RS Lapangan Beroperasi Dua Kali Lipat Kapasitas Normal, Petugas Medis Terus Diserang
30 June 2025, 21:33.

Keluarga warga Palestina yang gugur akibat serangan penjajah ‘Israel’ menghadiri pemakaman di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza [Abdalhkem Abu Riash/Anadolu]
GAZA (Al Jazeera) – Hisham M’hanna, juru bicara Komite Internasional Palang Merah untuk Gaza, memberikan gambaran tentang tantangan besar yang dihadapi para tenaga kesehatan di wilayah yang dikepung itu saat serangan penjajah ‘Israel’ terus berlanjut.
“Sejak dimulainya kembali agresi pada 18 Maret, kami belum pernah menyaksikan satu minggu pun tanpa laporan tentang insiden yang terjadi pada atau berdampak terhadap fasilitas kesehatan, rumah sakit, tim ambulans, maupun dokter dan perawat, termasuk mereka yang sedang bertugas,” jelasnya dari Deir el-Balah di Gaza tengah.
M’hanna mengatakan, petugas medis terus-menerus menjadi sasaran serangan penjajah zionis, di samping dibuat kewalahan akibat banyaknya Ahlu Syam Gaza yang gugur dan terluka.
“Rumah sakit lapangan kami di Rafah, yang hanya memiliki kapasitas 60 tempat tidur, telah menerima gelombang besar korban massal sejak bulan lalu,” tambahnya.
“Sebagian besar dari mereka terluka dengan luka tembak. Banyak dari mereka melaporkan bahwa mereka (diserang) saat berupaya mencapai lokasi distribusi bantuan di Rafah.”
“Hampir setiap hari, rumah sakit beroperasi hampir dua kali lipat dari kapasitasnya, menghabiskan sumber daya yang sangat terbatas dan terdampak oleh pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan,” imbuhnya.
Ia mencatat bahwa rumah sakit lapangan tersebut adalah satu-satunya fasilitas yang berfungsi penuh di Rafah dan secara keseluruhan merupakan salah satu yang paling lengkap di Gaza.
“Itu merupakan contoh nyata betapa buruk dan hancurnya sistem perawatan kesehatan di Gaza.”
Petugas Medis Kewalahan
Rumah sakit di Gaza kewalahan total. Tidak ada cukup tempat tidur dan tidak ada cukup staf untuk merawat pasien.
Banyak pasien terpaksa tergeletak di lantai, ujar Hannah Grace Pan, seorang relawan perawat dari Inggris.
Hannah mengatakan banyak pasien dan anak kecil dirawat karena cedera yang sangat menyakitkan. Luka bakar akibat ledakan terpaksa tidak diberi perawatan nyeri sama sekali karena tidak tersedia.
Hannah menceritakan seorang anak berusia tiga tahun yang dibawa ke rumah sakit pekan lalu—satu-satunya yang selamat setelah seluruh keluarganya gugur dalam sebuah serangan udara penjajah ‘Israel’.
Namun, tidak ada spesialis luka bakar yang merawatnya. Dengan cairan yang tidak mencukupi dan tidak ada makanan, lukanya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Salah satu kasus paling mengejutkan yang ia saksikan adalah seorang wanita hamil 30 minggu yang terkena pecahan peluru akibat serangan ‘Israel’ di tendanya yang menembus dadanya dan mengiris perutnya.
Ketika staf medis mengeluarkan bayi dari perutnya, mereka menemukan bayi itu telah terbunuh oleh pecahan logam yang beterbangan dalam ledakan itu, ungkap Hannah. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
