Penjaga Penjara Ulama Uyghur Dihukum 7 Tahun karena Dituduh Membocorkan Rahasia
21 September 2024, 20:51.

Ilham Tohti saat diwawancarai di rumahnya pada 4 Februari 2013 di Beijing, Cina. Foto: Andy Wong/AP
(Radio Free Asia) – Seorang penjaga penjara di Turkistan Timur (Xinjiang) dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara pula. Penyebabnya, ia dianggap membocorkan informasi tentang kondisi narapidana.
Gopur Abdurreshit, 51 tahun, baru-baru ini diketahui telah ditangkap oleh aparat rezim komunis Cina pada 1 Februari lalu karena dianggap membuka ‘rahasia’ tentang kondisi Ilham Tohti, seorang profesor yang divonis penjara seumur hidup atas tuduhan separatisme.
Informasi ini diterima oleh Radio Free Asia (RFA) dari seseorang yang mengetahui masalah tersebut, namun menolak disebutkan namanya demi alasan keamanan.
Tohti, kini berusia 54 tahun, adalah pakar ekonomi di Central University for Nationalities Beijing. Ia pernah melakukan penelitian tentang hubungan suku Han dan Uyghur. Ia kemudian merekomendasikan penerapan otonomi yang lebih besar di Xinjiang, tempat tinggal bagi 12 juta orang Uyghur.
Aparat komunis Cina lantas menangkap Tohti pada Januari 2014 dan jaksa menuduhnya mendukung kemerdekaan Uyghur. Pengadilan kemudian menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup pada bulan September tahun itu.
Amat sedikit informasi yang diketahui tentang kondisi Tohti. Keluarganya terakhir kali melihatnya pada tahun 2013, dan bisa berkomunikasi dengannya pada tahun 2017.
Sel Isolasi
Gopur Abdurreshit bekerja di penjara No. 1 di ibu kota Xinjiang, Urumqi. Ia bertugas mengawasi Tohti selama enam tahun, kata Abduweli Ayup, pendiri Uyghur Hjelp, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Norwegia. Lembaga ini banyak mendokumentasikan warga Uyghur yang telah ditangkap dan dipenjara.
Abdurreshit pernah menceritakan tentang kondisi Tohti. Termasuk keadaannya ketika dikurung di sel isolasi sehingga hanya merasakan paparan sinar matahari 15 menit per minggu. Kondisi kesehatannya pun kian memburuk.
“Gopur pernah menyampaikan informasi tentang kesehatan Ilham Tohti yang memburuk, termasuk rambutnya yang memutih,” kata Ayup.
Seorang petugas polisi yang menolak disebut namanya juga mengatakan bahwa Abdurreshit memperingatkan narapidana lain agar tidak melanggar peraturan penjara, supaya tidak masuk sel isolasi seperti Tohti.
“Pihak berwenang kemudian menangkap Abdurreshit karena dianggap sengaja menyebarkan informasi sensitif dan negatif,” kata Ayup.
Petugas polisi lain di Korla, kampung halaman Abdurreshit, menyampaikan dokumen putusan pengadilan kepada pihak keluarga. Namun, ia tidak bisa menjelaskan alasan lengkap penangkapannya.
Larangan Membuka Rahasia
Seorang pengawas penjara menolak menjawab pertanyaan tentang Abdurreshit. Namun, ia menceritakan bahwa di antara petugas ada perbincangan tentang larangan membuka rahasia penjara dan pentingnya belajar dari kesalahan Abdurreshit.
Abdurreshit bergabung dengan instansi militer Xinjiang pada pertengahan 1990-an dan masuk akademi militer di Urumqi. Setelah pensiun, ia menjadi polisi dan kemudian bekerja di penjara di Urumqi.
“Mayoritas perwira di militer adalah orang Tionghoa, dan dia satu-satunya perwira Uyghur yang bertahan dalam waktu lama,” kata Ayup kepada RFA.
Banyak aktivis, organisasi HAM, hingga anggota parlemen Amerika Serikat (AS) yang mendesak agar Beijing membebaskan Tohti, salah satu tahanan politik Uyghur yang paling terkenal. Bulan ini, Amnesty International kembali menuntut Cina untuk membebaskan Tohti selama Festival Pertengahan Musim Gugur, yang dirayakan di Cina sebagai waktu reuni keluarga.
Sejak dipenjara, Tohti telah menerima sejumlah penghargaan internasional, termasuk Penghargaan Hak Asasi Manusia Vaclav Havel dan Penghargaan Sakharov. Awal tahun ini, dua anggota parlemen AS menominasikan Tohti untuk Penghargaan Nobel Perdamaian. Anggota parlemen AS juga menominasikannya untuk penghargaan yang sama pada tahun 2019.
Putri Tohti, Jewher llham, yang tinggal di AS, mengatakan kepada RFA bahwa keluarganya belum menerima kabar tentang kesehatannya sejak terakhir kali mereka berkomunikasi tahun 2017. Ia berharap agar masyarakat internasional tidak melupakan ayahnya.
“Dengan mendukung pembebasan Ayah, saya yakin hal itu akan membantu membawa harapan bagi komunitas Uyghur yang sangat trauma dan hancur,” katanya. (Radio Free Asia)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
