Bagaimana Pendidikan di Gaza Berubah Setelah Setahun Genosida Penjajah Zionis?
4 October 2024, 22:47.

Foto: PIC
GAZA (PIC) – Sejak awal perang di Gaza, sudah jelas bahwa penjajah Zionis tidak akan mengizinkan penduduk Jalur Gaza untuk melanjutkan hidup mereka dalam aspek apa pun, terutama perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Rumah, rumah sakit, dan sebagian besar sekolah—yang berubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi—menjadi sasaran untuk sepenuhnya menghilangkan proses pendidikan di sektor tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan Palestina mengungkapkan 10.000 siswa dan 400 guru telah syahid dalam agresi “Israel” di Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu. Kementerian menyatakan 39.000 siswa sekolah menengah atas dari Gaza tidak mengikuti ujian sekolah menengah umum tahun lalu karena agresi yang berlangsung sejak 7 Oktober.
Kementerian menegaskan, penjajah telah merampas hak pendidikan 10.000 siswa sekolah dan mahasiswa universitas di daerah kantong tersebut, termasuk 450 siswa sekolah menengah atas, selain 400 guru yang syahid.
Perampasan pendidikan
Sementara itu, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengumumkan semua sekolahnya di Jalur Gaza ditutup karena perang, yang mengakibatkan 300.000 anak kehilangan pendidikan. UNRWA menyatakan lebih dari 625.000 siswa telah kehilangan pendidikan sejak perang di Gaza dimulai, sedangkan 22.000 guru kehilangan pekerjaan mereka di sektor pendidikan.
Dalam sebuah pos di platform X pada awal bulan lalu, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan lebih dari 600.000 anak menderita trauma parah dan hidup di atas reruntuhan, masih kekurangan pendidikan, setengahnya bersekolah di sekolah UNRWA. Ia memperingatkan bahwa “semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin besar risiko kehilangan satu generasi.”
Ia melanjutkan, “Lebih dari 70% sekolah kami di Gaza telah hancur atau rusak, sebagian besar telah menjadi tempat penampungan yang penuh sesak bagi ratusan ribu keluarga pengungsi dan tidak dapat digunakan untuk pendidikan.”
Sekolah tempat berlindung pengungsi jadi target
Ratusan ribu orang dari seluruh Jalur Gaza mengungsi di sekolah-sekolah UNRWA, sekolah pemerintah, dan sekolah swasta untuk mencari keselamatan dan menghindari pengeboman penjajah Zionis. Namun, banyak dari sekolah-sekolah ini berubah menjadi genangan darah setelah menjadi sasaran pesawat-pesawat tempur “Israel”.
Kantor Media Pemerintah (GMO) dan Komisi Internasional untuk Mendukung Hak-Hak Rakyat Palestina mendokumentasikan penargetan “Israel terhadap 181 tempat penampungan sejak dimulainya perang, termasuk 152 sekolah milik UNRWA, serta sekolah-sekolah pemerintah dan swasta yang ditempati oleh para pengungsi. Jumlah syuhada di antara para pengungsi di tempat-tempat penampungan ini melampaui 1.040 orang.
Menurut dokumentasi GMO, serdadu penjajah Zionis dengan sengaja menghancurkan 15 sektor vital, termasuk pendidikan. Penjajah Zionis menghancurkan seluruhnya 117 sekolah dan universitas, menghancurkan sebagian 332 sekolah dan universitas, juga membunuh 500 guru dan administrator sekolah, 100 cendekiawan, peneliti dan profesor universitas, serta 9.000 siswa sekolah dan mahasiswa universitas.
Kejahilan dan pengungsian
Ismail Thawabta, Direktur Jenderal GMO, menegaskan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera bahwa “Israel” melakukan pembantaian dan menargetkan semua sarana kehidupan di Gaza, termasuk sekolah dan rumah sakit, sebagai bagian dari tekanan militer untuk mencapai tujuan politik.
Sementara itu, Salah Abdul-Aati, kepala Komisi Internasional untuk Membela Hak-Hak Rakyat Palestina (Hashd), percaya bahwa penargetan dan penghancuran sekolah oleh “Israel” bertujuan untuk menciptakan kejahilan dan pengungsian.
Dengan melakukan hal itu, “Israel” terus melakukan kejahatan genosidanya sebagai bagian dari strategi untuk menghancurkan semua sarana kehidupan di Gaza, termasuk sektor pendidikan.
Perang telah merampas pendidikan dari 800.000 siswa, termasuk 39.000 yang kehilangan kesempatan mengikuti ujian sekolah menengah umum (Tawjihi) untuk memenuhi syarat mendaftar di universitas.
Kejahatan genosida yang dilakukan oleh pasukan penjajah Zionis selama setahun ini termasuk dalam rencana sistematis, menurut Ismail Thawabta, yang bertujuan untuk membunuh warga Palestina dengan rudal, peluru, dan penyakit, serta membuat mereka bodoh dan telantar.
Genosida pendidikan
Pada bulan April tahun ini, 19 pakar dan pelapor PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa penghancuran yang memengaruhi lebih dari 80% fasilitas pendidikan menegaskan niat “Israel” untuk menghancurkan sistem pendidikan Palestina secara menyeluruh, yang kemudian dikenal sebagai genosida pendidikan.
Istilah ini mengacu pada penghapusan sistematis pendidikan melalui penahanan atau pembunuhan guru, siswa, dan staf, serta penghancuran infrastruktur pendidikan.
Para ahli mengatakan dalam deklarasi mereka bahwa serangan yang sedang berlangsung terhadap infrastruktur pendidikan di Gaza memiliki dampak menghancurkan dalam jangka panjang terhadap hak-hak dasar penduduk untuk belajar dan mengekspresikan diri secara bebas sehingga merampas masa depan generasi Palestina lainnya. (PIC)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
