Lini Masa “Israel” Gunakan Bantuan ke Gaza sebagai Senjata Perang
3 April 2025, 11:10.

Anak-anak Palestina mengantre panjang untuk mendapatkan makanan di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza pada 11 Maret 2025, setelah “Israel” menghentikan semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza [Mahmoud Issa/Anadolu Agency]
(Al Jazeera) – “Israel” telah berulang kali menggunakan makanan dan bantuan kemanusiaan internasional sebagai alat tekanan kolektif terhadap warga Palestina selama 18 bulan perang yang menghancurkan di Jalur Gaza.
Warga sipil di daerah kantong tersebut telah mengalami kekurangan pangan yang ekstrem dan kondisi yang mirip kelaparan sepanjang perang. Puluhan anak telah tewas karena kelaparan, dan banyak lainnya yang tewas karena luka atau penyakit yang sebenarnya bisa dicegah akibat bencana kemanusiaan buatan manusia yang semakin memburuk ini.
Penjajah “Israel” terus membuat rakyat Palestina kelaparan di daerah kantong yang terkepung itu—yang merupakan tempat tinggal bagi 2,3 juta orang—setelah kembali memblokir masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan pada awal Maret.
Kemudian, pada 18 Maret “Israel” secara sepihak memutus gencatan senjata yang telah berlaku sejak Januari, melanjutkan serangan di seluruh Gaza, dan menewaskan ratusan warga Palestina di wilayah itu.
Kombinasi antara serangan bom dan situasi kemanusiaan yang melumpuhkan dengan cepat memperburuk kondisi rakyat Gaza. Namun, hal ini telah terjadi secara konstan sejak awal genosida pada Oktober 2023. Berikut ini tinjauan lebih dalam tentang cara “Israel” menggunakan bantuan untuk menghukum Gaza:
Oktober 2023
9 Oktober: “Israel” mengumumkan “blokade total” di Jalur Gaza, menghentikan masuknya semua makanan, air, obat-obatan, bahan bakar, dan listrik.
Menteri Perang saat itu, Yoav Gallant, berjanji mengambil tindakan terhadap “manusia hewan”, dan memerintahkan “pengepungan total”.
Tiga belas bulan kemudian, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Gallant dan PM Benjamin Netanyahu dengan tuduhan yang mencakup “kejahatan perang berupa penggunaan kelaparan sebagai metode perang”.
21 Oktober: Truk bantuan pertama memasuki Gaza melalui jalur darat dari Mesir. Sementara itu, militer “Israel” melanjutkan pengeboman mematikan selama dua minggu.
Militer “Israel” akhirnya mengizinkan sejumlah kecil truk bantuan memasuki daerah kantong tersebut setelah mendapat tekanan internasional.
November 2023
24 November: Gencatan senjata sementara tercapai antara “Israel” dan Hamas, memungkinkan adanya sedikit peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
PBB dan lembaga bantuan internasional melaporkan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza masih sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduk, yang sebagian besar adalah anak-anak.
Penghentian sementara serangan ini memungkinkan beberapa pertukaran terbatas antara tawanan yang ditahan di Gaza dan tawanan Palestina yang ditahan oleh “Israel”, tetapi tidak ada janji untuk mengakhiri perang atau memulangkan warga Palestina yang diusir dari rumah mereka sebagai akibat dari pertempuran.

