Inilah Surel Ibtihal Abu Al-Saad kepada Seluruh Rekan Kerjanya Setelah Memprotes Keterlibatan Microsoft dalam Genosida “Israel”
10 April 2025, 10:50.

Foto: QNN
(Quds News Network) — Salah seorang insinyur perangkat lunak Microsoft memprotes keterlibatan program kecerdasan buatan (AI) Microsoft dalam genosida “Israel” di Gaza—melalui penyediaan teknologi tersebut kepada militer “Israel”—di acara ulang tahun Microsoft ke-50 yang diselenggarakan pada hari Jumat (4 April 2025) di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat.
Ibtihal Abu Al-Saad, yang merupakan karyawan divisi Platform AI Microsoft, melayangkan protesnya saat CEO AI Microsoft, Mustafa Suleyman, mempresentasikan peluncuran produk baru—sebuah produk asisten AI Microsoft, Copilot—dan visi jangka panjang AI Microsoft kepada audiens yang di antaranya adalah Bill Gates (salah satu pendiri Microsoft) dan Steve Ballmer (mantan CEO Microsoft).
“Memalukan!” teriaknya. “Anda adalah seorang pengambil keuntungan dari perang! Berhentilah menggunakan AI untuk genosida!”
Tak lama setelah petugas keamanan mengawalnya keluar, ia mengirim surel massal kepada karyawan di beberapa tim Microsoft, dilansir dari The Verge. Di dalamnya, ia menjelaskan tentang protes yang dilakukannya dan menekankan perusahaan tempat mereka bekerja terlibat secara langsung dalam kejahatan perang.

