan mereka dengan integritas dan dedikasi yang mereka tunjukkan dalam pekerjaan mereka.

Mereka sering menemukan uang, perhiasan emas, dan harta benda berharga, yang mungkin bukan lagi milik pemiliknya setelah seluruh keluarga syahid. Namun, para penyelamat yang heroik ini tidak mengulurkan tangan mereka untuk mendapatkan apa pun, melainkan mengumpulkannya untuk diserahkan kepada anggota keluarga yang tersisa atau tokoh-tokoh di daerah yang terkena dampak untuk ditangani sesuai dengan kasus masing-masing.

Kebijakan ‘bumi hangus’ penjajah

Pengeboman ‘Israel’ tidak mengecualikan para pekerja Pertahanan Sipil, meskipun faktanya mereka dilindungi berdasarkan hukum internasional. Sebaliknya, penjajah Zionis sengaja menargetkan mereka sebagai bagian dari kebijakan “bumi hangus”, yang bertujuan untuk menetapkan prinsip bahwa “tidak ada keselamatan bagi siapa pun, tidak ada penghormatan terhadap hukum, dan tidak ada pengecualian bagi kelompok mana pun.”

Penargetan tim Pertahanan Sipil oleh ‘Israel’ dilakukan dalam kerangka pelanggaran ‘Israel’ yang sedang berlangsung terhadap personel Pertahanan Sipil yang murni memberikan layanan kemanusiaan dan berupaya menyelamatkan nyawa. Hal ini merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional dan seluruh Konvensi Jenewa yang menjamin kebebasan kerja bagi penyedia layanan kemanusiaan.

Pada tanggal 14 Juli, Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil di Jalur Gaza mengumumkan terbunuhnya elemen ketiga yang berafiliasi dengannya dalam pembantaian di daerah Mawasi Khan Yunis (selatan) oleh serdadu ‘Israel’ sehingga meningkatkan jumlah syuhada di direktorat tersebut menjadi 79 sejak pecahnya genosida.

Direktorat Jenderal mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Jumlah syuhada Pertahanan Sipil dalam pembantaian ‘Israel’ di Mawasi, Khan Yunis, telah meningkat menjadi 3 syuhada, setelah petugas pemadam kebakaran Bilal Ramadan Farhan meninggal karena luka parah yang dideritanya.” (PIC)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Lebih dari 10 Ribu Warga Gaza yang Sakit Parah dan Terluka Membutuhkan Evakuasi Medis 
AS Mengirimkan 20.000+ Bom kepada Penjajah Zionis untuk Bombardir Gaza Sejak 7 Oktober »