Seorang anak perempuan Palestina memeriksa kerusakan di lokasi serangan “Israel” terhadap sebuah rumah di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah pada 25 Maret 2025 [Ramadan Abed/Reuters]
Gencatan senjata di Gaza kemudian berakhir seminggu setelah dimulai, dan serangan tanpa henti “Israel” kembali dilanjutkan, menewaskan lebih banyak warga sipil, jurnalis, pekerja bantuan, dokter, serta tokoh-tokoh Hamas.
Februari 2024
29 Februari: “Israel” menewaskan setidaknya 112 warga Palestina dan melukai lebih dari 750 orang ketika tentaranya menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan makanan di sebelah barat daya Kota Gaza dalam peristiwa yang disebut sebagai “pembantaian tepung”.
Militer “Israel” melakukan banyak serangan serupa terhadap konvoi bantuan, sering kali mengklaim menargetkan “teroris”, namun tanpa memberikan bukti.
PBB dan badan internasional lainnya serta para pekerja bantuan berulang kali melaporkan bahwa penjajah “Israel” dengan sengaja memblokir banyak truk bantuan yang dimaksudkan untuk memasuki daerah kantong tersebut.
Serangan “Israel”, ditambah dengan pemblokiran bantuan dan kondisi yang semakin buruk akibat serangan darat “Israel”, dan kehancuran di seluruh Gaza juga menyebabkan konvoi bantuan diserang dan dijarah.
Gerombolan pemukim haram “Israel” juga kerap menyerang atau mencoba menghentikan konvoi bantuan memasuki Gaza.
April 2024
1 April: Serangan drone “Israel” menargetkan konvoi bantuan dari World Central Kitchen (WCK), menewaskan enam pekerja bantuan internasional dan seorang sopir Palestina.
WCK terpaksa menghentikan operasi kemanusiaannya, seperti halnya banyak organisasi bantuan internasional lainnya yang menghentikan bantuan mereka untuk sementara atau permanen kepada warga Palestina.
Investigasi yang dilakukan oleh badan verifikasi Al Jazeera, Sanad, menemukan bahwa tiga kendaraan WCK tersebut sengaja diserang. Ini menambah daftar panjang korban pekerja bantuan, sebagian besar warga Palestina, yang tewas sejak perang genosida “Israel” di Gaza dimulai.
Oktober 2024
6 Oktober: Militer “Israel” memulai pengepungan besar-besaran di Gaza utara, menetapkan seluruh wilayah tersebut sebagai zona perang dan mengeluarkan perintah evakuasi paksa kepada ratusan ribu warga Palestina.
Pengepungan di bagian utara ini, yang disertai dengan serangan “Israel” di bagian lain Gaza, berlangsung hingga gencatan senjata dengan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025.
Masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza sangat dibatasi oleh “Israel” sepanjang musim dingin di tengah suhu yang sangat rendah.
Gembong Zionis Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir menyerukan pemblokiran semua bantuan kemanusiaan dan mendukung pendudukan militer di Gaza daripada opsi gencatan senjata.

Gembong Zionis Ben-Gvir, kiri, dan Smotrich menentang semua upaya gencatan senjata dan mengatakan permukiman “Israel” harus dibangun di Gaza [Foto: Arsip Gil Cohen-Magen/AFP]
Januari 2025
19 Januari: Penerapan gencatan senjata memungkinkan lonjakan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, tetapi organisasi bantuan menekankan diperlukan bantuan dalam jumlah besar untuk waktu yang lama sebelum kehidupan bisa kembali normal.
“Israel” mengizinkan lebih banyak truk memasuki Gaza setelah gencatan senjata diberlakukan, tetapi volume bantuan yang masuk masih jauh lebih sedikit daripada yang telah disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.
Ketika bayi-bayi meninggal karena kedinginan, pemerintah “Israel” mencegah masuknya ribuan rumah rakitan yang dimaksudkan untuk menampung warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal, serta alat berat yang diperlukan untuk membersihkan puing-puing rumah dan infrastruktur yang hancur.
Maret 2025
2 Maret: Untuk kedua kalinya sejak perang genosida dimulai, “Israel” menghentikan masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebuah kebijakan yang masih berlaku hingga saat ini.
10 Maret: Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), memperingatkan bahwa krisis kelaparan baru sedang mengancam Gaza dan menuduh “Israel” melakukan “penggunaan bantuan kemanusiaan sebagai senjata” secara ilegal.
18 Maret: “Israel” mengakhiri gencatan senjata dan melancarkan salah satu operasi pengeboman terberat di Gaza, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dan melukai lebih dari 500 orang lainnya, banyak di antaranya adalah anak-anak, hanya pada hari pertama saja.
25 Maret: PBB mengumumkan bahwa mereka akan menarik 30 persen staf internasionalnya dari Gaza setelah serangan udara “Israel” pada 19 Maret menewaskan seorang staf PBB asal Bulgaria dan melukai enam pekerja asing lainnya. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.

 
                         
                         
                         
                         
                        