Kelaparan Membungkam Anak-Anak Gaza yang Berteriak Menentang Blokade Bantuan oleh ‘Israel’ 

2 May 2025, 12:28.

Seorang gadis Palestina menunggu dalam antrean panjang dengan panci di tangan untuk mendapatkan bantuan makanan yang didistribusikan oleh sebuah badan amal, di Kamp Pengungsi Jabalia, Kota Gaza utara, Gaza, Palestina, 28 April 2025. Foto: Anadolu Agency

GAZA (Daily Sabah) – Di lingkungan Gaza yang hancur; puing-puing menggantikan rumah-rumah dan tembok-tembok yang menganga ke langit, anak-anak yang kelaparan dan gemetar memohon makanan dan obat-obatan.

Suplai makanan dan obat-obatan telah ditahan penjajah ‘Israel’ selama dua bulan; di tengah-tengah serangan 19 bulan agresi genosida.

Dengan mata cekung, wajah pucat, dan tanda-tanda kekurangan gizi, beberapa di antaranya bahkan hampir tidak bisa berdiri, mereka berunjuk rasa untuk mengingatkan dunia akan kesulitan mereka.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh kelompok sukarelawan Four Friends di Khan Yunis, anak-anak mengangkat tangan mereka yang gemetar sambil memegang papan bertuliskan “Cukup Sudah Pembantaian”, “Buka Pelintasan”, “Kami Kelaparan”, dan “Selamatkan Kami”.

Aksi ke-25 kelompok Four Friends merupakan seruan kolektif dari anak-anak yang menghadapi kelaparan mematikan.

Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO) melaporkan, Senin (28-4-2025), blokade bantuan ‘Israel’ selama dua bulan telah menyebabkan penurunan kondisi kesehatan yang sangat buruk, dengan kekurangan gizi yang meluas, terutama di kalangan bayi.

Lebih dari 1 juta anak menghadapi kelaparan setiap hari, dan 65.000 anak telah dirawat di rumah sakit yang tersisa di Gaza karena kekurangan gizi parah.

“Sekarat karena Kelaparan”

“Kami memohon agar pelintasan dibuka. Kami sekarat karena kelaparan dan pengeboman,” kata Rama Abu al-Aynayn yang berusia 11 tahun, suaranya tercekat oleh rasa takut dan kelaparan, saat berbicara kepada Anadolu.

“Sebagian besar dari mereka yang dibunuh oleh serangan udara adalah anak-anak. Cukup sudah. Selama dua bulan, kami telah kelaparan, tanpa keamanan dan pendidikan,” tambahnya.

Sejak 2 Maret, ‘Israel’ telah menutup pelintasan Gaza, memblokir bantuan makanan, medis, dan kemanusiaan sehingga memperburuk krisis kemanusiaan.

Komisaris Jenderal PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menulis di X; “Rezim ‘Israel’ terus memblokir masuknya makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Kelaparan yang dibuat oleh manusia dan bermotif politik. Hampir 2 bulan pengepungan.”

Anak-Anak Mati di Depan Mata

Rasmi Abu al-Aynayn, perwakilan tim yang berdiri di antara anak-anak, menggambarkan sebuah kenyataan saat kelaparan menyaingi kehancuran akibat serangan udara.

“Ini adalah kegiatan kami yang ke-25, tetapi yang paling sulit. Anak-anak kami tidak memiliki makanan, obat-obatan, atau tempat berlindung yang aman,” katanya.

“Penjajah melarang bantuan. Pasar-pasar kosong dan kelaparan membunuh sebanyak bom. ‘Israel’ menggunakan kelaparan sebagai senjata (perang) melawan rakyat kami,” katanya kepada Anadolu.

“Sejak 2 Maret, tidak ada bantuan makanan atau medis yang masuk ke Gaza. Anak-anak mati di depan mata kami. Di mana hati nurani kemanusiaan?” tanyanya.

Pada hari Jumat (25-4-2025), Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengumumkan stok makanan di Gaza telah habis akibat blokade ‘Israel’.

Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyatakan ‘Israel’ menggunakan kelaparan sebagai senjata untuk menyerang warga sipil Gaza. Mansour menyerukan gencatan senjata segera dalam sebuah sidang Dewan Keamanan. 

Sebelumnya pada hari Senin, di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ), Mesir mengungkapkan ‘Israel’ telah menggunakan kelaparan sebagai senjata terhadap warga sipil Gaza. Mesir menuntut diakhirinya blokade dengan segera dan tanpa syarat. 

ICJ di Den Haag memulai sidang selama seminggu untuk membahas kewajiban kemanusiaan ‘Israel’ terhadap warga Palestina, setelah hampir dua bulan blokade total yang menghentikan bantuan ke Gaza. 

Sebanyak 2,4 juta penduduk Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan; yang suplainya telah terputus sejak ‘Israel’ menutup penyeberangan Kerem Shalom, Zikim dan Erez pada tanggal 2 Maret. (Daily Sabah)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penutupan Sekolah UNRWA di Baitul Maqdis Berisiko Hilangkan Hak Pendidikan 800 Anak  
Kecam Agresi Genosida di Gaza, Doctors Against Genocide: “Roti Bukanlah Bom!” »