Foto: The Verge
Berikut isi surelnya:
Hai semua,
Seperti yang mungkin baru saja kalian lihat melalui siaran langsung atau saksikan secara langsung, saya menginterupsi pidato CEO Microsoft AI, Mustafa Suleyman, dalam perayaan ulang tahun perusahaan ke-50 yang sangat dinanti-nantikan. Inilah alasannya.
Nama saya Ibtihal, dan selama 3,5 tahun terakhir saya menjadi insinyur perangkat lunak di divisi AI Platform. Saya menyampaikan pendapat saya hari ini setelah mengetahui bahwa divisi saya mendukung genosida terhadap saudara-saudara saya di Palestina sehingga saya tidak memiliki pilihan lain. Hal ini terutama karena saya telah melihat sendiri bagaimana Microsoft berusaha membungkam dan menekan segala pendapat dari rekan-rekan kerja saya yang berusaha mengemukakan isu ini. Selama satu setengah tahun terakhir, komunitas Arab, Palestina, dan Muslim di Microsoft telah dibungkam, diintimidasi, dilecehkan, dan didiskriminasi, tanpa ada perlindungan hukum dari Microsoft. Upaya untuk angkat suara—di satu sisi—tidak didengar, dan di sisi lain—yang terburuk, berakibat pada pemecatan dua karyawan hanya karena melakukan aksi solidaritas. Tidak ada cara lain agar suara kami didengar.
Kita sedang menyaksikan genosida
Selama 1,5 tahun terakhir, saya telah menyaksikan genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina oleh “Israel”. Saya telah melihat penderitaan yang tak tergambarkan akibat pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan “Israel”—pengeboman tanpa pandang bulu, penargetan rumah sakit dan sekolah, dan berlanjutnya negara apartheid—yang seluruhnya telah dikecam secara global oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Mahkamah Pidana Internasional (ICC), dan Mahkamah Internasional (ICJ), serta berbagai organisasi hak asasi manusia. Gambar anak-anak tak bersalah yang berlumuran darah, tangisan orang tua yang kehilangan anak-anaknya, dan pemusnahan seluruh keluarga dan komunitas, selamanya membuat saya sangat hancur dan kecewa.
Pada saat saya menulis ini, “Israel” masih melanjutkan genosida di Gaza yang sejauh ini telah membunuh lebih dari 300.000 warga Gaza dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Beberapa hari lalu, terungkap bahwa “Israel” membunuh 15 petugas paramedis dan kru pertahanan sipil di Gaza, mengeksekusi mereka “satu per satu”, sebelum mengubur mereka di dalam tanah—sebuah kejahatan perang yang mengerikan. Sementara itu, teknologi AI kita “bertanggung jawab” mendukung aktivitas pengintaian dan pembantaian tersebut. PBB dan ICJ telah menyatakan bahwa ini adalah genosida, selain itu ICC juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk para pemimpin “Israel”.
Kita terlibat
Ketika saya bergabung di Platform AI, saya sangat bersemangat untuk berkontribusi pada teknologi AI yang canggih dan terdepan, sekaligus mengimplementasikannya demi kepentingan kemanusiaan: Berbagai produk yang memudahkan akses, layanan penerjemahan, dan beragam perangkat yang dapat “memberdayakan setiap manusia dan organisasi untuk mencapai lebih banyak hal.”
Saya tidak pernah diberitahu bahwa Microsoft akan menjual hasil kerja saya kepada militer dan pemerintah “Israel”, dengan tujuan untuk memata-matai dan membunuh para jurnalis, dokter, pekerja kemanusiaan, dan warga sipil. Jika saya tahu bahwa pekerjaan saya dalam membuat skenario transkripsi akan membantu memata-matai dan menyadap panggilan telepon untuk menarget warga Palestina dengan lebih akurat, saya tidak akan bergabung dengan perusahaan ini dan turut berkontribusi pada genosida. Saya tidak bergabung untuk menulis kode yang melanggar hak asasi manusia.
Menurut AP News, terdapat “kontrak senilai $133 juta antara Microsoft dan Kementerian Perang ‘Israel’.”
“Penggunaan kecerdasan buatan Microsoft dan OpenAI oleh militer ‘Israel’ meningkat pesat pada bulan Maret lalu hingga hampir 200 kali lipat lebih tinggi dari sepekan menjelang 7 Oktober. Jumlah data yang disimpan di server Microsoft meningkat dua kali lipat antara waktu itu dan pada Juli 2024 hingga mencapai lebih dari 13,6 petabyte.”
“Militer ‘Israel’ menggunakan Microsoft Azure untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh melalui pengintaian massal, yang kemudian ditranskripsikan dan diterjemahkan—termasuk di antaranya berupa informasi panggilan telepon, teks, dan pesan audio—menurut seorang pejabat intelijen “Israel” yang bekerja menggunakan sistem tersebut. Data yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan sistem penargetan internal milik ‘Israel’.”
Microsoft AI juga mendukung “proyek-proyek yang paling sensitif dan sangat rahasia” untuk militer “Israel”, termasuk dalam mengeksekusi para “target utama” dan memperoleh data kependudukan warga Palestina. Cloud dan AI Microsoft menjadikan militer “Israel” lebih berbahaya dan mematikan dalam melakukan pembantaian dan kerusakan di Gaza.
Microsoft juga telah menyediakan berbagai perangkat lunak, layanan penyimpanan berbasis jaringan (cloud), dan layanan jasa konsultasi untuk militer dan pemerintah “Israel”, dengan total keuntungan jutaan dolar. Penjahat perang Benjamin Netanyahu secara eksplisit telah mengungkapkan bahwa ia memiliki perjanjian yang mengikat dengan Microsoft. Daftar kontrak Microsoft dengan militer dan pemerintah “Israel” dapat ditemukan dalam artikel berikut: Sebuah Pengantar Mengenai Keterlibatan Microsoft dalam Apartheid dan Genosida.
