Ratusan Orang Tewas Tenggelam, Kelompok Hak Asasi Rohingya Kecam Kelambanan Regional dan Pengabaian Global

1 June 2025, 21:44.

Para muhajirin Rohingya ketika tiba di Pantai Leuge, Aceh, tanggal 29 Januari 2025. (Cek Mad/AFP)

MYANMAR (RFA | Anadolu Agency | Asia News Network) – Kelompok-kelompok hak asasi Rohingya, Kamis (29/5/2025), mengecam “kelambanan regional dan pengabaian global” atas kesulitan etnis minoritas Muslim dari Arakan itu, setelah lebih dari 400 muhajirin Rohingya kehilangan nyawa ketika dua kapal yang mereka tumpangi tenggelam bulan ini.

Dua puluh enam kelompok muhajirin Rohingya dari Australia, AS, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan beberapa negara lain itu menandatangani pernyataan bersama pada hari Kamis yang menyatakan hanya 87 muhajirin yang selamat dari dua tragedi tersebut.

Ditambahkan pula bahwa pihak berwenang telah mencegat kapal ketiga dengan 188 muhajirin di dalamnya saat berusaha meninggalkan Myanmar tanggal 18 Mei.

“Rentetan bencana ini adalah peristiwa hilangnya nyawa Rohingya yang terburuk di laut tahun ini, dan hal itu menunjukkan dampak mematikan dari tidak adanya tindakan regional dan pengabaian global,” ujar pernyataan itu.

Mereka menambahkan bahwa sebagian besar dari mereka yang berada di kapal adalah muhajirin Rohingya yang baru saja mengungsi dari rumah mereka di Arakan (Negara bagian Rakhine), Myanmar bagian barat.

“Mereka melarikan diri dari kekerasan yang meluas oleh Arakan Army (AA), yang merupakan kelanjutan dari pembersihan etnis yang pertama kali dimulai oleh militer Burma,” tegas pernyataan itu, merujuk pada kelompok pemberontak bersenjata yang telah menguasai sebagian besar negara bagian Rakhine dari militer Myanmar.

Sementara itu, dalam pernyataan yang dikeluarkan hari Jumat (30/5/2025), UNHCR mengatakan meski perinciannya masih dikonfirmasi, laporan menunjukkan terdapat sekira 514 muhajirin Rohingya yang bepergian dengan dua kapal terpisah.

Kapal pertama membawa 267 orang. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuhnya dilaporkan berangkat dari kamp pengungsi di Cox’s Bazar, sedangkan sisanya berangkat dari negara bagian Rakhine di Myanmar.

“Kapal itu tenggelam pada tanggal 9 Mei, dengan hanya 66 orang yang selamat. Kapal kedua membawa 247 warga Rohingya—berisi pengungsi dari kamp Cox’s Bazar dan mereka yang melarikan diri dari negara bagian Rakhine—dan terbalik pada tanggal 10 Mei, dengan hanya 21 orang yang selamat,” ungkap UNHCR dalam pernyataan dari Jenewa.

“Ini akan menjadi tragedi paling mematikan di laut yang melibatkan pengungsi Rohingya yang berusaha mencari keselamatan tahun ini,” lanjut UNHCR.

Para muhajirin Rohingya menunggu diselamatkan setelah sepekan terombang-ambing di lepas pantai Labuhan Haji, Aceh, pada 24 Oktober 2024. (AFP)

Dua puluh enam organisasi Rohingya dari mancanegara juga mengutuk keras pembunuhan, penangkapan, dan pelanggaran HAM yang terus berlangsung terhadap Rohingya.

“Negara-negara Barat yang telah memberikan sanksi kepada militer Burma atas pelanggaran hak asasi manusia perlu menjelaskan mengapa mereka tidak memberikan sanksi juga kepada Arakan Army, yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang sama terhadap Rohingya,” desaknya.

Sementara itu, “Mereka yang dikurung di kamp-kamp pengungsian di zona yang dikuasai militer Burma mengalami kelaparan, anak-anak menderita kekurangan gizi akut, dan banyak keluarga yang sama sekali tidak memiliki makanan,” lanjut pernyataan itu.

Para muhajirin Rohingya menunggu proses penyelamatan setelah kapal mereka terbalik di lepas pantai Aceh barat pada 24 Maret 2024. (Zahlul Akbar/AFP)

Sekira 750.000 warga Rohingya melarikan diri dari operasi pembersihan etnis oleh militer Myanmar yang sangat biadab di Rakhine pada tahun 2017 hingga mereka melintasi perbatasan Bangladesh.

Saat ini setiap tahun, ribuan warga Rohingya berusaha meninggalkan Bangladesh dan Myanmar dengan menaiki kapal reyot demi bisa mendapat kehidupan baru di negara lain di Asia Tenggara. Laporan tentang kapal yang tenggelam dan kematian massal muhajirin Rohingya adalah hal yang “biasa”.

Arakan Army, kelompok militan suku Rakhine yang beragama Buddha, juga terlibat dalam pelanggaran HAM yang serius terhadap etnis Muslim Rohingya, menurut kelompok HAM.

Menurut pernyataan bersama itu, lebih dari 200.000 warga Rohingya mengungsi karena rumah dan desa mereka dibakar oleh Arakan Army di Negara bagian Rakhine. Sementara itu, 118.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dan negara-negara tetangga lainnya dalam beberapa bulan terakhir.

Kelompok-kelompok tersebut menuntut penyelidikan independen oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia atas tragedi tenggelamnya kapal dan peran Arakan Army dalam menyebabkannya. Mereka juga menuntut pembebasan segera warga Rohingya yang ditahan oleh Arakan Army (AA).

Dalam beberapa tahun terakhir, posisi AA terhadap minoritas Muslim yang teraniaya telah berubah-ubah. Pasca kudeta 2021 di Myanmar ketika militer merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil, AA menunjukkan posisi yang moderat dan inklusif terhadap Rohingya.

Namun, sejak itu mereka dituduh melakukan pembunuhan massal setelah junta Myanmar merekrut sebagian warga Rohingya, terkadang secara paksa, ke dalam pasukannya untuk melawan AA. (RFA | Anadolu Agency | Asia News Network)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Sudah Bersiap, Truk Berisi Bantuan Medis Tak Kunjung Sampai kepada Warga Gaza
Balik Kampung, Sebagian Muhajirin Suriah Terpaksa Dirikan Tenda di Atas Reruntuhan Rumah »