Faktanya, Microsoft memiliki hubungan yang sangat erat dengan militer “Israel”, bahkan baru saja kemarin Microsoft ditetapkan sebagai salah satu target boikot prioritas dalam kampanye BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi).
Terlepas dari sikap politik Anda, apakah ini warisan yang ingin kita tinggalkan? Apakah bekerja pada senjata AI yang mematikan adalah sesuatu yang ingin Anda ceritakan kepada anak-anak Anda? Apakah kita mau berada di belakang pihak yang salah dalam sejarah?
Meskipun pekerjaan Anda mungkin tidak terkait dengan cloud yang digunakan oleh militer “Israel”, pekerjaan Anda tetap menguntungkan perusahaan dan memungkinkan perusahan untuk mendapatkan kontrak tersebut. Terlepas dari apa pun tim Anda, Anda tetap bekerja untuk perusahaan yang mempersenjatai “Israel”. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian dari gaji yang Anda terima, sekecil apa pun, dibayarkan melalui genosida.
Apakah Anda bekerja di bidang AI atau tidak, Anda akan tetap terlibat jika tidak melakukan apa-apa. Sekarang adalah tugas KITA untuk mengambil sikap tegas menentang keterlibatan Microsoft AI dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.
Inilah mengapa saya memutuskan untuk angkat bicara hari ini, dan mengapa saya menandatangani petisi penting ini untuk menuntut Microsoft agar memutuskan keterlibatannya dengan genosida. Saya mengajak Anda semua untuk melakukan hal yang sama.
Seruan untuk bertindak
Diam sama saja dengan terlibat. Namun, setiap aksi selalu menimbulkan reaksi, tidak peduli seberapa besar atau kecilnya. Sebagai karyawan di perusahaan ini, kita harus menyuarakan pendapat kita, dan menuntut Microsoft untuk melakukan hal yang benar: Berhenti menjual teknologi kepada militer “Israel”.
Jika Anda juga peduli dengan informasi ini, dan Anda ingin pekerjaan Anda digunakan secara etis, saya mendorong Anda untuk bertindak:
-Tanda tangani petisi No Azure for Apartheid: Kami tidak akan menulis kode yang berkontribusi pada pembantaian. Bergabunglah dengan kampanye ini sebagai salah satu dari banyaknya karyawan Microsoft yang peduli terhadap kemanusiaan.
-Bergabunglah dalam menunjukkan ketidakpuasan kita. Jika Anda juga merasa tertipu dalam penggunaan AI sebagai senjata yang menargetkan anak-anak dan warga sipil, desak pimpinan (kirim salinan surel ke pimpinan [CC’ed]) untuk membatalkan kontrak tersebut.
-Jangan berhenti bersuara. Desak SLT (tim Kepemimpinan Senior Microsoft) untuk membatalkan kontrak-kontrak tersebut di setiap kesempatan.
-Mulailah obrolan dengan rekan kerja tentang hal-hal di atas—banyak karyawan yang mungkin tidak tahu!
Pernyataan hak asasi manusia Microsoft melarang pembalasan terhadap siapa pun yang menyampaikan masalah terkait hak asasi manusia: Pernyataan hak asasi manusia | CSR Microsoft.
Perusahaan kita memiliki sejarah dalam mendukung hak asasi manusia, termasuk di antaranya divestasi dari apartheid Afrika Selatan dan pembatalan kontrak dengan AnyVision (perusahaan rintisan pengenal wajah “Israel”), setelah para karyawan Microsoft dan masyarakat melakukan protes. Harapan saya adalah suara kita bersama dapat memotivasi para pemimpin AI untuk melakukan hal yang sama, dan meluruskan tindakan Microsoft terkait pelanggaran hak asasi manusia ini, untuk menghindari ternodainya sebuah riwayat pencapaian yang luar biasa. Microsoft Cloud dan AI harus berhenti menjadi bom dan peluru di abad ke-21.
Hormat saya,
Seorang karyawan Microsoft yang peduli
Pada hari Senin (7 April 2025), Ibtihal Abu Al-Saad, yang berkantor di kantor pusat Microsoft Kanada di Toronto, diundang untuk melakukan panggilan telepon dengan perwakilan sumber daya manusia (HRD) dan diberitahu bahwa ia akan segera dipecat.
Hari itu juga, Microsoft secara resmi memecat Al-Saad atas “kesalahan yang disengaja, ketidaktaatan, atau kelalaian tugas yang disengaja,” berdasarkan surat pemutusan hubungan kerja yang diterimanya, dilansir dari AP News. Dalam surat tersebut, Microsoft menuduh Al-Saad melakukan kesalahan yang “disengaja untuk mendapatkan ketenaran dan menyebabkan kekacauan di acara yang sangat dinanti-nantikan (peringatan hari jadi Microsoft ke-50).”
Microsoft juga mengatakan kepada Al-Saad bahwa ia seharusnya menyampaikan kekhawatirannya secara rahasia kepada manajer. Namun, ia justru membuat “tuduhan kebencian, tidak beralasan, dan sangat tidak pantas” terhadap Suleyman dan perusahaan, serta “perilakunya sangat agresif dan mengganggu sehingga harus dikawal keluar ruangan oleh petugas keamanan.”
Vaniya Agrawal, sorang insinyur perangkat lunak Microsoft lainnya yang juga melakukan protes di acara tersebut, juga dipecat oleh Microsoft pada hari yang sama dengan pemecatan Ibtihal Abu Al-Saad. Sebelumnya, ia telah berniat akan mengundurkan diri setelah kontraknya dengan perusahaan selesai pada tanggal 11 April 2025. (Quds News Network)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.

 
                         
                         
                         
                         
                        